Kolom Desa

Desa Wisata Angkringan: Warisan Leluhur Tingkatkan Perekonomian Warga

Tugu Monumen Desa Ngerangan, Kec. Bayat, Kab. Klataen, Sumber Jadesta

Kolomdesa.com, Klaten – Desa Wisata Angkringan terletak di Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Desa wisata ini terkenal dengan angkringan yang diwariskan oleh para leluluhurnya.

Tak hanya menjadi warisan leluhur saja, angkringan juga dapat meningkatkan perekonomian warga setempat. Tak heran, jika 60% warga Desa Ngerangan berprofesi sebagai pengusaha angkringan.

Desa Ngerangan lokasinya berada di daerah pegunungan menjadikannya memiliki keindahan alam yang khas, serta suasana desa yang tenang. Kecamatan Bayat merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Klaten, yang berada di bagian tengah Pulau Jawa.

Desa Wisata Angkringan didirikan pada tahun 2017, sebagai Desa Wisata Cikal Bakal Angkringan. Kemudian setelah didaftarkan menjadi desa wisata, nama cikal bakal dihapus dan menjadi Desa Wisata Angkringan.

”Dulu awalnya Desa Wisata Angkringan namanya adalah Wisata Cikal Bakal Angkringan. Kemudian nama itu diganti dengan alasan kepanjangan, dan menjadi Desa Wisata Angkringan,” kata Ketua Pokdarwis Desa Ngerangan, Suwarna kepada Kolomdesa, Sabtu (24/8/2024).

Desa Wisata Angkringan menawarkan makanan tradisional khas angkringan, wisatawan yang berkunjung ke desa ini, dapat menikmati santapan kuliner tradisional khas angkringan. Tak hanya itu saja, wisatawan juga dapat menikmati kesenian tradisional yang ada di Desa Ngerangan.

Sejarah Angkringan

Warung angkringan terus merebak hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Tapi, tak banyak yang tahu dari mana cikal bakal angkringan. Embah Jeman warga Desa Ngerangan adalah orang pertama yang berjualan angkringan yang dulu di sebut HIK (Hidangan Istimewa Kelaten).

Embah Jeman awalnya merantau ke Solo lantaran kondisi ekonominya yang tidak memadai. Kemudian dirinya bertemu dengan embah Wono, seorang juragan terikan di Laweyan, Solo.

Awalnya, Jeman diminta hanya untuk merawat kerbau dan bertani, hingga akhirnya Jeman diberikan kesempatan untuk berjualan terikan. Setelah beberapa tahun berjualan, ide kreatif Jeman muncul dan berinisiatif menambah minuman dan cerek.

Jeman menempatkan makanan pada tumbu dan ditaruh di kepala sembari menenteng cerek. Lantaran kurang nyaman, ide kreatif Jeman muncul lagi membuat pikulan.

”Yang pertama kali jualan angkringan adalah embah Jeman di Solo. Beliu merantau lantaran di Desa Ngerangan pada saat itu lahannya gersang, kemudian beliu bertemu dengan embah Wono,” terang Suwarna.

Sebelum kemerdekaan, angkringan dulunya dibawa dengan cara dipikul. Namun, pada tahun 1970-an, angkringan berubah dengan cara didorong menggunakan gerobak roda.

Desa Wisata Angkringan: Warisan Leluhur Tingkatkan Perekonomian Warga
Kampung Dolanan, Desa Ngerangan, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Sumber: Dok. Jadesta

Kampung Dolanan

Di Desa Wisata Angkringan terdapat sebuah kampung yang bernama dolanan. Kampung ini menyediakan sebuah permainan tradisional seperti egrang, egrang batok, bakiak, bandulan, dakon, ular tangga, gateng dan lainnya.

Kampung dolanan juga menjadi tempat edukasi tradisional bagi para wisatawan yang berkunjung.  Dari permainan tersebut wisatawan diajari bagaimana kerjasama, membangun strategi, karakter dan sebagainya. Kegiatan yang ada tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk mempelajari permainan-permainan tradisional.

”Sesuai namanya, kampung ini menyediakan beberapa permainan tradisional. Wisatawan yang berkunjung dapat mengingat memori permainan yang ada di zaman dulu,” katanya.

Kampung Seni, Desa Ngerangan, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Sumber: Dok. Jadesta

Kampung Seni

Selain Kampung Dolanan, Desa Wisata Angkringan juga memiliki Kampung Seni, yang terdiri dari sanggar gamelan dan sanggar tari. Kampung ini memiliki potensi besar untuk dilestarikan dan menjadi sarana edukasi.

Dulu, kampung ini rutin menyelenggarakan pertunjukan ketoprak atau wayang orang bersambung. Pentas tersebut dapat dinikmati oleh pengunjung di sebuah arena pementasan yang dikelilingi oleh sekat, dengan sebagian besar pemainnya berasal dari kampung ini.

”Pengunjung yang main ke kampung seni ini, dapat menikmati atraksi kesinian yang dibawakan oleh masyarakat lokal,” sambungnya.

Kampung Pecel dan Tiwul, Desa Desa Ngerangan, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Sumber: Dok. Jadesta

Kuliner Pecel dan Tiwul

Setelah bermain permainan tradisional dan menyaksikan pertunjukan seni di Desa Wisata Angkringan, pengunjung dapat menikmati berbagai makanan yang tersedia di angkringan, seperti pecel dan tiwul. Harga makanan seperti pecel dan tiwul umumnya bersahabat dan sesuai dengan standar kuliner lokal.

Untuk pecel sendiri harganya berada di kisaran Rp15.000-25.000 per porsi. Pecel sendiri merupakan hidangan tradisional Jawa yang terdiri dari sayuran segar yang disiram dengan bumbu kacang.

Untuk tiwul harganya juga relatif murah berada dikisaran Rp10.000-20.000 per porsi. Tiwul sendiri adalah makanan berbahan dasar gaplek (ketela pohon yang dikeringkan) yang biasanya disajikan dengan kelapa parut atau gula merah.

”Pecel dan tiwul di desa ini dulu sempat viral dan banyak pengunjung yang berdatangan hingga memiliki omzet Rp60-70 juta per bulannya,” kata POKDARWIS Desa Ngerangan itu.

Penginapan di Desa Wisata Angkringan Desa Ngerangan, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Sumber: Dok. Jadesta

Penginapan

Untuk para wisatawan dari luar kota yang berkunjung ke Desa Wisata Angkringan tak perlu khawatir untuk mencari penginapan. Desa Wisata Angkringan juga menyediakan Homestay bagi wisatawan yang ingin bermalam.

Tarif menginap per malam bervariasi. Untuk wisatawan yang ingin menginap berdua, tarifnya adalah Rp150 ribu per malam. Sementara untuk paket keluarga, tarifnya adalah Rp300 ribu per malam.

”Untuk tarif penginapan jika hanya berdua maka dikenakan Rp150 ribu semalam. Jika rame bareng keluarga maka dikenakan tarif Rp300 ribu per malam,” terang Suwarna.

Jam Operasional, Tiket Masuk dan Rute Menuju Desa Wisata Angkringan

Desa Wisata Angkringan biasanya buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Namun, jam operasional bisa berubah tergantung pada musim atau acara khusus. Sebaiknya, konfirmasikan terlebih dahulu sebelum berkunjung dengan menghubungi ketua Pokdarwis Desa Ngerangan di nomor 085729308483.

Tiket masuk ke Desa Wisata Angkringa juga cukup ekonomis. Tiket masuk sekitar Rp10.000 – Rp20.000 per orang. Harga ini bisa berbeda tergantung pada paket wisata atau aktivitas tambahan yang mungkin ditawarkan.

Untuk rute menuju Desa Wisata Angkringan dari Klaten wisatawan dapat mengikuti petunjuk arah menuju Kecamatan Bayat. Setelah memasuki Kecamatan Bayat, wisatawan bisa menggunakan aplikasi peta atau bertanya kepada penduduk setempat untuk menemukan rute menuju Desa Ngerangan.

Wisatawan yang berkunjung ke Desa Angkringan dapat menaiki transportasi umum seperti bus Yogyakarta atau Solo menuju Klaten. Setelah sampai di Klaten, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan dengan kendaraan umum atau taksi menuju Kecamatan Bayat dan Desa Ngerangan.

Trafik dan Omzet Pengunjung

Desa Wisata Angkringan telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari pihak pengelola, berikut adalah rincian omzet dan jumlah pengunjung selama 4 tahun terakhir.

Pada tahun 2021 Desa Wisata Angkringan mendapatkan omzet sebesar Rp500 juta dengan jumlah pengunjung sekitar 15.000 orang. Sedangkan di tahun 2022 Omzet meningkat menjadi Rp750 juta dengan jumlah pengunjung mencapai 22.000 orang.

Di tahun 2023 omzet terus mengalami kenaikan mencapai Rp1 miliar dengan jumlah pengunjung sekitar 30.000 orang. Pada tahun 2024, Desa Wisata Angkringan mencatat omzet sebesar Rp1,2 miliar dengan jumlah pengunjung juga meningkat pesat, mencapai sekitar 35.000 orang.

”Kami sangat bersyukur atas pertumbuhan yang kami alami tahun ini. Peningkatan jumlah pengunjung dan omzet ini adalah hasil dari kerja keras tim kami dan dukungan dari masyarakat setempat,” kata Bapak Agus Prasetyo, ketua pengelola Desa Wisata Angkringan.

Penulis: Hafidus Syamsi

Exit mobile version