JAKARTA – Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyampaikan hasil survei Desa Digital di Indonesia, khususnya Jawa Barat pada workshop Ekosistem Desa Digital di hotel eL Royale, Bandung pada Selasa, (7/3/2023). Hasil survei menunjukkan pergerakan yang positif dalam penggunaan inovasi digital pada desa-desa di Jawa Barat.
“Kami temukan tingkat kematangan digital di pedesaan bervariasi dari tahap percontohan hingga tahap komersial. Beberapa desa di Jawa Barat telah menerapkan teknologi inovasi digital pada berbagai sektor, seperti smart farming, smart fishery, smart livestock, dan lain-lain,” kata Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia.
DVI adalah program yang dikembangkan untuk mempromosikan digitalisasi di pedesaan. Bersama 13 negara di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia sepakat melakukan survei terkait inovasi digital pada pedesaan di negara-negara tersebut di bawah platform “1000 Desa Digital”.
Survei yang dilakukan FAO bersama IPB menyasar 132 desa di seluruh Indonesia dengan maksud menilai tingkat inovasi digital termasuk perkembangan teknologi dan tingkat adopsi untuk menentukan kematangan inovasi digital yang dipraktikkan.
“Dengan baseline yang telah ditemukan ini, kami berharap baseline ini dapat dikembangkan dengan dukungan teknis dari FAO. Kami juga berharap desa inovasi digital ini akan terus berlanjut dalam kerja sama yang erat dengan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait lainnya. Sangat penting untuk memanfaatkan potensi desa-desa ini,” kata Rajendra.
Rektor IPB Arif Satria menegaskan bahwa kelanjutan perluasan program Inovasi Desa Digital (DVI) di Indonesia bergantung pada regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
“Pembangunan Desa Digital dapat berlangsung sangat cepat, namun perlu didukung dengan regulasi yang baik dan infrastruktur yang baik. Saya berharap seluruh pemangku kepentingan terkait dapat bekerja sama dengan erat untuk pembangunan desa digital ini,” pungkas Arief.
Penulis: Erdhi
Editor: Soleha.tn
