Site icon Kolom Desa

Program Dito, Klaim Sukses Tingkatkan Produktivitas Padi di Kediri

Program Dito, Klaim Sukses Tingkatkan Produktivitas Padi di Kediri. Sumber; beritakedirikab.go.id

Program Dito, Klaim Sukses Tingkatkan Produktivitas Padi di Kediri. Sumber; beritakedirikab.go.id

KOLOMDESA- Program pertanian organik (Program Dito) yang digagas Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana sejak awal kepemimpinannya, diklaim mampu meningkatkan produktivitas padi di Bumi Panjalu. 

Sebagaimana data Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, pada tahun 2022 rata-rata produksi gabah kering giling mencapai 6,19 ton/hektar. Kemudian, pada 2023 naik menjadi 6,22 ton/hektare dan kembali naik menjadi 6,24 ton/hektare di 2024. Di Kabupaten Kediri, luasan lahan padi di keseluruhan ada 48.000 hektare. 

Adapun wilayah yang menjadi sentra padi berdasarkan pemetaan kawasan agropolitan meliputi wilayah Palem Pari (Pare, Plemahan Papar dan Purwoasri). Mas Dhito menyampaikan, sektor pertanian masuk dalam salah satu program prioritas Pemerintah Kabupaten Kediri. 

Program DITO yang diusung sejak awal kepemimpinannya itu ditujukan untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia. Melalui pertanian organik, selain menekan biaya produksi, sekaligus dapat meningkatkan kesuburan tanah dan produktivitas hasil panen.

Klaim Mampu Tingkatkan Produktivitas

Banyaknya masyarakat Kabupaten Kediri yang menggantungkan hidup di sektor pertanian, membuat Bupati Hanindhito Himawan Pramana menjadikannya sebagai program unggulan. Lewat program Desa Inovasi Tani Organik (DITO), para petani tidak hanya didorong untuk mengoptimalkan produksi. Melainkan juga memberdayakan mereka secara aktif di seluruh sektor pertanian.

“Program DITO (Desa Inovasi Tani Organik) terbukti dapat menaikkan produktivitas. Kelebihan penggunaan pupuk organik ini bulir padi lebih berisi,” kata Mas Dhito, sapaan akrab bupati muda itu, Rabu (24/4/2024).

Untuk mendapatkan hasil pertanian yang maksimal diperlukan proses cukup panjang.  Melihat data peningkatan produktivitas hasil panen padi di Kabupaten Kediri, Mas Dhito berkeyakinan makin banyak petani yang tertarik dalam pertanian organik.

“Untuk mendukung sektor pertanian ini, guna menekan biaya produksi, pemerintah daerah juga menyalurkan bantuan peralatan pertanian dan bantuan benih,” ungkapnya. 

Bantuan Pemerintah Disalurkan Untuk Para Petani

Sementara itu, Plt Kepala Dispertabun Kabupaten Kediri, Anang Widodo didampingi Kepala Bidang Pengelolaan Pangan Rini Pudyastuti menyebut, untuk pertanian padi, pada tahun 2024 ini bantuan benih disalurkan untuk cakupan lahan 6000 hektar. 

Disebutkan, dari wilayah yang melakukan penanaman komoditas ini, para petani mulai melakukan panen padi pada akhir Bulan Maret dan mengalami puncak panen di Bulan April ini.

“Hanya saja yang perlu diwaspadai saat ini karena cuaca hujan yang masih tinggi dan pengaruh angin, padi rawan roboh,” urainya.  

Terkait program DITO yang dipopulerkan sejak tahun 2021, disebutkan bahwa program ini dikenalkan kepada petani dengan cara pembuatan demplot atau lahan percontohan. 

Melalui demplot, petani dapat melihat sendiri hasil penggunaan pupuk organik dibandingkan dengan pupuk kimia. Disisi lain, supaya pertanian organik ini dapat diaplikasikan, melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) pihaknya juga memberikan pelatihan pembuatan pupuk organik dan pestisida hayati kepada kelompok tani yang ada di tiap desa.

“Sekarang demplot sudah berjalan di semua kecamatan dan kesadaran petani untuk menggunakan pupuk organik juga meningkat,” bebernya.

Program DITO Wujud Kemandirian Petani

DITO bukan sekadar penerapan pertanian organik murni. Melainkan muaranya pada kemandirian petani. “Bagaimana petani bisa membuat pupuk sendiri, membuat pestisida sendiri, hingga diajari membuat benih sendiri. Semuanya agar petani semakin berdaya,” kata Anang.

Untuk bisa menciptakan hal tersebut, diakui Anang akan membutuhkan proses yang panjang. Karenanya, dispertabun menerapkannya secara bertahap. “Petani yang mengurangi pupuk kimia secara bertahap boleh saja. Bagaimana petani tidak merasakan dampaknya sambil menuju kemandirian pangan,”  lanjutnya.

Dikatakan Anang, lewat program DITO pihaknya memfasilitasi petani untuk bisa mengoptimalkan produksi pertaniannya. Khusus untuk petani yang ingin membuat pupuk organik akan difasilitasi hingga mendapat sertifikasi nasional dan internasional. Output yang diharapkan adalah agar petani bisa mandiri dan berkelanjutan (sustainable).

Khusus untuk musim tanam, dispertabun membuat demplot atau sekolah lapang. Sedangkan dalam penanganan pupuk, pihaknya juga melakukan pelatihan terkait efektivitas penggunaan pupuk organik cair dan padat. Kemudian, penggunaan pupuk hayati menggunakan POC, hingga menggandeng formulator produksi. “Kami juga support drone ownership program, dengan cara ini penyemprotan bisa lebih efektif,” paparnya.

Sesuai instruksi Bupati Hanindhito Himawan Pramana, Anang menyebut setiap program itu tidak bisa berdiri sendiri. Melainkan harus dilakukan secara terus menerus. “Harus sustain dari hulu sampai ke hilir dan bisa berkolaborasi dengan teknologi modern dan humanity,” imbuhnya.

Untuk diketahui, lewat program DITO petani memang diberdayakan secara optimal. Jika dahulu sejumlah infrastruktur pertanian dikerjakan oleh pihak ke tiga, dalam dua tahun kepemimpinan Mas Dhito semuanya dikerjakan oleh masyarakat. “Didampingi konsultan dan dinas pertanian. Petani tidak hanya terlibat di urusan produksi pertanian, tetapi terlihat langsung dalam pemenuhan sarana dan prasarananya,” tandas Anang.

Penulis; Iftita

Editor: Rizal

Exit mobile version