Site icon Kolom Desa

Petani di Desa Maritengngae Kini Gunakan Listrik Hijau

Pemanfaatan listrik untuk menghidupkan pompa guna mengairi lahan pertanian. Sumber: sulbar.tribunnews.com.

Pemanfaatan listrik untuk menghidupkan pompa guna mengairi lahan pertanian. Sumber: sulbar.tribunnews.com.

Kolomdesa.com, Petani di Desa Maritengngae, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang saat ini dapat menggunakan Electrifying Agriculture (Listrik Hijau). Program tersebut dirancang oleh PT PLN untuk membantu petani dalam mengelola perairan sawah, yang bersumber dari air tadah hujan.

“Setelah adanya listrik hijau ini, kami sebagai petani sudah tidak kesulitan dalam merawat sawah kami,” kata Petani Desa Maritengngae, Tahir, Minggu (29/9/2024).

Tahir mengaku, dengan adanya listrik hijau, biaya produksi yang harus dikeluarkan juga semakin sedikit.

“Biaya operasionalnya pun lebih hemat dibanding listrik pada umumnya,” ucap Tahir.

Tahir teringat tatkala dirinya masih menggunakan tabung untuk bahan bakar pompa airnya. Ia mengaku, untuk mengairi sawah yang dia punya, menghabiskan 70 tabung tiap bulannya.

“Biayanya mencapai Rp2,25 ribu juta,” bebernya.

Tahir pun membandingkan dengan penggunaan sumber energy yang berasal dari listrik hijau. Satu bulanya, dia mengaku hanya menghabiskan tidak lebih dari 500 ribu.

“Biaya operasional menggunakan listrik hijau hanya Rp378 ribu,” sebut Tahir.

Selain menghemat pengeluaran dengan menggunakan listrik hijau, Menurut Tahir, dengan menggunakan listrik hijau juga turut andil mendukung program pemerintah, dalam hal ini melalui PLN.

“Kita mendukung juga menggunakan program PLN bernama Renewable hour (MWh), dengan daya yang dipasang 900 Volt Ampere (VA)” ujar Tahir.

Pengakuan yang sama juga diutarakan oleh Petani Bawang, Hasbi. Menurutnya, semenjak menggunakan listrik hijau dari PLN, pengeluaran untuk mengairi lahan bawangnya berkurang.

“Lebih hemat 75%, dari penggunaan diesel,” kata Hasbi.

Hasbi menyebut, dulu saat masih menggunakan diesel biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 5,2 juta tiap panen. Namun, saat ini setelah penggunaan listrik dari PLN, hanya membutuhkan satu jutaan.

“Kini tiap panen biaya yang dibutuhkan hanya sebesar Rp 1,3 juta,” sambung Hasbi.

Menurut Hasbi, dengan biaya yang tidak begitu besar, daya listrik yang diperoleh pas dengan kebutuhan untuk mengelola sawah.

“Daya listrik dari PLN yang dipasang sebesar 10.600 Volt Ampere (VA),” beber Hasbi.

Mengingat, dalam satu tahun dirinya mengaku enam kali panen. Hasbi menyebut biaya pengeluaran tiap tahun juga tidak terlalu membengkak.

“Kalau di total pengeluaran dalam satu tahun itu mencapai Rp 23,4 juta,”kata Hasbi.

Penggunaan listrik hijau dari PLN selain hemat. Hasbi juga senang tatkala, dalam penggunaannya itu juga mudah.

“Tinggal menggunakan tombol untuk menghidupkan, jadi tidak negitu sulit,” terang Hasbi.

Sementara itu, General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat, Budiono menyebut Listrik Hijau dari PLN merupakan bentuk komitmen PLN untuk membantu petani. Menurutnya, fungsi utamanya agar hasil pertanian mengalami peningkatan.

“Inovasi akan terus kita lakukan , agar manfaatnya beragam dan mampu menggerakkan ekonomi dan mensejahterakan petani,” ujar Budiono.

Menurut Budiono, ke depan program listrik hijau ini akan dikembangkan ke ranah yang lebih luas. Menurut dia, terobosan tersebut dilakukan guna memberi kesempatan lebih banyak warga yang dapat merasakan manfaat listrik hijau dari PLN.

“Langkah kedepan akan kita arahkan juga ke daerah 3T,” pungkas Budiono.

Penulis: Fuji
Editor: Aziz

Exit mobile version