Kolom Desa

Keberagaman dan Kerukunan dalam Tradisi Barikan di Bulan Kemerdekaan

Barikan yang menjadi tradisi menjelang hari kemerdekaan. Sumber: INews

Kolomdesa.com, Jawa Timur – Jawa Timur, salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan tradisi dan budaya, memiliki berbagai macam cara untuk merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satu tradisi yang sangat khas dan penuh makna adalah Barikan. Tradisi ini, yang sudah ada sejak zaman dahulu, bukan hanya merupakan bentuk perayaan, tetapi juga cerminan dari kearifan lokal yang menjaga kerukunan masyarakat dan rasa syukur atas kemerdekaan bangsa.

Barikan berasal dari kata “barik” dalam bahasa Arab yang berarti “barokah” atau “berkah,” dan dalam bahasa Jawa Kuno, “barik” berarti “baris” atau “berbaris.” Secara umum, Barikan dapat diartikan sebagai sekumpulan warga yang berkumpul dan berdoa di suatu tempat untuk mengungkapkan rasa syukur atas kemerdekaan Republik Indonesia. Tradisi ini menjadi salah satu bagian yang melekat dari perayaan 17 Agustus, yang dirayakan di seluruh penjuru Indonesia, terutama di Jawa Timur.

Pelaksanaan Tradisi Barikan

Tradisi Barikan biasanya dilaksanakan pada malam tanggal 16 Agustus, menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Pada malam tersebut, warga akan berkumpul di perempatan atau pertigaan gang di kampung mereka. Mereka duduk berbaris di atas tikar atau karpet, membentuk lingkaran lonjong di sekitar makanan yang telah disiapkan. Makanan yang dibawa oleh setiap keluarga, seperti nasi, kue, dan buah-buahan, akan diletakkan dalam wadah tradisional seperti tampah atau besek.

Keberagaman dan Kerukunan dalam Tradisi Barikan di Bulan Kemerdekaan
Momen tradisi Barikan menjadi ajang kumpul masyarakat untuk bersilaturahmi dan berkumpul. Sumber: INews

Acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh ulama, kepala RW, atau tokoh masyarakat setempat. Doa ini diucapkan dengan khusyuk dan khidmat sebagai ungkapan syukur atas kemerdekaan yang telah diperoleh dan permohonan perlindungan agar negara tetap aman dan sejahtera. Setelah doa, acara dilanjutkan dengan renungan kemerdekaan, menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya,” pembacaan teks Proklamasi dan Pancasila, serta pembagian hadiah lomba jika ada. Makanan yang telah dikumpulkan kemudian dibagikan kepada semua peserta atau dimakan bersama.

Selalin dengan perayaan acara makan malam bersama, tradisi Barikan merupakan momen penting untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Melalui tradisi Barikan, masyarakat Jawa Timur mengekspresikan rasa terima kasih dan menghargai pengorbanan para pahlawan yang telah meraih kemerdekaan bagi bangsa.

Lebih dari itu, Barikan juga merupakan simbol kerukunan dan solidaritas di antara warga. Dalam tradisi ini, tidak ada batasan sosial atau perbedaan agama dan budaya. Semua orang berkumpul, berbagi makanan, dan merayakan kemerdekaan bersama. Barikan merupakan wujud dari semangat kebersamaan dan gotong-royong yang harus terus dipertahankan dalam kehidupan bermasyarakat.

Sejak tahun 2017, Barikan telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh pemerintah Indonesia. Ini adalah pengakuan resmi bahwa tradisi Barikan merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan di tengah arus modernisasi. Meskipun zaman telah berubah dan masuknya budaya – budaya dan nilai asing, tradisi ini tetap hidup dan dijaga oleh masyarakat Jawa Timur sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai-nilai kearifan lokal.

Tradisi Barikan juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan baik antarwarga dan merayakan kemerdekaan dengan penuh rasa syukur. Di tengah kesibukan dan tantangan kehidupan sehari-hari, Barikan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berhenti sejenak, berkumpul, dan mengingat kembali nilai-nilai perjuangan yang telah membawa kemerdekaan bagi Indonesia.

Selain Barikan, Jawa Timur juga memiliki tradisi unik lainnya dalam merayakan Hari Kemerdekaan. Salah satunya adalah tirakatan, yang biasanya dilakukan pada malam 17 Agustus dengan acara seperti pembacaan sajak, mengenang jasa pahlawan, dan makan bersama. Tradisi ini memiliki kesamaan dengan Barikan, tetapi istilah dan beberapa detail pelaksanaannya berbeda.

Di beberapa daerah, seperti Dusun Daleman di Mojokerto, warga juga memiliki tradisi mendirikan tenda dan tidur bersama di depan rumah pada malam 17 Agustus. Tradisi ini tidak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menjadi cara untuk menghilangkan egoisme dan meningkatkan interaksi antarwarga.

Barikan merupakan tradisi yang tidak hanya menggambarkan kekayaan budaya Jawa Timur, tetapi juga merupakan penanaman budaya dan nilai dari semangat kebersamaan, syukur, dan penghargaan terhadap jasa pahlawan. Dengan merayakan Barikan, masyarakat turut memeriahkan hari kemerdekaan di tiap  bulan agus dan juga menjaga nilai-nilai kearifan lokal dan memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat. Di tengah dunia yang terus berkembang, Barikan tetap menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan tradisi dan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa.

Editor: Mukhlis

Exit mobile version