Kolom Desa

Sukses Desa Sukomulyo: Transformasi Ekonomi Lokal melalui Inovasi dan Kolaborasi

Warga Binaan Usaha Desa Sukomulyo berfoto dengan Produk Unggulan Desa. Sumber: ANTARA News

Desa Sukomulyo, yang terletak di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, telah berhasil mengembangkan berbagai inovasi ekonomi lokal berkelanjutan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Makmur Sejahtera Global Sukomulyo. Produk unggulan desa ini mencakup bordir dan batik eco printing, olahan buah markisa, olahan ikan, olahan pisang, dan olahan buah kelengkeng.

Desa Sukomulyo memiliki luas area 361.670 hektare dan penduduk sebanyak 10.270 jiwa. Motto desa ini adalah “Bisa Asik Bu,” yang merupakan akronim dari bersih, indah, sejuk, asri, sejahtera, inovatif, kreatif, dan berbudaya. Motto ini menjadi panduan dalam menjalankan visi dan misi desa.

Kepala Desa Sukomulyo, Subiyanto, menyatakan bahwa tujuan utama mendirikan unit usaha desa adalah untuk memberdayakan warga lokal, terutama masyarakat usia non-produktif.

“Tujuan awal kami membuat unit usaha adalah untuk memberdayakan masyarakat usia non-produktif, karena di Desa Sukomulyo penduduk dan sumber daya alamnya memadai,” jelas Subiyanto saat dihubungi Kolomdesa.com, Rabu (10/7/24).

Kreativitas dan Ekonomi Berkelanjutan

Subiyanto menjelaskan bahwa kreativitas dan keberlanjutan diterapkan dengan baik dalam berbagai bidang usaha yang dikelola oleh BUMDes. Produk desa ini tidak hanya berkualitas tinggi dan aman, tetapi juga memiliki daya saing di pasar lokal dan regional. Permintaan akan produk ramah lingkungan dan berkelanjutan semakin meningkat.

Subiyanto juga menceritakan bahwa terdapat tiga bidang industri unggulan di desanya. Pertama, industri kreatif di bidang fashion dan tekstil. Produk yang terkenal di antaranya adalah bordir Kamulyans yang menjadi warisan budaya desa dan eco-printing Batik Darma Segaran. Usaha bordir dan batik eco printing Damar Segaran mulai dijalankan sejak tahun 2021.

Unit usaha ini melibatkan ibu-ibu PKK yang tergabung dalam kelompok pemerhati budaya bordir secara turun-temurun di Desa Sukomulyo.

“Bordir Damar Segaran punya ciri khas motif laut dan hasil laut, sementara batik eco printing-nya lebih ke tanaman-tanaman yang tumbuh di laut. Ini mencerminkan identitas Desa Sukomulyo yang berada di wilayah pesisir dan kini sudah menjelma sebagai kawasan industri,” imbuhnya.

Kedua, agrobisnis. Lahan-lahan kebun dan tani di desa dimanfaatkan hasilnya untuk diolah dan dijual. Komoditas unggulan di desa ini adalah markisa, pisang, dan kelengkeng. 

Ketiga, akuakultur. Telaga desa yang juga dijadikan sebagai destinasi wisata bernama Wisata Apung Damar Segaran Global (Wadasglow).

Subiyanto menerangkan, Wadasglow menawarkan pengalaman wisata kuliner dan edukasi yang menarik di atas telaga desa. Kuliner yang tersedia di antaranya adalah kopi, soto ayam, nasi krawu, dan rujak cingur. Selain itu, tersedia pula kolam pancing yang dapat dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin memancing.

“Selain menjadi tempat rekreasi, Wadasglow juga berperan dalam pemberdayaan ekonomi lokal. Wisata ini melibatkan masyarakat setempat dalam berbagai kegiatan, seperti pengelolaan wisata, kuliner, dan budidaya ikan,” terangnya.

Sukses Desa Sukomulyo: Transformasi Ekonomi Lokal melalui Inovasi dan Kolaborasi

Gambar Wisata Apung Damar Segaran Global (Wadasglow). Sumber: Foto Pengunjung

Peran BUMDes dalam Perekonomian Desa

Subiyanto menjelaskan bahwa BUMDes Maju Makmur Sejahtera Global Sukomulyo berperan penting dalam meningkatkan perekonomian desa. Manfaat ini berasal dari sejumlah unit usaha yang didirikan, termasuk Himpunan Pengusaha Air Minum (Hipam), unit pertokoan, unit simpan pinjam, unit pariwisata, dan unit pengelolaan sampah.

Desa Sukomulyo berencana meningkatkan dampak positif dengan memberikan pendidikan keuangan, pelatihan penggunaan produk digital, dan kolaborasi dengan masyarakat sekitar. Subiyanto berharap pemerintah dapat memberikan dukungan yang kuat bagi desa-desa di Indonesia, termasuk pengembangan infrastruktur, pelatihan keterampilan, dan pendanaan usaha kecil.

“Dengan begitu, masyarakat desa dapat meningkatkan taraf hidup dan menciptakan ekonomi lokal yang berkelanjutan,” pungkas Subiyanto.

Penulis: Kurnia

Editor: Rizal

Exit mobile version