Desa Adat Bresela Bangun Bale Wantilan Senilai 2,5 M

Bale Wantilan di Provinsi Bali. Sumber Foto: baliprov.go.id
Bale Wantilan di Provinsi Bali. Sumber Foto: baliprov.go.id

GIANYAR – Desa Adat Bresela, Desa Bresela, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali Membangun bale wantilan sebagai sarana aktifitas masyarakat desa untuk melaksanakan kegiatan yang melibatkan masyarakat banyak. Pembangunan bale wantilan pendanaanya dilakukan secara swadaya yang bernilai Rp 2,5 miliar rupiah.

 

Bendesa Adat Bresela, Nyoman Sedana, mengatakan pembangunan bale wantilan ini merupakan salah satu program desa adat yang direncanakan sejak empat bulan lalu. Rencana ini terkesan mendadak karena wantilan lama yang dibangun tahun 1998 terancam roboh.

 

‘’Wantilan ini terancam roboh, mungkin dulu karena ada kesalahan konstruksi. Maka, krama kami merobohkan wantilan lama, agar tidak membahayakan,’’ jelas Nyoman Sedana, Bendesa Adat Bresela, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, Kamis (30/3/2023).

 

Atas kondisi tersebut, Nyoman Sedana mengatakan, warga desa adat sepakat untuk membangun wantilan baru dengan perkiraan biaya Rp 2,5 miliar. Biaya ini karena volume bangunan mencapai 15-meter x 27-meter kolom.

 

“Dari total biaya itu, paruman krama atau lembaga pengambil keputusan desa adat menyepakati iuran awal Rp 2 juta/KK. Total dari iuran Rp 2 juta/KK ini akan cukup untuk mewujudkan wantilan, namun tanpa finishing yang akan memakai anggaran susulan,” tutur Sedana.

 

Lebih lanjut, Sedana menjelaskan untuk finishing nanti pihak desanya akan meminta bantuan sosial kepada pemerintah. Ia akan menghadap Bupati Gianyar, untuk memohon bantuan.

 

Dia menegaskan, wantilan merupakan salah satu bangunan multifungsi di kawasan pura. Wantilan selain tempat untuk krama ngayah, juga dapat dipakai tempat seka gong saat ngayah menabuh, pementasan seni balih-balihan, hingga tempat sembahyang bersama terutama saat turun hujan.

 

Ia menjelaskan, pembangunan bale wantilan diawali dengan upacara Ngeruak pada Anggara Pon Menail, Upacara dipimpin oleh pamangku pura desa, disaksikan para prajuru dan krama desa adat. Sebagai wujud bhakti, selain sembahyang, juga mempersembahkan kwangen, simbolios penyucian lokasi dan bangunan.

 

Penulis: Mukhlis

Editor: Rizal

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *