Kolom Desa

Mendunia dengan Produk Briket Arang Batok Kelapa

Ilustrasi briket batok kelapa. Sumber foto: Freepik

BOYOLALI – Cita-citanya yang semula ingin menjadi polisi harus kandas lantaran berat badannya kurang. Apa boleh buat, takdir memang sudah ada yang mengatur. Namun, Firli seorang warga Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Boyolali tak larut dalam kegagalan.

 

Jatuh bangun adalah hal biasa dalam perjalanan hidup. Bahkan saat terjerembab ke dasar ngarai kegagalan, semangat tak boleh padam. Sebab, di balik pengalaman buruk pasti lahir hikmah.

 

“Usaha tak akan mengkhianati hasil,” ujar Firli.

 

Jiwa pantang menyerah membuat Firli mampu bertahan melawan keputusasaan. Setelah kegagalannya dia memutuskan untuk bekerja menjadi seorang pramugara. Namun sekian lama bekerja, ia pun memutuskan untuk berwirausaha.

 

Berbagai usaha pun mulai dilakukan. Mulai dari peternakan dan perikanan. Namun, namanya juga usaha tak selalu bisa berjalan mulus. Pasang surut selalu beriringan dengan usahanya. Terkenang masa-masa sulit mengawali usaha, kalimatnya mengalir tanpa henti.

 

“Beberapa kali jatuh bangun, namun itu tak membuat saya putus asa, saya terus belajar dari setiap kegagalan,” tuturnya.

 

Terang saja, dia pun kembali mencoba peruntungannya dengan usaha pembuatan briket arang batok kelapa. Usaha tersebut dirintis Firli bersama ayahnya Sukarli. Meski terbilang baru, yakni dimulai 2019 lalu, tetapi kini usaha Sukarli telah merajai pasar timur tengah.

 

“Briket arang batok kelapa ini merupakan salah satu bentuk energi yang terbarukan yang digunakan untuk pengganti bahan bakar yang cukup optimal untuk mempertahankan nyala api,” kata Sukarli.

 

 

 

Membuat Mesin Produksi Sendiri

 

Mulanya Firli bersama Sukarli hanya membuat arangnya saja. Lalu, disetorkan ke pabrik-pabrik briket. Namun, Melihat potensi pasar briket yang besar, Firli mencoba untuk membuat sendiri briket arang batok kelapa ini.

 

Tak hanya itu saja, Firli juga kemudian merancang dan membuat sendiri mesin produksinya. Hasilnya cukup memuaskan. Briket produksinya memiliki kualitas baik.

 

“Saat trial and error itu, produksi kita masih terbatas, paling hanya 1 ton, dan dalam jangka waktu satu bulan hanya 1 atau dua kontainer saja yang dikirim,” ucapnya.

 

Hasil pembuatan briket batok kelapa. Sumber foto: Istimewa
Hasil pembuatan briket batok kelapa. Sumber foto: Istimewa

Lambat laun, usaha produksi yang ditekuni Firli terus berkembang, hingga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 50 orang. Hal ini dapat meningkatkan pendapatan ekonomi warga Desa Desa Kedunglengkong, Kecamatan Simo, Boyolali.

 

“Kalau dulu, briketnya masih dijemur untuk mengeringkan. Tapi sekarang sudah pakai oven. Dan jumlah tenaga kerjanya juga sudah ada 50 orang, semua warga sekitar,” katanya.

 

Saat ini, usaha briket yang ditekuni firli mampu memproduksi sedikitnya 5 ton briket dalam sehari. Adapun ada dua jenis briket yang diproduksi. Yakni briket Sisya dan Barbeque. Dalam sebulan Firli mampu mengirim 4-5 kontainer briket ke pasar luar negeri. Usahanya kini telah mendunia dan mampu menembus pangsa pasar mancanegara.

 

Besaran Ekspor Arang Briket di Indonesia

 

Saat ini, briket dari batok kelapa Indonesia merajai pasar ekspor. Berdasarkan pendapatan ribu USD per tahunnya diketahui terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 sampai tahun 2018 terus terjadi kenaikan signifikan setiap tahunnya. Puncak pendapatan ribu USD terbesar berjumlah 297,789 USD yaitu pada tahun 2018. 

Ilustrasi briket batok kelapa. Sumber foto: Pixabay

Industri arang briket batok kelapa dari Indonesia tidak terlepas dari persaingan pasar arang briket dengan negara lain. Hingga kini, Indonesia masih menjadi negara pengekspor briket kelapa dengan jumlah pendapatan terbesar di dunia.

 

Editor: Dian Cahyani

Exit mobile version