Kolom Desa

Desa Wisata Meat: Perpaduan Budaya Batak dan Pesona Alam di Tepi Danau Toba

Desa Wisata Meat menyajikan perpaduan budaya Batak Toba, sejarah, dan keindahan alam Danau Toba. Sumber: Dok. Jadesta Kemenparekraf

Kolomdesa.com, Toba SamosirDesa Wisata Meat berada di Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, tepat di tepi Danau Toba. Desa ini menjadi salah satu tujuan wisata yang menghadirkan perpaduan antara kekayaan budaya Batak Toba dan keindahan alam.

Desa Wisata Meat terletak di bawah perbukitan dengan jumlah penduduk 900 jiwa dengan luas desa kurang lebih 300 hektar. Sehari-hari, masyarakat Desa Meat bekerja sebagai nelayan dan juga perajin ulos.

Desa Meat juga menjadi salah satu lokasi event kegiatan tahunan ‘1000 Tenda Kaldera’. Event ini adalah satu satu festival berbasis masyarakat desa yang bertujuan untuk mengembangkan wisata melalui pendekatan seni dan budaya.

Desa yang diperkirakan sudah berusia 300 tahun ini juga memiliki beberapa rumah adat Batak yang salah satu di antaranya dihiasi ukiran khas. Ada juga lukisan orang-orang yang mengenakan seragam VOC saat zaman kolonial Belanda.

Keindahan Desa Wisata Meat akan semakin terasa apabila dilihat dari ketinggian. Wisatawan akan disuguhkan pemandangan jajaran dusun yang seolah disusun berjauhan dan dikelilingi oleh hamparan sawah hijau dengan lanskap perbukitan. 

Pemandangan tersebut, sekilas mirip dengan panorama yang ada di New Zealand atau persawahan terasering Bali. Hijaunya perbukitan, sawah yang berundak-undak, serta pemandangan yang menghadap ke Danau Toba akan tersaji selama perjalanan menuju Desa Wisata Meat.

“Sumber daya alam di sini yang paling menonjol, ekowisatanya kemudian juga budaya, karena kita itu ditetapkan pemerintah sebagai Desa Adat. Berarti ada budaya yang mau digali disitu,” terang Ketua Pokdarwis Desa Meat, Donal Siahaan kepada Kolomdesa, Senin (8/10/2024).

Desa Wisata Meat: Perpaduan Budaya Batak dan Pesona Alam di Tepi Danau Toba
Potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Meat cukup kaya dan variatif dimana potensi tersebut bisa dilihat dari pemandangan yang disajikan desa ini hingga kebudayaan yang masih terjaga dengan baik. Sumber: Jadesta Kemenparekraf

Perpaduan Wisata Alam, Budaya dan Sejarah yang Seimbang

Sebagai desa yang masih kuat memegang nilai-nilai Batak, Desa Wisata Meat juga menawarkan sejumlah atraksi wisata budaya. Potensi wisata ini kemudian menjadi salah keunikan tersendiri bagi Desa Wisata Meat, karena memungkinkan para wisatawan menikmati destinasi yang beragam dalam satu lokasi wisata. 

Pengunjung dapat melihat Danau Toba dari desa, dengan pemandangan yang mencakup danau serta perbukitan di sekitarnya. Banyak pengunjung yang datang untuk menikmati suasana danau dan berfoto di beberapa titik yang strategis.

Desa ini juga sering mengadakan upacara adat Batak, pengunjung dapat melihat langsung tarian Tor-Tor dan mendengarkan musik Batak. Ada juga kesempatan untuk melihat proses pembuatan kain ulos yang dilakukan oleh warga desa.

Konon, ulos Ragi Hotang khas buatan tangan perempuan Desa Wisata Meat sudah ada dari ratusan tahun lalu. Sejak Raja Batak ada di Tanah Toba dan mengajarkan cara bertenun secara turun temurun hingga saat ini.

Dahulu, ulos Ragi Hotang dipakai sebagai perantara untuk berdoa. Ragi Hotang memiliki makna harfiah hutan. Hotang juga dapat diartikan sebagai rotan, sebab alat pemintal benangnya terbuat dari rotan.

Bagi orang Batak ulos fungsinya sangat penting, biasanya untuk acara perkawinan. “Motif Ragi Hotang di ulos tergambar seperti ruas-ruas rotan. Rotan ini kan fungsinya mengikat, itulah simbolnya. Rotan ini kan ada airnya, sumber kehidupan,” ungkap Donal Siahaan.

Desa Meat memiliki rumah-rumah tradisional Batak yang masih dipertahankan hingga sekarang. Pengunjung dapat melihat arsitektur khas rumah Batak dan mempelajari sejarah bangunan tersebut.

Dari sisi pariwisata, potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Meat cukup kaya dan variatif. Potensi tersebut bisa dilihat dari pemandangan yang disajikan desa ini hingga kebudayaan yang masih terjaga dengan baik.

“Termasuk itu penenun, rumah adat, jadi sama-sama untuk pengembangan pariwisata masih sama-sama kuat. Makanya kita juga sedang membuat homestay juga untuk menunjang para tamu kita,” tambahnya.

Pengembangan pariwisata dan kebudayaan yang ada di Desa Wisata Meat ini juga dibantu oleh beberapa pihak, salah satunya yaitu PT Inalum. Dalam hal ini, PT Inalum membantu pengembangan seni dan budaya Desa Wisata Meat dengan menciptakan ruang kreatif, sanggar seni, dan sudut baca untuk anak-anak desa.

Program yang dimulai pada Desember 2019 hingga Maret 2020 tersebut berkolaborasi dengan Rumah Karya Indonesia untuk pelestarian nilai-nilai budaya. Pengembangan pariwisata yang dilakukan ini juga sebagai wujud kolaborasi dalam mengelola aset wisata potensial yang ada di sekitar Danau Toba.

Ketenaran desa wisata ini mulai meningkat seiring setelah dijadikan venue penyelenggaraan acara berskala internasional, F1 Powerboat yang sempat digelar pada 2023 lalu. Sumber: Dok. Jadesta Kemenparekraf

Kerap Jadi Lokasi Ajang Bergengsi Bertaraf Internasional

Desa Wisata Meat, merupakan salah satu dari 16 geosite di kawasan kaldera Toba. Desa ini terletak di ketinggian 919 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Desa Meat merupakan desa wisata binaan Inalum yang juga menjadi desa unggulan. Tercatat di Kabupaten Toba ada beberapa desa wisata yang menjadi daya tarik pariwisata kawasan sekitar Danau Toba.

Desa Wisata Meat merupakan salah satu dari 21 destinasi wisata utama di pinggiran Danau Toba. Wisatawan yang berkunjung dapat menikmati panorama alam Danau Toba dari atas perbukitan hijau, melihat proses pembuatan tenun ulos, bermain air di Pantai Simanjuntak, hingga mencermati arsitektur rumah adat Batak.

Ketenaran desa wisata ini mulai meningkat seiring setelah dijadikan venue penyelenggaraan acara berskala internasional, F1 Powerboat yang sempat digelar pada 2023 lalu. Selain acara tersebut, Desa Wisata Meat juga pernah menjadi venue pelaksanaan event Aquabike Jetski World Championship 2023.

“Ini sudah kelas dunia dan kita mau apa yang sudah dianugerahkan Tuhan ini kita olah dan kita buat agar bersih, rapi, dan juga asri.” ungkap Donal Siahaan..

Selain kerap menjadi rumah bagi acara bertaraf internasional, Desa Wisata Meat juga merupakan tempat penyelenggaraan event tahunan 1.000 tenda kaldera. Bagi masyarakat di Sumatera Utara, mungkin sudah tak asing dengan acara besar yang diselenggarakan di Desa Wisata Meat itu.

Acara ini merupakan salah satu festival berbasis masyarakat desa, dengan tujuan mengembangkan potensi wisata di daerah melalui pendekatan seni dan budaya. Pemilihan Desa Wisata Meat sebagai tuan rumah beberapa event internasional, sebab desa ini merupakan salah satu penyangga wisata Danau Toba sebagai destinasi wisata super prioritas.

Untuk terus menunjang pertumbuhan wisata yang positif, upaya perawatan, perbaikan serta penambahan infrastruktur terus diupayakan oleh pihak pengelola wisata. Tujuannya agar citra baik Desa Wisata Meat sebagai rumah dari event bertaraf internasional dapat dikenal lebih luas. 

“Sebenarnya infrastruktur kita sudah lumayan, tentunya yang kurang akan kita perbaiki. Di sini pelabuhan sudah ada, jadi kalaupun lewat Danau sudah bisa dan juga lewat darat juga bisa,” paparnya.

Jam Operasional, Harga Tiket dan Rute Menuju Desa Wisata Meat

Desa Wisata Meat beroperasi 24 jam setiap harinya sehingga dapat dikunjungi sewaktu-waktu tanpa takut tempat wisata sudah tutup. Harga tiket masuk yang ditetapkan pengelola yakni sebesar Rp10 ribu hingga Rp20 ribu per orangnya. Harga tiket masuk wisata tersebut belum termasuk biaya parkir dan biaya tambahan lainnya.. 

Desa Wisata Meat menawarkan paket-paket wisata pedesaan yang dapat dijadikan referensi. Pertama paket A (1 Hari) seharga Rp 665 ribu per orang. Paket ini menawarkan berbagai rute yang menarik, di antaranya spot selfie Tuktuk Simundi, Desa Adat Ragi Hotang, interaksi dengan penenun, menyusuri persawahan, snack dan makan siang, dan pemandu lokal.

Desa Wisata Meat juga menawarkan paket B (2 Hari 1 Malam) seharga Rp1.460.000 per orang. Untuk paket B ini, wisatawan akan mendapatkan fasilitas jalan-jalan ke Desa Adat Ragi Hotang, interaksi dengan penenun, memasak Naniura, spot Tuktuk Simundi, menyusuri persawahan, menyusuri pantai dengan sampan dan diajak merasakan sensasi memandikan kerbau.

“Nanti kita akan ajak para wisatawan untuk menyusuri Danau Toba dan akan melihat keindahan danaunya dari dekat,” jelasnya.

Kemudian, wisatawan paket menginap akan mendapatkan fasilitas homestay, 1 kali sarapan, 2 kali makan siang, kopi/teh 2 kali cemilan. Ke depannya, pihak desa akan membuat galeri untuk memamerkan karya para penenun lokal agar dapat mengenalkan hasil buah tangan masyarakat lokal.

Akses menuju Desa Wisata Meat dapat ditempuh dari Kota Medan dengan perjalanan darat sekitar 5-6 jam. Jaraknya tidak terlalu jauh dari Bandara Internasional Sisimangaraja XII yang tengah diproyeksikan menjadi tempat masuk dan keluar wisatawan yang ingin mengunjungi Danau Toba, yaitu hanya 31 menit.

Rute yang paling umum adalah melalui Parapat dan kemudian menyusuri jalan tepi Danau Toba menuju Desa Meat.  Pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi atau memanfaatkan jasa travel yang tersedia di Parapat. Jalan menuju desa ini cukup baik, namun di beberapa titik, wisatawan perlu berhati-hati karena medan yang berkelok-kelok.

Jumlah Pengunjung dan Omzet Desa Wisata Meat

Desa Wisata Meat di Kabupaten Toba Samosir mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dalam hal jumlah pengunjung dan omzet yang dihasilkan. Peningkatan ini mencerminkan minat yang semakin tinggi terhadap daya tarik alam dan budaya desa tersebut.

Dalam tiga tahun terakhir, jumlah wisatawan yang mengunjungi Desa Wisata Meat menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. Tahun 2021, Desa Wisata Meat menerima sekitar 15.000 pengunjung. 

Pada tahun ini, pandemi masih mempengaruhi pariwisata secara global, sehingga jumlah wisatawan lebih rendah dibandingkan dengan potensi yang ada. Tahun 2022, setelah pembatasan perjalanan dilonggarkan, terjadi lonjakan kunjungan dengan total 22.000 pengunjung. 

Desa Meat mulai dikenal lebih luas sebagai salah satu destinasi unggulan di sekitar Danau Toba, terutama setelah ditetapkannya Danau Toba sebagai destinasi super prioritas. Tahun 2023 jumlah pengunjung meningkat tajam menjadi 30.000 orang. 

Peningkatan ini didorong oleh berbagai upaya promosi, peningkatan fasilitas desa, serta event budaya yang rutin diadakan, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Peningkatan jumlah pengunjung ini berdampak langsung pada pertumbuhan omzet yang diperoleh desa. 

Omzet yang dihasilkan Desa Wisata Meat berasal dari berbagai sumber, termasuk tiket masuk, penjualan kerajinan tangan, homestay, kegiatan wisata budaya, dan kuliner lokal.

Tahun 2021, omzet yang diperoleh mencapai Rp 450 juta. Sebagian besar pendapatan berasal dari tiket masuk, penjualan makanan, dan kerajinan tangan lokal, meskipun kunjungan masih dibatasi.

Tahun 2022, omzet mengalami peningkatan menjadi Rp 750 juta. Kenaikan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pengunjung serta kegiatan wisata yang lebih beragam, termasuk workshop budaya dan paket tour yang melibatkan interaksi dengan masyarakat lokal.

Tahun 2023 lonjakan omzet yang diperoleh mencapai Rp 1,1 miliar, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. Penambahan fasilitas wisata, seperti homestay dan restoran lokal, berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan. 

Editor: Rizal K

Exit mobile version