Site icon Kolom Desa

Desa Tenganan Pegringsingan Memiliki Sistem Kalender Unik

foto Desa Tenganan Pegringsingan, sumber foto: sumber resmi bali

foto Desa Tenganan Pegringsingan, sumber foto: sumber resmi bali

BALI – Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali sampai saat ini masih mempertahankan budaya Bali Kuno yang mana perhitungan waktu yang berpatok pada masa edar matahari. Kalender ini berbeda dari kalender Masehi atau pun kalender Bali.

 

“Contohnya itu, kami di Desa Tenganan bulan ini adalah bulan kesembilan. Kalau di kalender Bali kan baru bulan keempat,” kata Tamping Takon Tebenan Desa Tenganan, I Putu Suarjana, Senin, (16/10/2023).

 

Ia menjelaskan, siklus kalender Desa Tenganan berlangsung setiap 3 tahun sekali, yakni tahun pertama jumlah bulan dihitung 12 dengan jumlah hari per bulannya dihitung 30 hari. Lalu untuk tahun kedua, satu tahun tetap dihitung 12 bulan, hanya saja ada beberapa hari di bulan ke-11 dan ke-12 yang jumlahnya hanya 26 hari.

 

Pada tahun ketiga, jumlah bulan dihitung 13 bulan, yakni terjadi bulan ke-4 sebanyak dua kali. Perbedaan juga terletak pada perhitungan tanggal di kalender Desa Tenganan.

 

Bila kalender Bali dalam satu bulan memiliki penanggalan 1 sampai 30. Pada sistem kalender Desa Tenganan hanya memiliki penanggalan 1 sampai 15 di awal disebut penanggal dan 1 sampai 15 di akhir disebut kehudan.

 

“Penanggalan 1 sampai 15 di awal atau penanggal itu dikhususkan untuk upacara anak-anak. Untuk 1 sampai 15 di akhir atau kehudan itu dikhususkan untuk upacara kematian dan lain sebagainya,” katanya.

 

menurutnya, kalender masyarakat Desa Tenganan tiak dibuat secara tertulis. Namun, masyarakat desa sudah hafal dengan kalendernya sendiri beserta dengan ritual-ritual pada setiap bulannya.

 

“Kalau kalender kita kebanyakan nggak tertulis, masalah kalender masyarakat di sini 90% sudah hafal betul. Tidak pernah mencatat agenda khusus,” ujarnya.

 

Ia menambahkan, meski memiliki sistem kalender tersendiri, masyarakat di Desa Tenganan masih menggunakan dan memiliki kalender masehi. Hal itu mereka gunakan untuk kepentingan pendidikan dan pekerjaan.

 

“Kami masih menerima budaya luar sepanjang tidak bertentangan. Kalau masalah pendidikan kami pakai kalender nasional. Seperti saya, kalau pergi ke kantor kan mengikuti kalender nasional,” tuturnya.

 

Sekadar informasi, Sebagai desa Bali Aga, Desa Tenganan Pegringsingan memiliki beberapa perbedaan dengan desa adat Bali lainnya. Pasalnya, desa Bali Aga merupakan kelompok masyarakat yang lebih awal datang ke Bali dan mendiami desa-desa di pegunungan Bali, sehingga lebih sedikit terkena pengaruh Majapahit.

 

Penulis: Hafidus Syamsi

Editor: Mukhlis

Exit mobile version