Pesona Desa Wisata Tamansari, Perpaduan Wisata Alam dan Budaya

Desa Tamansari berada di dataran tinggi berupa bukit, dilewati oleh 21 aliran sungai. Sementara, ketinggian rata-rata dari permukaan air laut + 650 m, dengan keadaan suhu rata-rata berkisar 26 °C. sedangkan curah hujan rata-rata berkisar 2000 – 2600 mm per tahun. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pemerintah desa dan masyarakat untuk membangun berbagai unit usaha di sektor pariwisata, UMKM dan jasa. Rizal Kurniawan

BANYUWANGI – Desa Wisata Tamansari terletak di bagian barat kota Banyuwangi, tepatnya 24 KM dari Kota, Kecamatan Licin. Sejak 2016 desa wisata Tamansari telah banyak dikenal sebagai desa wisata berbasis smart kampung. Tak heran, desa Tamansari menjadi salah satu desa yang banyak meraih penghargaan. Atas capaian itu, Desa Tamansari banyak menjadi jujugan studi banding.

 

Sejarah dan Asal-usul Desa Tamansari

 

Nama Tamansari ada sejak zaman pendudukan Belanda 133 tahun yang lalu. Pada masa itu ada seorang Belanda bertempat tinggal di Tamansari tepatnya di Dusun Krajan, yang bernama Tuan Van Ort Lander (Tuan Pancur). Tuan Pancur menikah dengan penduduk pribumi yang bernama Nyonya Mince/Astiyah, dan hasil dari pernikahan tersebut mereka telah dikaruniai dua orang anak yaitu Yohana dan Welly.

 

Nama Tamansari diambil dari sebuah taman Tuan Pancur yang berada di Dusun Krajan tepatnya radius 200 meter dari Kantor Kepala Desa Tamansari, di radius 200 meter pada masa itu berdiri rumah tuan Pancur (villa). Salah satu bukti bahwa Tuan Pancur bertempat tinggal di Tamansari adalah sisa bangunan yang berada di belakang Kantor Kepala Desa Tamansari dan sebuah makam yang diyakini oleh Bpk Mustari adalah makam Tuan Pancur dan makam menantunya.

 

Pada awalnya, secara administratif desa Tamansari masuk wilayah Kecamatan Glagah, kemudian pada tanggal 11 November 2004, Kecamatan Glagah diadakan pemekaran wilayah menjadi dua bagian yaitu Kecamatan Glagah sebagai Kecamatan Induk dan Kecamatan Licin sebagai Kecamatan pemekaran.

 

Pembangunan Desa Tamansari

 

Pembangunan di Desa Tamansari dimulai sejak dipimpin oleh Kepala Desa Pertama pada tahun 1969. Namun demikian hingga sekarang pembangunan di Desa Tamansari belum sesuai dengan harapan warga masyarakat, hal tersebut dikarenakan banyaknya kendala antara lain: lokasi jauh dari kota dan masyarakat mayoritas buruh.

 

Pada tahun 1983 pemerintah melaksanakan program pengaspalan jalan, dimulai dari pengaspalan jalan poros dari Jalan Raya Banyuwangi-Licin. Kemudian pada tahun 1974, Desa Tamansari mendapat bantuan Air Bersih. Pada tahun 1985 dilanjutkan bantuan Pemerintah melaksanakan program Listrik Masuk Desa.

 

Dengan adanya program Listrik Masuk Desa tersebut, kreatifitas masyarakat Desa Tamansari mulai berkembang, ditandai dengan tumbuh berkembangnya industri-industri kecil antara lain: pertukangan (mebel), pembuatan tahu, tempe, pembuatan kerajinan (handicraft). Pada tahun 2015 s/d sekarang dengan adanya program DD, Desa Tamansari bisa memaksimalkan pembangunan di segala bidang.

 

Sendang Seruni. Sumber: Pemdes Desa Wisata Tamansari
       Sendang Seruni. Sumber foto: Pemdes Tamansari

 

Konsep Desa Wisata Tamansari

 

Pembangunan Desa Wisata Tamansari atas dasar “Konservasi Alam Berdampak Menambah Nilai Ekonomi Bagi Masyarakat”. Oleh sebabnya, pembangunan desa wisata harus memperhatikan posisi, potensi dan peran masyarakat baik sebagai subjek atau pelaku maupun penerima manfaat pengembangan, karena dukungan masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang pengembangan desa wisata Tamansari.

 

Dukungan masyarakat dapat diperoleh melalui penanaman kesadaran masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata. Untuk itu dibutuhkan proses dan pengkondisian untuk mewujudkan masyarakat yang sadar wisata. Masyarakat yang sadar wisata akan dapat memahami dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona.

 

Salah satu model pembangunan desa wisata tamansari yang mengkolaborasikan fungsi pemberdayaan masyarakat sebagai pelakunya terbentuk oleh Kelompok Masyarakat (Pokmas) dan berkolaborasi dengan Pokdarwis, Lembaga Desa Wisata dan disatukan dalam manajemen BUM Desa “Ijen Lestari”.

 

Pengembangan desa wisata Tamansari, mendorong berbagai upaya untuk melestarikan dan memberdayakan potensi keunikan berupa kekayaan alam, budaya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom).

 

Wisata Kawah Ijen. Sumber: Pemdes Tamansari
       Wisata Kawah Ijen. Sumber foto: Pemdes Tamansari

 

Potensi Desa Wisata Tamansari

 

Desa Wisata Tamansari memiliki banyak potensi, diantaranya adalah potensi wisata alam, UMKM dan kearifan lokal berupa tradisi yang hingga saat ini masih dilakukan. Beberapa potensi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah desa bersama masyarakat setempat.

 

Desa Tamansari memiliki potensi wisata berupa wisata Kawah Ijen, destinasi Sendang Seruni yang dilengkapi dengan kolar air yang bersumber dari mata air pegunungan. Pengelolaan semua destinasi wisata itu melibatkan mayoritas masyarakat desa Tamansari.

 

Tak hanya sektor pariwisata, desa Tamansari juga bergeliat dengan beberapa unit usaha UMKM. Beberapa unit usaha UMKM itu meliputi peternakan sapi perah, kebun kopi, peternakan lebah madu, oleh-oleh rumahan ibu-ibu Desa Tamansari, warung Osing, dan Homestay yang dikelola oleh Bumdes.

 

Selanjutnya, Desa Tamansari juga memiliki atraksi budaya yang mampu mendatangkan wisatawan. Beberapa atraksi budaya itu meliputi, pencak silat dan balap kambing. Adapun balap kambing merupakan salah satu atraksi budaya yang dilakukan setiap tahun sekali.

 

Taman Terakopta. Sumber: Pemdes Desa Wisata Tamansari
    Taman Terakopta. Sumber: Pemdes Desa Wisata Tamansari

 

Beberapa Pengembangan Potensi Desa

 

Pemerintah desa Tamansari serta masyarakat setempat bergotong royong untuk melakukan berbagai terobosan, dalam mengembangkan potensi yang ada. Beberapa pengembangan itu dapat berupa pembangunan homestay, penyediaan jasa transportasi, serta pengembangan situs budaya.

 

Desa Tamansari mengembangkan unit usaha penginapan yang relatif dekat dengan gunung Ijen, yakni sekitar 17 Km dari Gunung Ijen. Penginapan yang disediakan oleh beberapa masyarakat setempat dibandrol dengan harga yang relatif murah, yakni dari harga Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.

 

Selain homestay yang letaknya berdekatan dengan gunung Ijen, wisatawan juga dapat memilih untuk menginap di homestay yang berada di pemukiman penambang. Kawasan ini disebut kampung penambang, sebab semua masyarakatnya bekerja sebagai penambang. Dengan demikian, wisatawan dapat melihat jelas aktivitas masyarakat dalam melakukan pekerjaannya sebagai penambang.

 

Pemerintahan Desa Wisata Tamansari juga telah memberikan pelatihan dan pengetahuan kepada para penambang yang mayoritas orang Desa Tamansari. Berbekal kursus Bahasa Inggris berbasis desa, diharapkan selain menambang para penambang juga bisa menjadi local guide yang mumpuni dan berpengetahuan, tidak hanya untuk wisatawan lokal tapi juga mancanegara.

 

Selanjutnya, pemerintah desa juga menggembangkan jasa transportasi untuk para wisatawan yang hendak naik ke kawah ijen.Transportasi yang disediakan adalah Trooper dan mobil sejenis.

 

Kemudian, pemerintah desa juga membangun Taman Gandrung Terakota. Taman gandrung Terakota adalah situs rawat ruwat seni budaya Banyuwangi yang terletak di kawasan kaki gunung Ijen, berlokasi di Dusun Blimbingsari Desa Tamansari. Di dalamnya dapat ditemukan galeri seni rupa, amfiteater terbuka sendratari, pementasan drama tari “Meras Gandrung”, perhelatan musik.

 

Taman ini didesain dengan konsep sebagai area situs seribu patung tembikar (terakota) berwujud penari gandrung yang terletak menyebar di sekitar area amfiteater dan persawahan. Gandrung telah menjadi identitas budaya asli dan ikon kota Banyuwangi.

 

Perjalanan menuju kawasan Taman Gandrung Terakota dapat dilalui dengan kendaraan bermotor dan kendaraan roda empat. Jarak tempuh dari Banyuwangi kota menuju Taman Gandrung Terakota 23,7 km dengan membutuhkan waktu 44 menit dan jarak tempuh dari Bandar udara Blimbingsari 37,8 km dengan membutuhkan waktu 1 jam 4 menit.

 

Tiket, Trafik Pengunjung dan Omset Desa Wisata Tamansari

 

Banyaknya pilihan serta opsi destinasi wisata di Desa Wisata Tamansari membuat desa ini memiliki trafik pengunjung yang stabil, bahkan naik secara siginifikan. Berikut kami paparkan harga tiket, trafik pengunjung dan omset Desa Wisata Tamansari:

1. Harga Tiket Destinasi Wisata Sendang Seruni : Rp. 7.500/orang

2. Harga Tiket Destinasi Terakota : Rp. 100.000 /orang

3. Harga Tiket Destinasi Kawah Ijen (Lokal) : (Rp. 7.500 – 10.000)/orang

4. Harga Tiket Destinasi Kawah Ijen (Manca) : (Rp. 100.000 – 150.000)/ orang

4. Harga Homestay (Grade A, B dan C) : (Rp. 200.000 – Rp. 300.000)/Kamar/2 Orang

5. Harga Paket Wisata 1 Day : (Rp. 250.000 – Rp. 1.650.000) /pack

DATA INFORMASI KUNJUNGAN DESA WISATA TAMANSARI 2022-2023

Sumber: BUMDesa Ijen Lestari

No Data Found

DATA INFORMASI OMSET DESA WISATA TAMANSARI 2022-2023

Sumber: BUMDesa Ijen Lestari

No Data Found

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di: