WONOGIRI – Pemerintah Desa Pucung, Kecamatan Kismantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah memberdayakan para disabilitas untuk memproduksi batik Ciprat. Kepala Desa Puncung, Kateno, menganggap bahwa kondisi keterbatasan bukanlah penghalang untuk produktif dan terus berkaya.
“Batik Ciprat lantas dipilih menjadi sarana pengembangan kreativitas para disabilitas dengan beberapa pertimbangan antara lain pembuatannya mudah dilakukan oleh penyandang disabilitas. Hasil motifnya unik dan jarang ditemui di pasaran, serta bahan baku yang mudah didapatkan,” kata Kepala Desa Pucung, Kateno, Selasa (8/3/2023).
Kateno menerangkan, inovasi Batik Ciprat Karya Barokah merupakan wadah kreatifitas yang pada akhirnya untuk menunjang kemandirian para penyandang disabilitas. Sehingga, dapat berdampak secara sosial maupun ekonomi.
“Cara pandang masyarakat terhadap keluarga mereka sudah berbeda. Selain itu secara mental, para disabilitas sudah tidak minder lagi. Sedangkan dalam bidang ekonomi, diharapkan dengan adanya Batik Ciprat Karya Barokah ini bisa memandirikan penyandang disabilitas secara ekonomi, pendapatan dari membatik dapat membantu mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari,” terang Kateno.
Kateno mengungkapkan, dalam satu bulan rata-rata para difabel bisa menghasilkan 100 lembar kain batik. Bahkan di tahun 2022, produksi Batik Ciprat Karya Barokah mencapai 2.200 lembar kain.
“Setiap kainnya dihargai mulai Rp130 Ribu hingga Rp160 Ribu, tergantung motif dan lama pengerjaannya. Penjualan batik ciprat kami rata-rata masih dijual di wilayah Jawa Tengah. Pernah beberapa kali mengirim ke luar provinsi. Biasanya yang memesan adalah piyayi Wonogiri yang merantau, yang ingin mengenakan kain batik Wonogiren,” jlentrehnya.
Sebagai informasi, di desa Pucung terdapat lebih dari 60 warga penyandang disabilitas. Selain itu, desa Pucung juga menjadi salah satu dari 14 desa Inklusif di Indonesia.
Penulis: Mukhlis
Editor: Ani