Katup Gadis, Inovasi Desa Kalibuntu untuk Tingkatkan Produktivitas Garam

Pada tahun 2016 beberapa petani di Desa Kalibuntu Kabupaten Probolinggo menggagas adanya inovasi untuk meningkatkan produktivitas garam berupa ‘Katup Gadis’ (Buka Tutup Garam Jadi Super). Melalui inovasi ini petani garam dapat memproduksi garam secara berkelanjutan walaupun pada saat musim hujan.

PROBOLINGGO- Untuk meningkatkan produksi garam di Desa Kalibuntu Kabupaten Probolinggo, para petani setempat menciptakan inovasi berupa pengolahan garam dengan sistem Katup Gadis. Melalui inovasi ini masyarakat dapat memproduksi garam sepanjang tahun dengan kualitas yang optimal.

 

Inovasi ini lahir dari kegelisahan salah satu petani garam bernama Suparyono. Ia merasa pertanian garam yang ditekuninya tidak berjalan maksimal. Sebab, terhambat oleh cuaca, selain itu ia menilai kualitas garam belum cukup bagus.

 

Selanjutnya, suparyono bersama sejawatnya yang tergabung dalam kelompok Petani Garam Kalibuntu Sejahtera menggagas inovasi Teknologi On Off Katup Gadis atau Buka Tutup Garam Jadi Super. Secara teknis, teknologi Katup Gadis ini berupa pemanfaatan terpal plastik untuk menutupi lahan tambak garam. Lahan dilapisi dengan terpal pada bagian bawahnya, kemudian di atasnya diberi penyangga dan dilapisi penutup yang juga terbuat terpal yang bisa dibuka tutup.

Teknologi Prisma pembuatan garam (2017), Sumber foto: facebook SUPRAYONO
Teknologi Prisma pembuatan garam (2017), Desa Kalibuntu. Sumber foto: facebook SUPRAYONO

Lahan garam dengan Teknologi Katup Gadis ini membentuk seperti rumah sehingga disebut rumah garam. Dengan adanya rumah garam ini, garam dapat terlindungi dari hujan mengingat kristal garam tidak akan terwujud jika terkena hujan.

 

“Kelebihan Teknologi ini, sangat berguna saat musim penghujan. Saat hujan turun petani tak perlu khawatir kristalisasi garamnya gagal karena sudah ada payung yang akan menutupi lahan tambak garam,” ujar Suparyono.

 

Selain itu, melalui Teknologi Katup Gadis ini, Nacl garam yang dihasilkan lebih tinggi yaitu sekitar 98,96% sedangkan tambak konvensional hanya sekitar 96,28% sehingga dapat menghasilkan garam yang lebih berkualitas.

 

Pengembangan Inovasi Teknologi Katup Gadis

 

Teknologi Katup Gadis dikembangkan sejak 2016. Petani garam diberikan sejumlah pelatihan untuk meningkatkan produktivitas lahan garam. Mulanya petani garam di Desa Kalibuntu menerapkan teknologi tradisional namun teknologi ini kurang efektif karena tidak dapat melindung garam saat musim hujan.

 

Seiring berjalannya waktu, sejumlah petani garam di Desa kalibuntu mulai menerapkan teknologi terpal atau teknologi geomembrane sebagai meja kristalisasi air garam. Hasilnya cukup memuaskan. Namun teknologi ini masih menerapkan teknologi buka tutup manual yang dijalankan oleh pekerja tambak sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka menutup lahan garam.

 

Setahun berikutnya, petani garam di Desa kalibuntu melakukan uji coba Teknologi Katup Gadis yang menggunakan sepetak lahan berukuran 4×10 meter. Uji coba ini diniatkan untuk meminimalisir kegagalan petani garam di musim hujan.

 

Teknologi ini berhasil meningkatkan percepatan produksi yang tidak dimiliki teknologi lainnya. Selain itu, kualitas garam yang dihasilkan juga lebih putih mengkristal dengan kadar Nacl yang lebih tinggi dari Teknologi konvensional. Sehingga diharapkan pemerintah tidak lagi melakukan impor garam dari luar negeri karena kebutuhan garam nasional sudah terpenuhi dari para petani garam lokal.

 

Biaya Pembuatan Teknologi On Off Katup Gadis

 

Alat ini dibuat seperti payung yang menutupi tambak garam petani, batang payung penutup dibuat dari bahan bambu karena memiliki sifat yang kuat dan tahan saat terkena air laut. Teknologi katup gadis menggunakan bahan bambu mampu bertahan 3-4 tahun.

 

Cara kerja Teknologi Katup Gadis ini sangat sederhana, yaitu untuk membuka payung Katup Gadis petani garam cukup menarik tali yang terhubung dengan ujung payung. Kemudian saat ditarik secara otomatis payung yang berbahan plastik akan menutup lahan tambak garam.

Rumah produksi garam, Desa Kalibuntu. Sumber foto: Istimewa.
Rumah produksi garam, Desa Kalibuntu. Sumber foto: Istimewa.

“Jadi kalau lagi terik, terpal yang diatas dibuka. Tetapi jika hujan datang, maka terpal itu digunakan sebagai penutup garam,” ungkap Suparyono.

 

Adapun biaya pembuatan Teknologi Katup Gadis ini berkisar kurang lebih Rp 2,5 juta untuk ukuran 4×30 meter persegi dengan periode panen garam setiap 10 hari sekali dan dapat menghasilkan sebanyak 2-3 ton garam.

 

Peningkatan hasil produksi garam

 

Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo pada tahun 2017 di kabupaten Probolinggo, petani dapat memproduksi garam sebesar 14 ribu ton. Selanjutnya, pada tahun 2018 Produksi garam di Kabupaten Probolinggo mengalami peningkatan yang signifikan yaitu mencapai 23 ribu ton dengan lahan produksi seluas 315, 992 hektar. Adapun pada tahun 2019 produksi mencapai 28 ribu ton.

Petani Desa Kalibuntu sedang panen garam (2017), Sumber foto: facebook SUPRAYONO
Petani Desa Kalibuntu sedang panen garam (2017), Sumber foto: facebook SUPRAYONO

Dengan adanya peningkatan produksi garam ini mampu menambah pendapatan para petambak garam di Desa Kalibuntu. Selain itu, para petani garam tetap bisa memproduksi garam yang lebih berkualitas meski di musim penghujan. Berikut besaran peningkatan produksi garam dari tahun 2017-2019:

Data produksi garam Desa Kalibuntu 2017-2019

No Data Found



Editor: Dian

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Inovasi Lainnya