Kolom Desa

Sendangduwur: Warisan Sejarah dan Religi di Pesisir Lamongan

Terkenal sebagai destinasi wisata religi, Desa Wisata Sendangduwur dikenal karena makam Sunan Sendang yang menjadi tujuan ziarah bagi pengunjung. Sumber: desawisatasendangduwur.netifly

Kolomdesa.com, Lamongan Di pesisir Utara Kabupaten Lamongan, terdapat sebuah desa dengan nuansa spiritualitas yang kental. Desa Wisata Religi Sendang Duwur, dengan pesonanya yang unik, telah menarik perhatian para pelancong dari berbagai penjuru. 

Lebih dari sekadar destinasi wisata, Sendang Duwur menawarkan perjalanan spiritual yang mengundang jiwa untuk merenung dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Mengunjungi desa ini seperti melakukan perjalanan waktu, kembali ke masa ketika spiritualitas adalah bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Terletak di daerah perbukitan, desa ini berhasil memadukan keseimbangan tradisi dan modernitasnya. Hal ini terlihat dari menonjolnya potensi UMKM, seperti kerajinan batik tulis, perhiasan emas, dan bordir.

“Desa Wisata Sendangduwur merupakan desa wisata religi yang terintegrasi dengan UMKM yang ada di desa Sendangduwur,” ungkap Zhevi, Sekretaris Desa Wisata Sendangduwur kepada Kolomdesa, Senin (12/8/2024).

Masyarakat Desa Sendangduwur masih memegang erat nilai budaya yang dimiliki. Ada nasi Muduk yang merupakan kuliner khas desa tersebut, serta nasi Langgi yang selalu disediakan pada saat Haul Sunan Sendang 15 Sya’ban. 

Desa Wisata Sendangduwur juga dikenal karena peninggalan sejarah yang tersimpan di dalamnya. Salah satu daya tarik utama adalah Masjid Sendang Duwur, sebuah masjid kuno yang dibangun pada abad ke-16 oleh Sunan Sendang Duwur.

Sejarah Masjid Sendangduwur

Konon, Masjid Sendang Duwur berdiri tanpa melalui proses pembangunan. Berdiri pada 1561 di atas Bukit Aminuton, masyarakat sekitar juga menyebutnya sebagai Masjid Tiban, karena dikisahkan muncul seketika pada waktu subuh.

Hal itu bermula dari keinginan Sunan Sendang Duwur untuk mendirikan masjid sendiri di Desa Sendangduwur. Kemudian tersiar kabar sayembara yang diselenggarakan Nyai Rondo Ratu Kalinyamat beserta suaminya Bupati Jepara Mantingan Sultan Hazirin. 

Setelah Raden Noer Rahmat memperoleh gelar Sunan Sendang Duwur dari Sunan Drajat, ia segera diperintahkan menemui Ratu Kalinyamat guna membeli masjid tersebut. Akan tetapi, Ratu Kalinyamat menegaskan dirinya tidak akan menjual masjid itu sesuai perintah sang suami.

Kemudian, Sunan Sendang Duwur mulai berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT agar dapat memindahkan Masjid Mantingan. Sebab, ia sangat membutuhkan masjid tersebut sebagai pusat dakwah Islam.

Sunan Sendang Duwur terus berdoa selama 40 hari. Atas kesungguhannya dalam berdoa, Sunan Sendang Duwur berhasil memindahkan Majid Mantingan dalam keadaan utuh dan tanpa bantuan orang lain.

Lokasi masjid tersebut yang semula berada di Jepara, kemudian berpindah di atas Bukit Aminuton. Selain itu, masjid tersebut juga berganti nama menjadi Masjid Sendang Duwur. 

Di dalam Kompleks Sendang Duwur terdapat makam Sunan Sendang Duwur, yang juga merupakan objek ziarah penting bagi umat Muslim. Makam ini terletak di dekat masjid dan selalu dipenuhi peziarah, terutama pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Legi dan bulan Maulid.

“Atraksi unggulannya wisata religi, karena dengan adanya wisata religi, wisata tersebut bisa dikenal dan dikunjungi banyak orang, sehingga potensi yang ada di desa sendangduwur ikut terangkat,” jelas Zhevi.

Sendangduwur: Warisan Sejarah dan Religi di Pesisir Lamongan
Wisata edukasi ini tidak hanya sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah petualangan yang akan membawa pengunjung mempelajari kekayaan seni dan budaya Indonesia. Sumber: desawisatasendangduwur.netifly

Wisata Edukasi Batik

Program ini tidak hanya sekadar perjalanan biasa, melainkan sebuah petualangan yang akan membawa pengunjung mempelajari kekayaan seni dan budaya Indonesia. Tak hanya itu, pengunjung akan mendapatkan kesempatan langka untuk belajar langsung dari para ahli pembatik. 

Melalui demonstrasi live, mereka akan menunjukkan teknik-teknik kuno yang digunakan dalam pembuatan batik tradisional. Ini adalah momen yang luar biasa, di mana pengunjung dapat menyaksikan keahlian dan ketelitian yang diperlukan untuk menciptakan karya seni membatik yang memukau. 

Namun, puncak dari pengalaman ini adalah ketika diberi kesempatan untuk mencoba membatik sendiri.  Dari persiapan kain hingga proses pewarnaan, pengunjung akan merasakan langsung tantangan dan kepuasan yang ada di balik setiap goresan kuas.

Selama kita menjelajahi berbagai teknik dan motif, kita juga akan dibimbing untuk memahami makna di balik setiap motif batik. Dari motif yang sederhana hingga yang paling rumit, setiap desain memiliki cerita dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Pasar Minggu Legi bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya. Sumber: desawisatasendangduwur.netifly

Pasar Minggu Legi, Wujud Kekayaan Budaya dan Tradisi Desa Wisata Sendangduwur

Nama Minggu Legi sendiri merujuk pada penanggalan Jawa, menandakan hari khusus di mana pasar ini berlangsung. Namun, lebih dari sekadar penanggalan, Minggu Legi adalah tempat di mana cerita dan sejarah bertemu, dan aroma jajanan tradisional memenuhi udara. 

Setiap sudut pasar dipenuhi dengan jajanan tradisional yang menggoda. Dari kue-kue tradisional yang lezat hingga makanan ringan yang unik dan beraneka ragam, semua tersedia di sini. 

Setiap jajanan memiliki cerita dan keunikan tersendiri, menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dengan baik. Pasar Minggu Legi bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya. 

Di sini pengunjung bisa berbincang-bincang dengan pedagang, dan merasakan kehangatan komunitas yang terjalin erat. Meskipun dunia terus berkembang, keberadaan Pasar Minggu Legi tetap menjadi bagian penting dari identitas dan kehidupan masyarakat. 

Penggunaan keping sebagai alat jual beli menjadi simbol keberlanjutan tradisi dan warisan budaya yang tetap hidup di tengah-tengah perubahan zaman. Dengan mengunjungi Pasar Minggu Legi, pengunjung tidak hanya mendapatkan jajanan tradisional yang lezat, tetapi juga pengalaman yang berharga tentang kehidupan dan budaya lokal. 

Tarif Masuk dan Rute Menuju Desa Wisata Sendangduwur

Untuk menikmati keindahan dan spiritualitas di Desa Wisata Religi Sendang Duwur, pengunjung tidak dipungut biaya masuk. Hal ini menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata yang ramah di kantong dan bisa dinikmati oleh berbagai kalangan. 

“Kalau mau berwisata religi tidak usah bayar, mungkin hanya uang parkir” tuturnya.

Walaupun bisa dinikmati secara gratis, namun pengelola Desa Wisata Sendangduwur menawarkan fasilitas yang cukup lengkap untuk menunjang aktivitas wisata di desa tersebut. Salah satu fasilitas yang diberikan adalah pengawalan dari jalan pantura sampai ke lokasi wisata bagi pengunjung yang membawa kendaraan besar. 

“Fasilitas yang didapat wisatawan ketika berwisata di desa sendangduwur ada ojek, pengawalan mulai jalan pantura sampai ke area wisata ketika pengunjung membawa kendaraan besar, toilet umum, kuliner, tempat peristirahatan, homestay dan guide,” paparnya. 

Untuk mencapai Desa Wisata Sendang Duwur, wisatawan dapat menempuh perjalanan darat dari Kota Lamongan dengan jarak sekitar 25 kilometer ke arah utara. Rute yang bisa diambil adalah melalui Jalan Raya Daendels yang menghubungkan Lamongan dengan Tuban, kemudian belok ke arah timur di perempatan Paciran.

“Untuk menuju Desa Wisata Sendangduwur harus membawa kendaraan pribadi,” katanya.

Perjalanan menuju desa ini tidak terlalu sulit, namun pengunjung harus siap dengan jalan yang sedikit menanjak dan berliku, terutama ketika mendekati area masjid yang berada di atas bukit. Namun, tantangan ini justru menambah kesan petualangan dan kepuasan tersendiri ketika akhirnya sampai di tujuan.

“Jalan bisa dilalui kendaraan kecil maupun besar, untuk kondisi jalan cukup baik dan mudah ditempuh, tapi harus hati-hati karena harus melalui galian C,” paparnya. 

Bagi yang datang dari luar kota, mereka bisa menggunakan transportasi umum seperti bus atau kereta api hingga Kota Lamongan, kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek atau angkutan desa yang tersedia di terminal.

“Lokasi Desa Wisata Sendangduwur cukup jauh dengan bandara sekitar 79 km, namun dekat dengan terminal dan pelabuhan sekitar 8.6 km,” ucapnya.

Jumlah Pengunjung dan Omzet Desa Wisata Sendangduwur

Menurut data pengelola Pokdarwis Desa Wisata Sendangduwur, jumlah pengunjung mencapai ribuan setiap bulannya, terutama pada hari-hari besar Islam seperti Maulid Nabi dan Haul Sunan Sendang. Pada tahun 2022 sampai 2023 terdapat peningkatan jumlah pengunjung dari 36 ribu kunjungan menjadi 40 ribu pengunjung.

“Data kunjungan tahun 2022 sebanyak 36.000 dan tahun 2023 meningkat menjadi 40.000,” jelasnya. 

Desa Wisata Sendangduwur juga ikut terdampak pandemi Covid-19 yang mengharuskan pengelola menghentikan operasional secara keseluruhan. Kondisi ini terjadi dari tahun 2020 sampai 2021 yang berakibat nihilnya jumlah kunjungan wisatawan. 

“Data pengunjung tahun 2020-2021 kosong karena Covid-19,” ungkapnya.

Banyaknya jumlah kunjungan wisatawan secara tidak langsung juga akan berdampak pada jumlah pemasukan yang didapatkan oleh Desa Wisata Sendangduwur. Pengelola mencatat bahwa secara keseluruhan, kinerja pendapatan Desa Wisata Sendangduwur terbilang baik karena bisa menghasilkan omset rata-rata per tahun mencapai Rp 10 juta. 

“Omset rata-rata per tahun mencapai Rp. 10.000.000,” tambahnya. 

Kehadiran Desa Wisata Sendangduwur cukup diapresiasi masyarakat sekitar karena sangat bermanfaat terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat. Masyarakat yang menjadi pelaku wisata cukup terbantu karena unit usaha yang mereka miliki bisa hidup melalui paket wisata yang ditawarkan pengelola.

“Dengan hadirnya desa wisata tentu saja semua bisa merasakan manfaatnya mulai dari pengelola homestay, kuliner, UMKM dan jasa transportasi,” sebutnya.

Pengelola berharap, kedepannya Desa Wisata Sendangduwur bisa terus menambah fasilitas yang menunjang kegiatan pariwisata. Tujuannya agar desa wisata ini bisa terus hidup dan bisa dikenal oleh masyarakat dengan lebih luas.

“Harapannya untuk Desa Wisata Sendangduwur untuk perkembangan kedepannya bisa tetap eksis, lebih maju, lebih dikenal masyarakat dan bisa menambah fasilitas yang dibutuhkan oleh pengunjung,” pungkasnya.

Editor: Rizal K

Exit mobile version