Site icon Kolom Desa

Dorong Pengembangan Pariwisata, Pemdes Tempur Integrasikan Spot Wisata

Wisatawan tengah menikmati suasana alam di Bukit Bejagan Desa Tempur baru-baru ini.

Wisatawan tengah menikmati suasana alam di Bukit Bejagan Desa Tempur baru-baru ini. Sumber : Pemdes Tempur Untuk Radar Kudus

Kolomdesa.com, Jepara – Pemerintah Desa (Pemdes) Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, terus mengembangkan sektor pariwisata dengan mengintegrasikan beragam destinasi alam menjadi satu paket wisata untuk menarik minat pengunjung. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata dan kesejahteraan masyarakat setempat.

“Kami juga punya Bukit Bejagan yang dilengkapi gardu pandang atau rumah panggung. Dengan tiket masuk hanya Rp 5 ribu, pengunjung sudah bisa menikmati keasrian alam dan spot foto yang Instagramable, atau sekadar menikmati kopi di ketinggian,” ujar Mahfudz Aly, Sekretaris Desa Tempur. Senin(23/9/2024).

Mahfudz menjelaskan bahwa Desa Tempur saat ini menawarkan setidaknya sembilan destinasi wisata populer, seperti river tubing Kali Tempur, Jembatan Kaliombo, Tempur Village, persawahan Romban, Kaldera Muria, petik kopi di Kopi Tempur, dan Candi Angin. Uniknya, Desa Tempur juga menampilkan kerukunan umat beragama dengan Masjid Nurul Hikmah yang berdiri berhadapan dengan Gereja Injil Tanah Jawa (GITJ) di Dukuh Pekoso.

Rata-rata, Desa Wisata Tempur menerima 50 wisatawan per hari. Namun, jumlah pengunjung dapat melonjak hingga ribuan saat akhir pekan atau liburan panjang.

“Kemajuan ini tidak terlepas dari penganggaran APBDes untuk pengembangan sarana fisik dan nonfisik, termasuk pemberdayaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang mempromosikan desa kami,” jelas Mahfudz.

Selain pengembangan destinasi wisata, Pemdes Tempur juga berencana memperbaiki akses jalan menuju Bukit Bejagan. Mahfudz mengingatkan pengunjung untuk berhati-hati saat melewati tanjakan ekstrem di Dukuh Duplak, khususnya dengan memastikan kondisi rem kendaraan.

“Pengunjung harus waspada, terutama saat turun. Selalu cek kondisi rem kendaraan sebelum berangkat untuk menghindari kecelakaan akibat rem blong,” imbaunya.

Mahfudz berharap dengan semakin terkenalnya Desa Wisata Tempur, masyarakat setempat juga dapat merasakan dampak positifnya.

Ia mengajak warga yang memiliki lokasi strategis untuk memanfaatkan peluang usaha, seperti membuka toko souvenir, warung, kedai kopi, kafe, atau menyediakan fasilitas tambahan di area wisata.

Desa Tempur saat ini juga sudah memiliki tiga homestay dan area camping ground yang dikelola oleh masyarakat setempat, dengan harga mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 500 ribu per malam.

Pemdes berkomitmen untuk terus mengembangkan sarana fisik, seperti pembangunan gapura, taman, jalan masuk, hingga penyediaan toilet umum dan spot foto.

Selain itu, mereka juga mengadakan pelatihan bagi masyarakat guna mendukung pengelolaan wisata desa.

“Semangat kami adalah untuk terus mengembangkan potensi wisata alam dan budaya, dengan harapan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Mahfudz.

Penulis : Moh. Mu’alim
Editor : Danu

Exit mobile version