GRESIK – Kepala Desa Sekapuk, Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Abdul Halim sukses menyulap desa yang dulunya galian tambang batu kapur, kini jadi objek wisata dengan omzet miliaran rupiah. Lokasi tersebut dikenal dengan nama Setigi atau Selo Tirto Giri yang berlokasi di Jalan Deandles Pantai Utara Jawa Timur.
Wisata Setigi merupakan salah satu unit usaha pendongkrak pendapatan Desa Sekapuk yang dulu masuk kategori desa miskin dan tertinggal, tetapi kini menjadi desa kaya raya. Bahkan, tahun 2020, penghasilan beberapa unit usahanya menyentuh angka miliaran rupiah.
Dengan latar belakang pemandangan bukit batu kapur yang instagramable, wisata Setigi menjadi primadona bagi warga Gresik dan sekitarnya, seperti Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, dan Tuban. Obyek wisata ini terdiri dari selo yang berarti batu, tirto yang berarti air, dan giri yang berarti bukit.
Perkembangan Desa Sekapuk tak bisa dilepaskan dari sosok Abdul Halim. Ia dipercaya menjadi kepala desa sejak tahun 2017. Sebelum menjadi kepala desa, Halim adalah tokoh pemuda Desa Sekapuk.
Ia bercerita, Desa Sekapuk pernah masuk kategori desa tertinggal. Selain itu, desa tersebut kumuh, rawan konflik sosial, dan kesenjangan sosial yang tinggi.
Halim sendiri mengakui bahwa tak mudah mengubah desa kelahirannya menjadi seperti sekarang. Hal yang pertama kali ia lakukan adalah memberikan pemahaman agar warga lebih peduli dan melihat potensi yang ada.
“Yang paling penting dan pertama saya lakukan adalah mengubah mindset warga agar lebih peduli dan melihat potensi-potensi di Desa Sekapuk,” kata Abdul Halim.
Menurut dia, lokasi lahan Setigi dulunya adalah tempat sampah yang dibersihkan dan dirapikan. Saat itu ada pertentangan dan perlawanan dari masyarakat sekitar yang ia hadapi. Namun, ia meyakini bahwa apa yang ia lakukan akan bermanfaat bagi warga desa.
“Dulu lahan wisata Setigi hanyalah tempat sampah. Saya coba bersihkan dan rapikan. Bahkan, di awal pembangunan Setigi, ada fasilitas warga yang dibakar warga,” ujar dia.
Bahkan, saat ia sudah menjabat sebagai kepala desa, masih ada warga yang belum menerima atas pencapaiannya itu.
“Masih ada sentimen itu wajar,” pungkasnya.