Kolom Desa

Pertanian Desa Cikaso: Peran Hingga Integrated Farming System

Hamparan sawah yang dijadikan sebagai agrowisata di Desa Cisako, Kec. Kramatmulya, Kab. Kuningan. Sumber foto: Istimewa.

Kolomdesa.com, Kuningan – Desa Cikaso baru saja memperoleh peringkat kedua dalam ajang lomba desa yang dilaksanakan oleh salah satu perbankan terbesar di Indonesia. Kemenangan tersebut tidak lepas dari pengembangan pertanian yang telah dilakukan sejak lama.

Berdasarkan laman resmi Desa Cikaso, desa ini ditinggali setidaknya 4.845 jiwa dengan jumlah Kepala keluarga (KK) sejumlah 1549 jiwa. Rata-rata dari mereka bermatapencaharian sebagai petani. 

Desa Cikaso cukup aktif dalam bidang pertanian. Desa ini memiliki tanah sawah dengan luas lahan 27,40 Ha dan tanah darat seluas 9,56 Ha. Dengan luasnya tanah tersebut, Pemerintah Desa Cikaso tidak melewatkan peluang terhadap potensi sumber daya alam yang ada. 

Pertanian Desa Cikaso: Peran Hingga Integrated Farming System
Peta Desa Cikaso. Sumber foto: Website Resmi Pemerintah Desa Cikaso.

Potensi sumber daya alam yang dimiliki Desa Cikaso menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan lokal maupun pendatang. Salah satu yang menjadi pusat perhatian adalah keindahan hamparan sawah yang luas berlatar belakang Gunung Ciremai yang terletak di Blok Sudimampir. 

Selain menjadi lahan bertani masyarakat, kawasan seluas 11.470 m2 tersebut juga diadopsi menjadi destinasi wisata. Baik untuk berolahraga, bersantai ataupun rekreasi.

Destinasi wisata tersebut, kemudian berhasil menyerap pengunjung hingga dari luar Kabupaten Kuningan.

Tak berlebihan, jika inovasi yang dikembangkan Desa Cikaso patut dijadikan atensi. Mulai dari pertanian padi dan bawang merah, lumbung pangan berkapasitas 100 ton, hingga pengembangan kawasan Wisata Sawah Lope.

Pertanian Jadi Tulang Punggung Desa Cikaso

Hamparan sawah yang dijadikan sebagai agrowisata di Desa Cisako, Kec. Kramatmulya, Kab. Kuningan. Sumber foto: Istimewa.

Kepala Desa Cikaso Hidayat mengatakan sejumlah program yang telah dijalankan membuat perekonomian warga tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2023.

Hidayat mengatakan, pertanian menjadi tulang punggung masyarakat Desa Cikaso. Sebanyak 63 persen atau 170 ha area di Desa Cikaso merupakan lahan pertanian.

Pertanian padi, bawang merah, dan tanaman hortikultura mendominasi desa tersebut.

“Dengan modal itu, kami mengembangkan sentra produksi bawang merah, klaster usaha jamur Cikaso, agrowisata terpadu, pabrik gabah, pengelolaan sampah terpadu, klinik pengendalian hama terpadu (PHT),” jelas Hidayat pada Kolomdesa.com, Selasa (2/7/2024).

Selain itu, Desa Cikaso telah berhasil membuat gebrakan baru meliputi produksi pupuk hayati, pembuatan website desa cikaso.godesa.id, dan pengadaan pameran atau bazar sebagai sarana promosi produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal. 

Selain itu, Pemerintah Desa Cikaso turut mendirikan lumbung pangan masyarakat sebagai bentuk pengendalian stok ketersediaan padi atau beras, membuat bangsal pasca panen (produksi bawang goreng), serta klaster kambing. 

Potensi wisata Desa Cikaso juga tak dapat dipandang sebelah mata. Kehadiran Bumi Perkemahan dan Agrowisata Hortikultura serta Kolam Renang Cimelati turut mendongkrak perekonomian warga.

Bahkan, Wisata Sawah Lope kini menjelma sebagai destinasi wisata yang ramai seantero Kabupaten Kuningan. Area ini tak pernah sepi, sebab pengunjung disuguhi lanskap alam yang menyegarkan.

Tak Lepas Dari Peran BUM Desa

Menurut Hidayat, pengembangan potensi Desa Cikaso yang gencar tak terlepas dari peran Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Sangga Emas.

“Eksistensi BUM Desa Sangga Emas Desa Cikaso berhasil menggerakkan perekonomian masyarakat dan menyerap lapangan kerja lewat pengelolaan 10 unit usahanya. Saat ini, sebanyak 86 warga desa bekerja di unit-unit usaha itu,” jelas Hidayat.

Unit-unit usaha tersebut adalah Wisata Sawah Lope, Centra UMKM, Kolam Renang Cimelati, BRILink BUMDes, Bumi Perkemahan dan Agrowisata Bukit Panagaran, Bangsal Pascapanen, lumbung pangan masyarakat, bibit benih hortikultura, penyewaan kios dan jasa angkut sampah, serta peternakan kambing. 

Kehadiran unit-unit usaha tersebut juga menguatkan inklusi keuangan masyarakat setempat. Salah satunya dengan penggunaan QRIS.

“QRIS sudah digunakan di pasar tradisional, pintu loket wisata, restoran di area wisata, dan unit-unit usaha lain yang dikelola BUM Desa Sangga Emas,” ujar Hidayat.

Canangkan Integrated Farming System 

Kegiatan Penyusunan Model Focus Group Discussion (FGD) di Desa Cikaso untuk mempersiapkan Integrated Farming System. Sumber foto: Istimewa.

Desa Cikaso sedang mempersiapkan pengembangan inovasi terbarunya yang berjudul “Integrated Farming System. Program ini dirancang untuk memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan, pertanian, holtikultura, ternak, dan perikanan. 

Program ini menggandeng Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Kuningan melalui kegiatan penyusunan model Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Desa Cikaso pada 28 Juni lalu.

Tujuannya, program ini dapat menciptakan agroekosistem yang mendukung produksi pertanian, ekonomi lokal, serta pelestarian sumber daya alam. 

“Kami berharap program ini tidak hanya meningkatkan kemandirian petani dan ketahanan pangan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat desa,” ujar Hidayat.

Dengan adanya dukungan dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai kelompok terkait, diharapkan program Integrated Farming System ini dapat menjadi tonggak baru dalam mengangkat potensi pertanian Desa Cikaso ke level selanjutnya.

“Langkah ini juga sejalan dengan upaya Kabupaten Kuningan untuk menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif di berbagai sektor, sebagai wujud nyata dari komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,” tutupnya. 

Penulis: Ulfa
Editor: Rizal

Exit mobile version