Kolom Desa

BUM Desa Maju Sejahtera Kelola Sampah Mandiri dengan Konsep Zero Waste

Pegawai melakukan pemilahan sampah. Sumber: Pandanganjigja

Kolomdesa.com, BantulBadan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Maju Sejahtera yang terletak di Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi salah satu contoh BUM Desa yang terus berkembang. Pendirian BUM Desa tersebut sebagai wujud komitmen untuk meningkatkan ekonomi warga.

Saat ini, BUM Desa Maju Sejahtera berhasil memanfaatkan potensi lokal untuk menciptakan berbagai unit usaha yang mendukung peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan desa seperti menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan asli desa, mengatasi permasalahan tentang sampah serta mendukung pembangunan di tingkat lokal.

BUM Desa Maju Sejahtera Kelola Sampah Mandiri dengan Konsep Zero Waste
Proses pengelolaan sampah. sumber: Tribunnews

Memiliki Pengelolaan Sampah Mandiri

Inovasi pengelolaan sampah yang diinisiasi oleh BUM Desa ini tidak hanya mampu mengatasi permasalahan lingkungan, tetapi juga berhasil memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat setempat.

Lurah Guwosari, Masuduki Rahmad dalam diskusi menjelaskan bahwa pembangunan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) mandiri ini mengacu pada filosofi Jawa yang berfokus pada harmoni antara manusia dan alam. Ia menyebutkan bahwa upaya ini sejalan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Guwosari.

“TPS kami berdiri 11 November 2019, diilhami dari falsafah jawa memayu hayuning bawana dan melihat RTRW bahwa kawasan kami ini akan menjadi pemukiman dan pendidikan. Jadi perlu menyiapkan sarana untuk mengelola sampah, kami tidak ingin sampah jadi bom waktu. Melihat kondisi kami perlu adanya langkah mengolah sampah, diperkuat dengan hasil Musyawarah Desa, bahwa BUMDes, salah satu unitnya adalah pengelolaan sampah, jadi kami berkolaborasi,” ucap Masuduki.

Kolaborasi yang apik antara TPS3R dan BUM Desa ini menjadi strategi utama untuk mengolah sampah secara mandiri, mengajak warga memilah sampah dari rumah, dan menciptakan produk bernilai tinggi dari hasil pengolahan tersebut. Selain itu, Upaya pengelolaan ini diharapkan dapat menjadi model inspiratif bagi desa-desa lain yang ingin mengatasi permasalahan sampah dengan lebih berkelanjutan.

TPS Go Sari. sumber: Pemkab Bantul

Mengusung Konsep Sampah Zero Waste

TPS3R Go-Sari, yang didirikan oleh BUM Desa Maju Sejahtera sejak November 2019, mengusung konsep zero waste dalam pengelolaan sampahnya. Setiap hari, tim pengelola di TPS3R memilah dan mengolah sampah organik maupun anorganik untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

Kepala Unit Layanan Sampah BUM Desa Maju Sejahtera, Muhammad Nur Muntaha menceritakan pembentukan TPS3R Go-Sari dilatarbelakangi kegelisahan lurah Guwosari mengenai sampah liar yang berada di beberapa ruas jalan wilayah Kelurahan Guwosari.

“Akhirnya dengan segala keberanian, Pak Lurah mengangkat sampah ini menjadi salah satu unit usaha di BUMDes. Trial and error sampai saat ini masih eksis dan zero waste management,” ujarnya.

Muntaha mengisahkan bahwa proses perubahan budaya pengolahan sampah di Kelurahan Guwosari adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Bersama pengelola TPS3R Go-Sari, ia terus berupaya merangkul masyarakat agar terbiasa memilah dan mengolah sampah sejak dari sumbernya.

Saat ini menurutnya TPS3R Go-Sari juga memberikan layanan jemput bola dengan mengambil sampah ke rumah para nasabah. Layanan tersebut dapat diakses nasabah secara individual maupun komunal. Untuk pengambilannya dilakukan tiga hari sekali.

Biaya Penanganan Sampah

Biaya yang dikenakan untuk pengambilan secara individu sekitar Rp30.000/KK/bulan sementara untuk pengambilan secara komunal dikenakan biaya Rp10.000-Rp15.000/KK/bulan.

Sampah tersebut dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sampah bosok (sampah organik yang mudah membusuk, seperti sisa makanan), godong tok (sampah daun), rongsok (barang bekas yang bisa didaur ulang), dan popok atau residu (sampah yang tidak dapat didaur ulang). Sampah bosok yang didominasi oleh sisa makanan kemudian diolah menggunakan maggot atau larva lalat, yang efektif untuk mengurai sampah organik.

Setiap harinya, sekitar 150 kg sampah bosok diolah dengan metode ini, menghasilkan 40-50 ton maggot yang tidak hanya membantu mengurangi volume sampah tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, menciptakan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat.

Exit mobile version