BANTUL – Komunitas Krebet di Desa Sendang Sari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, awalnya hanya menggantungkan hidupnya pada profesi Bertani. Namun profesi tersebut bersifat sementara karena kondisi tanah kurang mendukung. Akhirnya warga beralih profesi ke pengrajin wisata batik kayu yang mampu menembus pasar mancanegara.
“Kerajinan batik kayu ini dilihat dari pengetahuan serta keahlian dalam bidang seni tanpa harus memandang kelas pendidikan yang tekuni,” ujar Yulianto salahsatu pengrajin batik krebet itu.
Warga Dusun Krebet mulai mengembangkan kreativitas membatik pada media kayu dan menjadikan membatik di media kayu sebagai profesi utama untuk menyambung hidup.
Awalnya, Ginanjar memperkenalkan kerajinan batik kayu berupa topeng yang dimodifikasi oleh Windarti dengan menambahkan hiasan batik pada topeng batik kayu.
Apresiasi datang dari seniman Yogyakarta hingga dikenal masyarakat luas. Promosi membuat komunitas Batik Kayu Krebet mampu menjual batik kayu hingga ke berbagai daerah juga negara.
Tahun 1990-an bermunculan pengrajin batik di Dusun Krebet sehingga desa ini dinobatkan sebagai industri kerajinan batik kayu.
Ciri khas batik kayu dan tradisi yang kental membuat Desa Krebet menjadi menjadi destinasi wisata.
Proses pembuatan batik kayu dilakukan secara manual. Dibutuhkan keahlian profesional dalam seni ukir agar menghasilkan karya yang indah dan memiliki nilai seni tinggi.
Kualitas kayu menjadi faktor pendukung kerajinan batik kayu Krebet. Bahan kayu dalam pembuatan batik yakni kayu pule, sengon, dan kayu jati.
Pola mengukir merupakan aspek penting bagi pekerja sekaligus komunitas pengrajin di Krebet.
“Proses pembuatan batik kayu ini setelah diukir atau dipahat kemudian hasil yang sudah kita ukir diamplas, dibatik lalu selanjutnya diwarnai,” ujar Yulianto.
Adapun pemasaran produk desa wisata ini dilakukan sebagai upaya organisasi kelompok sadar wisata (pokdarwis) berkolaborasi dengan travel agent dan pemerintah.
Dinas pariwisata ikut ambil bagian menyelenggarakan pameran lokal maupun internasional.
Promosi melalui pameran pernah dilakukan oleh Wahono yang memiliki sanggar dan Priyadi pemilik showroom.
Selain memasarkan produk melalui website, komunitas Desa Krebet mengasah kreativitas melalui media sosial.
Komunitas Desa Krebet menentukan target dan sasaran serta memilah wisatawan yang perlu disuguhi informasi mengenai Desa Krebet, di mana target kisaran umur 10-40 tahun.
“Sasaran dan target Desa Wisata Krebet adalah seluruh masyarakat, termasuk pelajar yang melakukan exchange ke luar negeri serta orang tua yang mencintai budaya batik kayu. Jadi, siapapun yang tertarik kami menyambut hangat wisatawan,” ujar Yulianto kepada Katolikana.
Promosi dilakukan melalui brosur, poster dan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan YouTube.
Penulis: Danu
Editor: Rizal