CIANJUR – Rumah Abah Jajang (73) di salah satu Kampung Rawa Dewa, Desa Karangjaya, Kecamatan Pasirkuda, Kabupaten Cianjur memang sebatas rumah lawas dengan material kayu biasa. Tapi yang bikin heboh, rumah ini ditawar hingga Rp 2,5 miliar, karena punya latar panorama layaknya surga dunia.
Luas rumah Abah Jajang ini yakni sekitar 6×9 meter dengan model rumah tradisional Sunda, yakni rumah panggung. Rumah dengan bahan utama kayu dengan bilik sebagai dindingnya ini mengingatkan kita dengan rumah nenek di kampung.
Adapun di dalam rumah itu dilengkapi dengan tiga kamar. Ada dapur yang masih menggunakan tungku tradisional berbahan bakar kayu bakar. Dari tiga kamar tersebut, dua di antaranya kerap disewakan untuk wisatawan yang ingin menginap seraya menikmati keindahan pemandangan Curug Citambur.
“Yang disewakan sebenarnya hanya satu, tapi kalau memang sangat dibutuhkan, kamar Abah juga disewakan untuk tamu yang menginap,” ujar Abah Jajang, Sabtu (1/4/2023)
Sementara untuk luas halamannya, tampak rumput hijau yang dihiasi bunga-bunga indah pada rumah panggung kayu itu.
Selain itu, terdapat kolam ikan dengan air yang jernih, sehingga ikan di dalamnya terlihat jelas. Di halaman rumah itu, para wisatawan yang kurang beruntung lantaran kamar di rumahnya sudah disewa, biasanya mendirikan tenda.
Sementara untuk biayanya, Abah Jajang tak mematok harga khusus untuk wisatawan yang ingin camping di halaman rumahnya. Menurutnya, Wisatawan cukup memberi uang seikhlasnya pada Abah Jajang atau keluarganya sebagai tanda persaudaraan.
Abah Jajang lebih memilih memperbanyak teman dan saudara dengan wisatawan yang datang ketimbang sebatas mementingkan uang atau mengomersialkan rumahnya tersebut.
“Berapa saja bayarnya kalau mau camping, seikhlasnya, Abah tidak matok harga. Yang penting Abah mah semakin banyak saudara, yang datang ke sini jadi saudara Abah,” ucapnya.
Perihal model rumahnya, Abah Jajang mengaku tak akan mengubah bangunannya. Dia akan mempertahankan konsep tradisional untuk rumahnya lantaran marupakan wasiat ibunya sebelum meninggal.
“Amanah dari ibu saya, tidak boleh diubah arahnya, tidak boleh jadi bangunan permanen. Harus tetap rumah panggung dan menghadap ke Curug Citambur,” pungkas Abah Jajang.
Penulis ; Danu
Editor: Rizal