Kolomdesa.com, Cirebon – Nopan Sinaga (27) dan Rana Azizah (26), dua pemuda dari Desa Plambon, Kecamatan Plambon, Kabupaten Cirebon berhasil memanfaatkan rotan menjadi ladang basah bisnis ekspor. Tahun ini menjadi tahun kedua mereka melakukan ekspor produk ke berbagai negara di Eropa.
Ekspor itu dilakukan PT Masagena Maruarar Salawasna dengan jenama Molja Furniture. Molja diambil dari penyebutan kata mulia. Molja juga dalam bahasa Swedia artinya petarung.
Rotan disulap menjadi berbagai produk furnitur seperti sofa bed dan aksesoris rumah tangga. Usaha rotan dipilih karena merupakan salah satu komoditas unggulan Cirebon.
“Ya. Kami baru melakukan ekspor ke Prancis dengan muatan satu kontainer berukuran besar atau 45 high cube. Kapalnya berangkat kemarin tanggal 25 Oktober,” ungkap Nopal Sinaga kepada Kolomdesa.com, Senin (28/10/2024).
Produk yang diekspor berupa sofa bed berukuran panjang 200 sentimeter (cm), lebar 93 cm, dan tinggi 76 cm. Produk itu berupa anyaman rotan berwarna krem dengan sofa putih di atasnya. Menurut Nopal, produk sofa bed merupakan salah satu produk unggulan dari Molja Furniture.
Sebagai pendatang baru di industri ini, Rana sempat meragu. Apalagi, ia harus pusing mencari buyer (pembeli) baru. ”Kalau khawatir mah berkali-kali. (Molja) Ini gimana ya jalaninnya? Saya bingung, tetapi ada saja yang bantu struggle (berjuang),” ungkapnya.
Ekspor kali ini merupakan yang ketiga pada tahun 2024. Sebelumnya, September lalu, Molja mengirim tiga kontainer ukuran sekitar 20 kaki ke Perancis. Pelepasan ekspor kala itu dihadiri Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon Anton Pitono dan pejabat daerah.

Bagi Molja, ekspor ke negara yang dikenal sebagai pusat mode dunia ini sudah ketujuh kali sejak 2023. Total yang diekspor mencapai lebih dari 18 kontainer. Setiap kontainer berisi puluhan produk. Nilai produk setiap kali ekspor pun mencapai ratusan juta rupiah.
Sebelumnya, Molja pernah tiga kali mengekspor keranjang lampu rotan ke Belanda. Ekspor ke negara lain pun masih terbuka. ”Kalau sudah deal (setuju), kami bisa ekspor ke Slowakia, Amerika Serikat, dan Malaysia. Nilai per order sekitar 10.000 dollar AS,” ucapnya.
Menembus pasar global menjadi pencapaian tersendiri bagi Molja yang baru berdiri pada tahun 2021. Uniknya, perusahaan ini digawangi Rana dan Nopan yang adalah generasi Z. Mereka lahir di kurun tahun 1997-2012.
Kolaborasi dengan Masyarakat Lokal
Dalam dunia bisnis, Nopan mengakui tidak mudah membangun UMKM produk rotan. Sarjana ekonomi asal Universitas Padjadjaran, Bandung, ini baru bersentuhan dengan industri rotan akhir 2020.
Menurut Nopan, tujuan Molja Furniture salah satunya adalah meningkatkan kemandirian sumber daya manusia terutama di Cirebon. Menurutnya, dengan memberdayakan pengrajin lokal dan mengekspor olahan rotan para pengrajin menjadi salah satu upaya konkret dalam peningkatan perekonomian di Indonesia.
“Kami gak hanya mementingkan kepentingan perusahaan, Kami selalu ngasih nilai tambah dalam setiap kegiatan usaha perusahaan agar para pelaku di dalamnya mempunyai taraf hidup yang lebih baik dengan kebersamaan, budaya perusahaan, etos kerja terbaik dan niat yang tulus,” beber Nopan.
Nopan menceritakan pengalaman pertamanya di industri rotan. Saat itu, ia bekerja di bagian pemasaran salah satu pabrik rotan milik keluarga temannya di Cirebon. Setelah bertemu Rana yang punya tujuan serupa, mereka akhirnya mendirikan Molja.
Tahun pertama, keduanya fokus melakukan penelitian terhadap industri ini, termasuk berguru kepada banyak pihak.Hasil pembelajarannya, perusahaan rotan bisa bertahan jika dipercaya pembeli.
Kepercayaan itu, katanya, tumbuh jika pengusaha bisa memastikan kualitas produk dan ketepatan waktu penyelesaiannya. Itu sebabnya, awal-awal, pihaknya fokus pada membangun trust, bukan pabrik.
Sebagai generasi Z, Nopan dan Rana tidak mendirikan pabrik seperti para pendahulunya dalam membangun perusahaan. Mereka bahkan hanya punya tim kecil berisi lima orang. Lalu, bagaimana usahanya berjalan? ”Kami UMKM dengan konsep bisnis kolaborasi,” kata Nopan.
Ia mencontohkan, jika mendapat permintaan dari pembeli, pihaknya akan menghubungi perwakilan perajin untuk membuatnya. Para perajin pun bisa membuatnya di rumah masing-masing dengan catatan selesai tepat waktu.
”Mereka mengatur jam kerjanya sendiri,” ucapnya. Soal kualitas, pihaknya punya cara sendiri. Saat membuat kursi rotan, misalnya, ia mengetes kekuatan struktur dengan memberikan beban 230 kilogram selama satu sampai lima menit. Tes itu penting karena beban dan ukuran orang luar negeri lebih besar.
Konsep bisnis ala generasi Z ini membuahkan hasil. Sejak diinisiasi tiga tahun lalu, Nopan dan Rana telah mengerjakan 30 order dan proyek dengan melibatkan sedikitnya 30 perajin di Cirebon.
Awal tahun ini, Molja juga jadi UMKM binaan KPwBI Cirebon dan ikut berbagai pameran. Mulai dari pertemuan bisnis Ciayumajakuning Entrepreneur Festival hingga Karya Kreatif Indonesia yang digelar BI.
Bulan ini, aneka produk Molja turut serta di Trade Expo Indonesia yang digelar Kementerian Perdagangan. “Kami berkomitmen terhadap praktik berkelanjutan dan terus berupaya meningkatkan kualitas produksi. Kami mendorong inovasi dalam desain, menciptakan produk unik dan kreatif yang memenuhi kebutuhan spesifik target pasar kami,” tutupnya.