Kuliner Khas Aceh yang Hanya Ada Saat Ramadhan

Kanji Rumbi salah satu tiga makanan khas Aceh saat Ramadhan Sumber: Instagram @ichasavitry
Kanji Rumbi salah satu tiga makanan khas Aceh saat Ramadhan Sumber: Instagram @ichasavitry

BANDA ACEH – Saat bulan Ramadhan, Aceh memiliki 3 kuliner makanan khas yang patut dicoba karena tidak ada pada hari biasanya. Bahkan, makanan ini sudah mulai langka dikarenakan bahan baku yang susah didapat.

 

Ketiga makanan itu yaitu Sambai Oen Peugaga, Ie Bu Peudah dan Kanji Rumbi. Di samping nyaris tidak dijual di pasaran pada hari biasa, orang-orang yang terampil mengolahnya juga sudah mulai jarang ditemui.

 

1.Sambai Oen Peugaga.

 

Sambai Oen Peugaga bahan baku makanan ini terdiri dari racikan 44 dedaunan yang tumbuh di Hutan Aceh. Diyakini, makanan ini menjadi favorit bagi indatu (nenek moyang) yang telah ada pada masa zaman kerajaan Aceh. Namun sekarang tak mudah mendapatkan 44 jenis daun itu. Sambai Oen Peugaga sendiri berarti sambal daun pegagan.

 

Meski disebut sambal, namun ini bukanlah sambal seperti yang dikenal selama ini, sebaliknya justru mirip dengan urap sayur.  Setiap jenis daun yang digunakan dalam meracik Sambai Oen Peugaga memiliki khasiat tersendiri. Beberapa Jenis seperti daun jeruk purut, daun mengkudu, daun pegagan, daun sigeuntot, daun lawah dan puluhan jenis daun lainnya. Aslinya, makanan ini dibuat dengan mencampur 44 jenis daun yang berbeda-beda.

 

2. Kanji Rumbi

 

Kuliner ini berbentuk seperti bubur ayam. Bahan baku utamanya adalah beras. Sebagai pendampingnya ada ayam, udang rebus, dan beragam rempah terbaik milik bumi Serambi Mekah. Bubur ayam memiliki banyak rempah yang dibuat dengan tambahan bumbu seperti ketumbar, merica, jahe, pekak, adas manis, kayu manis, bawang merah, dan biji pala. Untuk menghasilkan Kanji Rumbi terbaik, beras disangrai sampai kuning dan ditumbuk halus. Beras halus ini kemudian direbus dengan air sampai menjadi bubur yang halus.

 

3. Ie bu peudah

 

Ie bu peudah adalah masakan makanan sejenis bubur yang dimasak dari berbagai ramuan dan diolah dari 44 macam jenis dedaunan hutan seperti, daun pegagan, capa, oen tahe, daun muling dan sebagainya, tentunya daun yang digunakan masih muda. Namun seiring berkembangnya zaman, daun-daun yang digunakan itu sangat sulit untuk didapat kembali.

 

Lalu, masakan itu dicampurkan dengan lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut. Namun ada satu yang berbeda, bubur nasi ini terasa lebih pedas dibanding bubur biasa. Ie bu peudah dalam bahasa Aceh berarti nasi pedas, maka sajian ini memang punya ciri khas rasa yang pedas.

 

Terlahir sebagai informasi penutup, bahwa makanan khas Aceh Besar ini sudah turun temurun dilestarikan. Saban Ramadhan, tiap desa memasak ie bu peudah di Masjid dan dibagikan ke masyarakat. Tak ketinggalan, budaya gotong royong menjadi kunci dalam memasak Ie Bu Peudah.

 

Penulis: Alfan

 

Editor: Soleha.tn

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *