Kolomdesa, Yogyakarta – Desa Katongan, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memiliki pemandangan menarik dengan banyak pekarangan rumah penduduk yang dipenuhi tanaman lidah buaya (Aloe Vera). Warga Desa Katongan telah mengembangkan lidah buaya sejak awal 2018.
Setelah kurang lebih empat tahun, hasilnya mulai terlihat. Tanaman ini tumbuh subur di Pedukuhan Jeruklegi, yang dapat ditempuh sekitar satu jam perjalanan dari pusat Kota Yogyakarta.
“Wisata edukasi Aloe Land ini mulai dikembangkan pada awal 2018. Awalnya, ada agen wisata yang tertarik dengan konsep wisata edukasi tentang tanaman lidah buaya, mulai dari budidaya hingga pengolahan dan hasil olahan yang bisa dinikmati di tempat,” ungkap Alan Efendi pada Selasa (15/10/2023).
Alan mendirikan perusahaan bernama Mount Vera Sejati, yang bergerak dalam budidaya dan pengolahan lidah buaya menjadi produk makanan dan minuman sehat. Perusahaan ini memiliki dua merek, yaitu ‘Rasane Vera’ dengan produk seperti Nata de Aloe Vera, Aloe Vera Cube Drink, Aloe Liquid, Aloe Fiber, dan Pure Aloe Vera Slice, serta ‘AloeLand’ yang fokus pada kegiatan wisata edukasi terkait aloe vera.
Mount Vera Sejati didirikan pada tahun 2014, dengan luas lahan budidaya sekitar 3.500 m² dan didukung oleh 115 petani binaan.

Produk Minuman Aloe Land. Sumber: Dokumentasi Alan Efendi
Satu Dekade Budidaya Aloe Vera
Sejak 2014, Alan membeli bibit lidah buaya jenis Aloe Chinensis Baker dari Sidoarjo, Jawa Timur, ibunya turut membantu menanam dan merawatnya.
“Bahan baku minuman aloe vera ini sederhana, hanya daging lidah buaya, pewarna dari daun pandan dan suji, serta pemanis dari gula batu. Saat ini, produk kami belum tahan lama, hanya bertahan tiga hingga empat hari,” jelasnya.
Alan menjelaskan, semua bagian lidah buaya dapat diolah, mulai dari daging, kulit, hingga bunga. Produk yang dihasilkan meliputi minuman, kripik, dodol, hingga teh celup dari kulitnya. Lendir lidah buaya juga dapat digunakan untuk membuat sabun.
“Di sini, pengunjung bisa melihat proses budidaya lidah buaya dan belajar membuat minuman serta produk lainnya,” terang Alan.
Harga oleh-oleh pun cukup terjangkau. Dengan Rp 60.000, pengunjung dapat membawa pulang satu dus berisi 24 cup minuman segar yang baik untuk pencernaan. Selain itu, perusahaan kosmetik dari Kalasan dan Tangerang juga rutin memesan aloe vera dari mereka.
“Karena banyak peternak lebah madu Klanceng di Katongan, kami berinovasi membuat minuman aloe vera yang dicampur madu tersebut. Kami dibantu enam karyawan dalam produksi ini. Ini adalah usaha minuman kesehatan,” ucapnya bersyukur.
Produk Kripik Aloe Land. Sumber: Dokumentasi Alan Efendi
Wisata Edukasi Aloe Land
Aloe Land juga menawarkan paket edukasi wisata untuk umum dan pelajar, dengan harga ekonomis Rp 75.000 untuk umum dan Rp 55.000 untuk pelajar.
“Setiap paket memiliki keuntungan masing-masing, termasuk welcome drink (Nata de Aloe Vera), snack box, dua bibit aloe vera untuk masing-masing peserta, dan modul materi dalam format PDF tentang resep olahan dan teknik budidaya. Pelajar juga mendapatkan sertifikat kegiatan,” jelas Alan.
Dalam usahanya, Alan melibatkan 50 keluarga sekitar untuk penanaman. Sebagian besar dari mereka memanfaatkan pekarangan rumah, dengan hanya dua yang menanam di area khusus.
“Aloe vera hanya perlu disiram dua kali seminggu. Setelah bibit ditanam, tanaman ini membutuhkan waktu 10 hingga 12 bulan untuk tumbuh,” pungkasnya penuh semangat.
Dengan manfaat kesehatan bagi pencernaan, terutama lambung, ia berharap masyarakat dapat merasakan manfaatnya dan berharap usaha ini dapat berkembang menjadi industri yang lebih besar di masa depan.
Editor: Rizal K