Desa Wisata Pulau Kelapa, Wisata Bahari Pemukiman

Keindahan Alam akan keragaman Biota Laut menjadi daya tarik tersendiri bagi Desa Wisata Pulau Kelapa. Desa ini tak pernah sepi dengan kunjungan wisatawan. Selain keindahan bahari, Desa ini juga punya karakteristik pengelolaan yang berbeda dengan Desa Wisata pada umumnya, yakni dikelola langsung oleh masyarakat di pemukiman. Sehingga dikenal dengan wisata pemukiman. 
Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa
Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa

JAKARTA- Pulau Kelapa merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Dari 36 pulau kawasan di Desa Wisata Pulau Kelapa, hanya dua pulau yang berpenduduk yakni Pulau Kelapa dan Kelapa Dua, sementara sisanya dikelola oleh swasta menjadi resort dan lainnya bersifat pulau pribadi.

 

Seperti namanya, Pulau Kelapa, desa ini banyak ditumbuhi pohon kelapa. Sehingga, nuansa khas pantai dengan jejeran pohon kelapa sangat terasa. Pulau seluas +13 hektar ini juga menawarkan keindahan alam khas kepulauan, air laut yang biru dan jernih, hamparan pasir putih bersih, serta habitat terumbu karang yang menjadi idola para snorkeler dan divers dari seluruh pelosok negeri.

 

Semua potensi wisata di Desa ini dikelola secara gotong royong oleh masyarakat setempat, sehingga dikenal dengan sebutan “Wisata Pemukiman”.

 

Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sekaligus pengelola Desa Wisata Pulau Kelapa, Safa’atul Anam mengatakan bahwa Desa wisata yang dikelola pemukiman memiliki sisi plus dan minus tersendiri. Ketika dikelola swasta, masyarakat di Desa wisata Pulau Kelapa hanya menjadi penyedia jasa seperti tour guide, penerjemah dan porter.

 

Sekarang menurut Anam, ketika dikelola masyarakat pemukiman sendiri dengan dukungan pemerintah Provinsi, para warga dapat langsung merasakan dampak ekonominya.

 

“Sisi minusnya, ketika dikelola pemukiman sendiri dan tidak ada intervensi dari pihak swasta maka pembangunan infrastuktur dan fasilitas agak lamban, karena tidak adanya investor. Para investor yang dulu berinvestasi di sini sekarang pindah ke timur semua seperti Raja Ampat, Karimunjawa, Pulau Komodo,” ceritanya.

 

 

Wisata, Ragam Wisata dan Fasilitas di Dewi Pulau Kelapa

 

Paket wisata yang ditawarkan di antaranya Snorkeling 2 hari 1 malam 400 rb/orang (minimal 10 orang, di bawah 10 harga naik) dengan destinasi: Pulau Dolphin, Pulau Kelapa Dua, Pulau Bulat. Paket tersebut sudah termasuk include: kapal feri PP (darat-pulau), komestay/penginapan, makan 3 kali (siang, malam, pagi), kapal trip jelajah, alat snorkeling full set, guide, asuransi jiwa kapal feri, adopsi karang (Tanam Karang). Bonus/Free: BBQ, Banana Boat, Tiket masuk Taman Nasional Kepulauan Seribu.

 

Exclude: 1. Makanan ringan/Snack, 2. Uang Tip Guide, 3. Perahu Kano, 4. Fasilitas yang tidak terdaftar dalam paket:

 

  1. Jelajah Pulau
  2. Kreasi Bank Sampah
  3. Wisata Diving
  4. Rumah Souvenir
  5. Seni Budaya lokal
  6. Wisata Religi
  7. Wisata Snorkeling
  8. Wisata Mangrove
  9. Wisata Adopsi Karang
  10. Outbond, Jetski dan Banana Boat
  11. Fun Bike Jablai (Jalan Bareng ke Pantai)
  12. Kulineran Alun-alun Dewi Pulau Kelapa
  13. Inap Camp Island
  14. Live in Homestay

 

Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa
Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa

 

Skema Pengelolaan Wisata Pemukiman

 

Safa’atul Anam, mengatakan bahwa skema pengelolaaan dalam Desa Wisata Pulau Kelapa memiliki konsep sendiri.

 

“Saat ini kami pengelola Desa Wisata hanya fokus pada promosi dan pembagian kerja pada paket wisata saja. Jadi omset dibagi pada pelaku jasa wisata dan ekonomi kreatif yang memiliki usaha. Terkait rinciannya tidak dapat kami sebutkan karena sifatnya dinamis,” jelasnya.

 

Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa
Dokumentasi Pokdarwis Desa Wisata Pulau kelapa

 

Misalnya, Anam mencontohkan jika tiap pelaku jasa wisata ada yang mendapat bagian dari penginapan/homestay, ada bagian cattering, ada bagian guide, ada bagian kapal jelajah/trip, ada bagian atraksi wisata, ada bagian wisata kuliner.

 

“Setiap warga bergilir pembagian job,” terangnya.

 

Kondisi Sosio-Kultural Desa Wisata Pulau Kelapa

 

Keberagaman budaya Desa Wisata Pulau Kelapa baik dari kuliner, religi, suku, bahasa, dan adat istiadat menjadi daya tarik dan karakteristik tersendiri. Maka tak heran banyak yang bilang bahwa pulau kelapa adalah miniaturnya Indonesia. Percampuran budaya di Pulau Kelapa kerap menghasilkan budaya baru. Dan tentu saja tanpa menghilangkan budaya asalnya.

 

Safa’atul Anam menambahkan bahwa ada empat suku keturunan yang mendiami Desa tersebut, di antaranya Jawa, Betawi, Sunda dan Bugis Mandar. Adapun dari kalangan Bugis Bone merupakan pendatang.

 

“Dari empat suku tersebut terjadi asimilasi sehingga kerap membentuk kebudayan baru. Dalam tradisi perkawinan di daerah kami misalnya, pengantin akan diarak keliling pulau,” tuturnya.

 

Selain itu, bentuk akulturasi yang terjadi adalah bergesernya tradisi larung laut.

 

“Larung laut yang biasanya dikenal masyarakat pesisir sebagai petik laut, melarungkan sedekah bumi ke laut, kini dimodifikasi menjadi syukuran laut. Tradisinya tetap ada, cuma berganti menjadi syukuran warga,”ceritanya.

 

Secara historis, Anam mengatakan pada tahun 80-an ketika masa kepimimpinan presiden Soeharto, Pulau Seribu merupakan destinasi wisata angkatan pertama yang selalu didatangi wisatawan mancanegara selain Bali.

 

Sebelum terkenal Raja Ampat, Pulau Komodo, Karimunjawa. Turis-turis mancanegara beranggapan, ketika berbicara Indonesia maka yang terbesit adalah Kepulauan Seribu. Hal itu menandakan bahwa Pulau Seribu adalah destinasi yang terkenal dan istimewa pada kali itu.

 

Wisatawan Lokal Pulau Kelapa
Wisatawan Lokal Pulau Kelapa

 

Lebih lanjut, Anam menjelaskan peta sebaran turis mancanegara. Jika pada tahun itu, Bali hanya didatangi para turis backpaker yang sebagian besar berasal dari Australia. Pulau Seribu sudah didatangi turis dari Eropa, Asean bahkan Amerika.

 

“Jadi tak heran jika dulu Pulau ini dijadikan sandaran atau tempat menepinya kapal pesiar Awani Dream. Kapal pesiar mewah pabrikan Indonesia dengan tujuan kelliling dunia. Namun sayang Awanai Dream bangkrut dan berhenti beroperasi saat krisis moneter 1998. Bisnis kapal pesiar yang sudah ada sejak 1995. Saat itu cuma ada dua operator yang masuk ke Asia: Star Cruises dan Royal Caribbean. Sedangkan pemain domestiknya hanya Awani Dream,” ceritanya.

 

Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Kelapa mulai redup pasca tsunami aceh pada tahun 2004. Menurutnya, pada waktu itu, wisatawan mancanegara beranggapan jika pulau yang berdekatan dengan laut berpotensi tsunami.

 

Keunggulan lainnya adalah kawasan Desa Wisata Pulau Kelapa berada di kepulauan Seribu sesuai Peraturan Pemerintah sebagai KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) dan mendapatkan penghargaan Asian Heritage Park serta satu-satunya Taman Nasional Laut yang berada di Ibu Kota Negara Indonesia.

 

Anam mengatakan jika pada tahun 2023 ini Desa Wisata Pulau Seribu menargetkan masuk dalam top 50 kategori ADWI.

 

“Tahun 2021 kami masuk dalam nominasi 300 besar, tahun 2022 kami masuk 100 besar, dan tahun 2023 kami targetkan masuk dalam 50 besar. Kami ingin agar Desa Wisata Pulau Kelapa lebih banyak yang mengebnal sehingga memberikan dampak pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat,” jelasnya.

 

Dengan keyakinan bersama akan pengembangan Desa Wisata menjadi lebih Maju serta Mandiri dibutuhkan komitmen dan keseriusan pengelola Desa Wisata bersama team serta dukungan stake holder terkait sangat penting demi tercapainya kemandirian Desa Wisata Pulau Kelapa.

 

Panorama Snorkling Pulau Kelapa
Panorama Snorkling Pulau Kelapa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Akses dan Panorama Desa Wisata Pulau Kelapa

 

Untuk menuju Desa Wisata Pulau Kelapa pengunjung dapat melalui beberapa pelabuhan seperti Pelabuhan Kaliadem atau Muara Angke dan Pelabuhan Marina Ancol. Pelabuhan ini pun sangat dekat dengan bandara Soekarno-Hatta, waktu tempuh 15 menit ke bandara.

 

Jarak menuju ke Desa Wisata berkisar 40 mil atau sekitar 3 Jam menggunakan kapal Tradisional dari Pelabuhan Kaliadem, dan berkisar 1,30 menit menggunakan kapal speed boat dari pelabuhan Marina Ancol.

 

 

“Setiap pelabuhan punya segmen pasar dan plus minusnya sendiri. Jika Kaliadem biasanya ada dua opsi, memakai kapal tradisional kayu yang dilapisi viber dan speedboat yang disediakan Dinas Perhubungan Umum Provinsi Jakarta. Harganya relatif lebih murah namun jarak tempuhnya lebih lamna. Sebaliknya, jika melalui Marina Ancol, jarak tempuhnya lebih singkat namun tarif kapalnya lebih mahal,” ujarnya.

 

 

Anam menambahkan jika di Desa Wisata Pulau Kelapa selain tersedia wisata bahari seperti snorkling, diving dan jelajah pulau.

 

 

“Masuk dalam wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu, membuau Pulau Kelapa memiliki fauna dan biota laut yang indah. Seperti penyu sisik dan Elang Bondol, hewan yang dijadikan maskot Provinsi DKI Jakarta. Dan juga transplantasi terumbu karang. Kami juga punya tempat unggulan yang dikenal sebagai Green Lagoon, pelabuhan yang di dalamnya ada pesisir yang gak begitu dalam dan berwarna kehijauan,” jelasnya.

 

 

Potensi ini tentu saja tidak dapat di sia-siakan begitu saja dengan komitmen dan kerjasama maka akan sangat mudah mendatangkan wisatawan ke Pulau Kelapa serta mengembangkan Desa Wisata menjadi lebih Mandiri ke depannya.

 

 

Omset dan Trafik Pengunjung Desa Wisata Pulau Kelapa

 

Anam mengatakan jika sebelum pandemi, wisatawan Desa Wisata Pulau Kelapa menyentuh angka 2000-3000 orang per minggu (weekend). Namun, pada masa recovery atau masa pemulihan pasca pandemi ini angka wisatawan baru mulai menyentuh 500-800 orang per minggu.

 

 

Sementara itu, untuk omset yang dihasilkan dari seluruh kawasan sekitar 200-300 juta. Adapun omset Pokdarwis Desa Wisata Pulau Kelapa yakni 50-100 juta per weekend.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di: