Kolom Desa

Dari Desa Hingga Panggung Internasional: Kisah Sukses Anjani M. Azizah dengan Desain Pakaian

Produk Anjani Studios. Sumber: Dokumentasi Anjani M. Azizah

Kolomdesa.com, Banyuwangi Badean adalah sebuah nama salah satu desa di Kecamatan Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Dahulu, desa ini merupakan bagian dari Kecamatan Kabat dan memiliki akses langsung ke Desa Blimbingsari. Namun, sejak pembangunan Bandar Udara Blimbingsari, akses jalan tersebut terputus, sehingga warga harus memutar melalui Desa Karangbendo untuk mencapai Blimbingsari.

Desa Badean memiliki karakteristik khas perkampungan desa dengan lahan pertanian yang luas. Selain sawah padi, banyak pula kebun yang ditanami pohon sengon. Berbatasan langsung dengan laut, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Namun, di tengah mayoritas pekerjaan tradisional ini, muncul sosok Anjani M. Azizah, seorang desainer fashion berbakat yang berhasil membawa nama Badean ke kancah internasional.

Dari Desa Hingga Panggung Internasional: Kisah Sukses Anjani M. Azizah dengan Desain Pakaian

Produk Anjani Studios. Sumber: Dokumentasi Anjani M. Azizah

Anjani M. Azizah: Desainer Pakaian dari Badean

Kepala Desa Badean, Didik Suyanto, mengapresiasi usaha Anjani dalam mengembangkan bisnis fashion.

“Dengan hadirnya usaha Mba Azizah ini, kami sangat mengapresiasi karena dapat membuka lapangan pekerjaan bagi warga Desa Badean Blimbingsari,” ujar Didik dalam wawancara dengan Kolomdesa, Rabu, 19 Februari 2025.

Mengusung tagline “Your Painting Outfit”, karya Anjani telah menembus pasar internasional dan menjadi favorit para fashionista, termasuk selebritas Indonesia seperti penyanyi Mahalini dan Boyen. Karyanya bahkan telah dipakai dalam berbagai acara televisi bergengsi, seperti X Factor Indonesia di RCTI dan Indonesia’s Next Top Model.

Dari Hukum ke Dunia Fashion

Meski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Hukum, Anjani menunjukkan kecerdasan dan visi bisnis yang kuat. Sejak awal, ia memanfaatkan platform digital dan marketplace untuk memperkenalkan produk fashionnya ke pasar global. Dalam sekali produksi, ia mampu menghasilkan 50 hingga 100 potong pakaian, dengan beberapa pesanan harus melalui sistem pre-order karena tingginya permintaan.

“Awalnya, saya mulai saat terlibat dalam pementasan teater dan harus membuat kostum sendiri. Dari pengalaman ini, saya menemukan ide untuk memproduksi pakaian dengan konsep street fashion yang unik. Seiring berjalannya waktu, terutama pasca-pandemi 2021, bisnis fashion ini berkembang pesat. Bahkan, saat Lebaran tahun lalu, omzetnya mencapai Rp 50 juta,” ungkap Anjani.

Lebih dari sekadar bisnis, Anjani memiliki visi untuk memberdayakan perempuan di desanya agar lebih mandiri dan kreatif. Saat ini, ia telah memberdayakan sekitar 10 perempuan dari Desa Bedean untuk bergabung dalam produksi fashionnya.

“Saya ingin mengubah pola pikir masyarakat desa agar bisa mandiri dan berkarya melalui produk fashion,” ujarnya.

Artis Ternama Menggunakan Produk Anjani Studios. Sumber: Dokumentasi Anjani M. Azizah

Perjalanan Awal dalam Dunia Bisnis

Anjani memulai bisnisnya pada 2018 dengan menjual jilbab. Berbeda dari produk sejenis, jilbab karyanya memiliki ciri khas dengan tambahan ornamen khusus. Demi modal usaha, ia bahkan rela menjual kamera yang sebelumnya ia beli sendiri dari hasil membuka jasa laundry saat SMA.

Saat pandemi, ia mencoba mengubah konsep bisnisnya menjadi street fashion. Ia awalnya hanya melukis celana jeans miliknya dengan gambar-gambar unik, tetapi ternyata desainnya menarik perhatian banyak orang. Dari situ, ia mulai serius menekuni bisnis fashion.

“Awalnya iseng saja melukis jeans sendiri, karena saya suka tampil beda dan tidak ingin memakai baju yang seragam dengan orang lain. Ternyata banyak yang suka dengan desain saya,” ceritanya.

Pada 2020, ia nekat menggunakan uang kuliahnya sebagai modal usaha. Keberaniannya membuahkan hasil ketika desain-desain kreatifnya semakin diminati pasar.

Menembus Pasar Internasional

Kini, brand milik Anjani telah menembus pasar internasional dan diminati di Malaysia, Thailand, serta Jepang. Keberhasilannya tidak lepas dari strategi pemasaran digital yang efektif, termasuk melalui TikTok dan Instagram.

“Karena banyaknya pesanan, kami juga menerapkan sistem pre-order, terutama untuk pelanggan dari luar negeri yang melakukan pemesanan langsung lewat media sosial,” ungkapnya.

Selain berjualan secara daring, Anjani juga bekerja sama dengan berbagai offline store di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Namun, untuk Banyuwangi, ia hanya melayani pemesanan secara daring.

Anjani membuktikan bahwa dengan kreativitas, inovasi, dan pemanfaatan teknologi, perempuan muda dari desa pun bisa sukses dalam industri fashion yang kompetitif hingga ke pasar internasional. Dengan semangat pantang menyerah, ia terus mengembangkan bisnisnya dan bercita-cita memperluas lini produk ke sektor tas, sepatu, serta aksesoris fashion lainnya.

Perjalanan Anjani menjadi bukti bahwa kesuksesan tidak hanya milik mereka yang berasal dari kota besar, tetapi juga bisa lahir dari desa kecil seperti Badean, Banyuwangi.

Editor: Rizal K

Exit mobile version