Kolom Desa

Malamang, Media Komunikasi Antar Masyarakat Minangkabau

Malamang Khas Minangkabau. Sumber Foto: Twitter @yeojaniya

Minangkabau Malamang merupakan kuliner khas Minangkabau, Sumatera Barat, yang dijadikan sebagai media berkomunikasi antar masyarakat. Bukan hanya itu kuliner ini juga menjadi sebuah tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun hingga saat ini.

 

Hampir setiap pada kegiatan adat atau agama di Minangkabau selalu memasak melamang sebagai hidangan. Sehingga memang sangat efektif kuliner ini sebagai wadah bagi masyarakat untuk saling terlibat dalam proses komunikasi agar pesan ataupun informasi dapat tersampaikan dengan baik.

 

Malamang sendiri sangat identik dengan kegiatan-kegiatan keagamaan lebih tepatnya agama Islam. Karena memang cikal bakal adanya malamang berawal dari penyebaran agama islam yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan yang menggunakan malamang sebagai media dakwah.

 

Di era modern saat ini kuliner malamang masih rutin dilakukan oleh masyarakat Minangkabau, bahkan semakin berkembang dari tahun ke tahun. Walaupun banyak pengaruh budaya dan kuliner dari luar yang datang tetapi tidak membuat kuliner ini tergantikan.

 

Sehingga setiap kegiatan seperti perayaan Maulid Nabi, mendoakan orang meninggal serta malam ke 27 Ramadhan malamang selalu menjadi hidangan wajib ada. Selain itu juga malamang disajikan saat menyambut bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha.

 

Proses pembakaran Malamang. Sumber Foto: Pesisir Selatan
Proses pembakaran Malamang. Sumber Foto: Pesisir Selatan

 

Sejarah dan Filosofi Malamang Khas Minangkabau

 

Awal mula adanya Malamang di Sumatera Barat tidak terlepas dari perjalanan sejarah panjang sebelum Islam masuk, khususnya di Minangkabau. Hindu dan Budah menjadi agama yang berkembang pesat di Minangkabau pada saat itu.

 

Seiring dengan itu, maka tingkah laku serta makanan yang disajikan masyarakat disana masih tidak mengenal halal dan haram. Sekaligus kebiasaan masyarakat Minangkabau apabila ada suatu pesta perinikahan ataupun pesta-pesta yang lain akan diadakan perjudian sabung ayam, minum tuak, dan sebagai jamuan akan dihidangkan babi guling, tikus, kodok, ular serta hidangan haram lainnya.

 

Menurut cerita bahwa awal mula adanya agama Islam di Minangkabau disyiarkan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan pada awal abad ke-17. Walaupun pada saat itu ajaran Islam mulai berkembang, akan tetapi untuk kebiasaan memakan babi dan makanan haram lainnya masih berlangsung.

 

Sampai ada kejadian, suatu ketika Syekh Burhanuddin silaturahmi kepada salah satu masyarakat dan disanalah dia disuguhi dengan makanan babi guling dan sejenisnya. Namun saat dipersilahkan untuk memakannya, Syekh Burhanuddin menjawab dengan ramah bahwa dia tidak suka memakan babi guling.

Melihat persoalan tersebut, Syekh Burhanuddin memutuskan untuk memasak nasi dengan menggunakan bambu yang masih baru dan dibersihkan. Setelah memasak nasi dengan menggunakan bambu yang dilapisi daun pisang beru Syekh burhanuddin memakannya dengan hati tenang.

 

Pada awalnya memang Syekh Burhanuddin memasak dengan menggunakan beras tetapi setelah dia mengetahui bahwa memasak nasi cepat basi, maka dia menggantinya bahan bakunya dengan menggunakan beras ketan agar lebih tahan lama. Seiring berjalannya waktu masakan dari beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu ini disebut dengan Lemang.

 

Masyarakat sekitar melihat Syekh Burhanuddin memasak beras ketan dengan menggunakan bambu tersebut. Secara perlahan masyarakat mengikutinya dan dibimbing langsung oleh Syeh Burhanuddin, sehingga tanpa mereka sadari secara perlahan telah meninggalkan makanan-makanan haram itu.

 

Proses pembakaran Malamang. Sumber Foto: impiannews.com

 

Oleh karena itu Lemang selalu dihidangkan setiap acara hari besar Islam, seperti menyambut Bulan Suci Ramadhan, Maulid Nabi, dan lain sebagainya. Tradisi menghidangkan Lemang ini sampai sekarang masyarakat Sumatera Barat khususnya Minangkabau tetap melestarikannya.

 

Secara filosofi yang terdapat pada malamang adalah nilai-nilai gotong-royong, silaturahmi dan semangat kebersamaan. Hal tersebut bisa ditemukan saat hari pertama menyambut perayaan Maulid Nabi, karena semua saling bantu membantu untuk membuat malamang.

 

Dalam mengerjakannya sudah punya tugas masing-masing antara perempuan dan laki-laki. Biasanya laki-laki bertugas menyiapkan bambu dan kayu bakar untuk memasak malamang. Sedangkan yang perempuan bertugas menyiapkan isian dari malamang dan memasukkannya ke dalam bambu, serta dalam proses pembakarannya dilakukan secara bersama-sama.

 

Selain itu nilai-nilai silaturahmi juga terlihat pada saat pelaksanaan acara hari 27 Ramadhan. Pada saat itu masyarakat yang sudah menyiapkan malamang dari rumahnya masing-masing dan dibawa ke masjid atau mushola untuk berdoa dan makan bersama.

 

Malamang Khas Minangkabau. Sumber Foto: Twitter @IndonesiaKaya

 

Cara Membuat Malamang Khas Minangkabau

 

Cara membuat malamang sangatlah sederhana, bahan-bahan yang perlu disiapkan terlebih dahulu seperti bambu, kayu bakar, daun pisang, ketan, santan, dan garam. Bambu yang sudah dipotong-potong per satu ruas dibersihkan terlebih dahulu agar bubuk di dalam bambu hilang.

 

Setelah bambu terbagi per satu ruas, selanjutnya masukkan beras ketan dalam daun lalu gulung sehingga mudah di masukkan ke dalam bambu. Kemudian tambahkan santan agar rasanya tambah nikmat dan paling atas tambahkan sedikit daun pandan.

 

Apabila semua sudah siap, maka langkah selanjutnya bakar kayu atau serabut kelapa dan sediakan juga pinggirnya tempat untuk menyandarkan bambunya. Kalau api sudah siap maka satu persatu berdirikan bambu yang berisi beras ketan dipinggirnya perapian secara berjejer.

 

Jangan lupa bolak balikkan bambu agar matangnya bisa merata, selain itu perapian juga di jaga agar malamang matang dengan sempurna. Biasanya lama proses pembakaran sampai malamang matang membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima jam.

 

Setelah mambu layu yang menandakan malamang matang, ambil bambu dan dinginkan. jika bambu sudah dingin belah dengan pisau kemudian keluarkan malamang dari dalam bambu, potong-potong kecil sesuai selera dan malamang siap sajikan.

 

Editor: Irman

Exit mobile version