Kolom Desa

Alesa, Inovasi Desa Dukuh Dempok untuk Atasi Sampah Anorganik Tertolak

Alesa, Inovasi Desa Dukuh Dempok untuk Atasi Sampah Anorganik Tertolak. Sumber; Radarjember.com

Kolomdesa.com, Jember – Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan merupakan salah satu desa yang berjarak sekitar 31 kilometer dari pusat Kota Jember. Di saat persoalan sampah menjadi isu yang serius dan tak terkendali, pemerintah desa Dukuh Dempok membuat salah satu inovasi alat peleleh sampah bernama ‘Alesa’.

Menurut Kepala Desa Dukuh Dempok, Miftahul Munir, ‘Alesa” digagas sebagai solusi terhadap permasalahan sampah anorganik tertolak, yang ada di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Harapan Baru di Desa Dukuh Dempok.

Sampah anorganik tertolak, lanjut Miftah, merupakan  sampah yang tidak bisa diperjual belikan seperti kantong kresek, kemasan terigu, kemasan makanan ringan dengan alumunium foil, dan berbagai plastik lainnya 

“Volume sampah anorganik ini semakin meningkat sedangkan saat ini solusinya hanya terbatas dibakar saja. Pembakaran sampah ini lah justru yang akan menyebabkan masalah baru,” jelas munir dalam wawancara dengan Kolomdesa, Jumat (07/06/2024).

Inovasi Pengolah Limbah Sampah Tertolak ‘ALESA’

Alesa merupakan alat yang terbuat dari besi, digunakan untuk melelehkan aneka sampah plastik. Alat ini menggunakan besi sebab ia adalah konduktor yang dapat bertahan hingga mencapai suhu leleh plastik. 

Suhu leleh plastik ini berkisar dari 230 hingga 300 derajat celcius. Menurut Munir, uji coba Alesa telah dilakukan sebanyak 7 kali. Saat percobaan tersebut dilakukan, ditemukan berbagai kendala dan juga sekaligus solusi.

“ALESA ini tidak serta merta ada, kita juga melakukan uji percobaan sebanyak 7x”, ungkap Miftahul Munir.

Alesa, Inovasi Desa Dukuh Dempok untuk Atasi Sampah Anorganik Tertolak

Gambar Sketsa Model Alesa

Kelebihan dan Kekurangan Alesa

Munir memaparkan bahwa Alesa memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan alat ini yaitu dapat memudahkan pengolahan sampah plastik, lebih ramah lingkungan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan baru.

“Namun di sisi lain, Alesa juga masih belum 100% sempurna. Kekurangannya yaitu dalam hal biaya. Untuk menjadikan sampah menjadi kerajinan dibutuhkan bahan bakar gas dari torch yang mahal,” tutur Munir.

Miftah juga menjelaskan sebenarnya biaya bisa ditekan apabila menggunakan alternatif bahan bakar dari LPG dan biogas. Ia mengatakan bahwa Alesa akan jauh lebih affordable jika dapat diintegrasikan dengan biogas.

“Sehingga penelitian alat ini masih harus dilanjutkan agar mendapatkan hasil yang efektif dan efisien khususnya dari segi biaya dan asap pelelehan,” ujarnya.

Wisata Gumuk Batu Desa Dukuh Dempok. Sumber Foto Pengunjung

Wisata Menarik Desa Dukuh Dempok

Terlepas dari inovasi Alesa, Desa Dukuh Dempok juga memiliki wisata yang menarik. Salah satu wisata yang terdapat di desa tersebut adalah agrowisata Dukuh Dempok atau kawasan wisata Gumuk Watu yang dikelilingi oleh aliran sungai, pepohonan dan hamparan persawahan yang memanjakan mata.

Saat itu, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dukuh Dempok mendapat penyertaan modal dari Pemerintah Desa sebesar Rp 200 juta, yang dimulai sejak Tahun 2017.

“Dulunya wisata Gumuk Watu ini merupakan rawa-rawa yang belum dijamah,” tuturnya.

Wisata Gumuk Watu sedari awal dikonsep sebagai wisata edukasi, hal ini diharapkan menjadi penggerak ekonomi desa dan juga sarana pendidikan. 

Berdasarkan konsep itulah, kemudian BUM Desa Dukuh Dempok mulai membuat peta agrowisata dengan mulai menanam berbagai macam tanaman buah, tanaman obat, dan sayuran. Macam-macam buah yang ditanam adalah jambu kristal, jambu merah, jambu air, jeruk sunkist, kersen, buah kawista, dan nangka sebagai pelengkap edukasi keanekaragaman hayati wisata Gumuk Watu.

Bea Masuk Wisata Gumuk Watu

BUM Desa Dukuh Dempok tidak memasang harga tiket masuk ke agrowisata Gumuk Watu. Mereka hanya menarik tarif bagi pengunjung yang mengambil paket wisata saja. Paket yang dipatok pun tergolong murah meriah, Satu paket lengkap sehari semalam per orang hanya dikenakan tarif Rp 100 ribu.

Paket ini akan mendapatkan fasilitas tenda mini kapasitas 4 orang, makan khas pedesaan selama di lokasi wisata, edukasi pertanian dan perkebunan, atau susur kebun, outbond, fun game, dan api unggun. Sementara itu, jika wisatawan hanya berkunjung untuk susur kebun cukup dipandu oleh pengelola dengan tarifnya hanya Rp 10 ribu saja.

Wisata Edukasi Terjangkau untuk Masyarakat

Selama 2022 saja, data pengunjung tercatat 1.000 orang kunjungan. Kebanyakan pelancong dari Jember dan luar daerah, seperti Surabaya, Gresik, Jombang, Probolinggo, hingga Bali. Pelajar yang datang itu pun dari semua jenjang mulai dari PAUD hingga mahasiswa.

Hal ini tentu saja dapat menjadi pemicu semangat warga desa dalam mengembangkan usaha ataupun wisata di sekitar Desa Dukuh Dempok, Wuluhan, Jember.

Penulis: Kurnia0.

Exit mobile version