Kolomdesa.com, Tapin – Warga Desa Hatiwin, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin kini dapat menikmati air gratis tanpa bantuan tenaga listrik dan BBM yang dialiri dari Danau Hatiwin. Inovasi ini ditemukan oleh salah satu warga desa Hatiwin bernama Awaluddin yang menciptakan pompa dengan sistem hydrolic ram pump (pompa hidram) hasil kreasinya sendiri.
Tahun 2022, teknologi pompa hidram ini hadir untuk menjawab keluhan masyarakat yang sedang dilanda kesulitan air bersih pada musim kemarau. Meskipun sumber air di danau yang berada di ujung desa cukup melimpah, namun tidak ada sarana yang mendukung untuk menyalurkannya ke rumah-rumah warga.
Warga Desa Hatiwin masih menggunakan air bersih dari desa lain. Kata Awaluddin, harga air yang dibeli tersebut terbilang cukup mahal. Satu Kepala Keluarga (KK) bisa menghabiskan 100 hingga 200 ribu per bulan untuk membeli air bersih.
“Di desa kami ada sekitar 200 KK jadi dari segi hitung-hitungan kita perbulan biaya untuk air hampir 20 jutaan,” kata Awaluddin kepada Kolomdesa.com, Senin (15/07/2024).
Tak hanya itu, warga Desa Hatiwin sempat mengalami masalah ekonomi. Harga karet pada saat itu anjlok membuat warga desa yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani karet itu harus memutar otak untuk menghemat pengeluaran.
“Pada saat itu harga karet mencapai 4 ribu rupiah per kilo, membuat kami harus menyiasati ekonomi,” kata Awaludin.
Hal ini yang menggerakkan lelaki asal Makassar itu untuk membuat inovasi pompa air tersebut. Dia mencari informasi di internet, lalu menemukan teknologi hidram sebagai inovasi yang paling cocok untuk diterapkan di desanya.
Pompa Hidram, Tanpa Listrik dan BBM
Didesain sederhana, pompa dengan sistem hydraulic ram pump (pompa hidram) ini dibuat Awaludin untuk menjawab keluhan masyarakat di musim kemarau.
Kendati cara kerjanya terbilang sederhana, perlu perhitungan matang dan teliti. Pompa memanfaatkan tekanan aliran air danau yang menuruni lereng melalui pipa besar, kemudian menggerakkan sejumlah katup dan mengatur tekanan udara.
Pada bagian limbah sebagian air akan keluar dan membuka ruang katup. Sedangkan pada bagian lainnya air ditekan udara dan naik ke penampungan di posisi lebih tinggi yang sudah disiapkan. Cara kerja ini terus berlangsung sesuai siklusnya dengan interval waktu tertentu, tanpa penggerak mesin atau lainnya.
Air yang dipompa dengan hidram tersebut dapat mengalir sepanjang 610 meter dan ketinggian mencapai 25 hingga 26 meter.
Awaluddin memulai percobaannya di Danau Hatiwin. Saat itu, danau belum dibuka sebagai destinasi wisata sebab belum tersedianya sanitasi yang memadai. Air danau tidak dapat naik ke atas.
Ternyata ujicoba yang diterapkan efektif dapat digunakan. Air naik mengisi tampungan tandon dengan kapasitas 3 liter per menitnya dan bisa dialirkan ke MCK Wisata Danau Hatiwin. Dengan berbekal teknologi itu, Pemerintah Desa Hatiwin optimis membuka wisata danau tersebut.
“Jadi pertama memang untuk mengcover keperluan toilet, kamar mandi dan wudhu di kawasan wisata yang saat itu juga kami kembangkan,” bebernya.
Berikutnya, karena telah teruji, di 2022 pula inovasi ini diikutkan perlombaan di tingkat Kabupaten Tapin dan berhasil menjadi yang terbaik.
Keyakinan masyarakat pun mendukung inovasi ini untuk dikembangkan semakin besar sehingga menjajaki pembicaraan di tingkat desa untuk diupayakan membuat skala lebih besar.
Di akhir 2023, pendanaan pun terealisasi dan Awaludin bisa mengeksekusi mulai dari perencanaan hingga bisa dinikmati masyarakat pengairan dengan biaya murah dan ramah lingkungan ini.
“Itu saya kerjakan sekitar 37 hari dibantu alat berat untuk menanam pipa dan saat ini kapasitasnya sudah lumayan besar, bisa memenuhi keperluan sekitar 40-an KK,” ujar Awaludin.
Oleh karena perlu perawatan, ada kemungkinan warga ditarik iuran namun tidak banyak. Awaludin mengatakan, jika terdapat sarana yang sedang rusak, warga Desa Hatiwin akan berkumpul untuk memusyawarahkannya terlebih dahulu.
Tekan Pengeluaran Masyarakat
Setidaknya sudah 7 bulan air yang dipompa dari Danau Hatiwin tersebut dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Desa Hatiwin. Untuk saat ini, mereka masih dapat menikmati air bersih secara gratis.
“Kami masih belum menetapkan harga karena belum menyediakan meterannya. Jadi warga sekarang dapat menikmati air sepuasnya,” katanya.
Rencananya, lanjut Awal, apabila meteran kubikasi telah terpasang, maka penetapan harga air per kubik melalui musyawarah dengan warga setempat. “Saat ini masih diusahakan modalnya,” katanya.
Sistem pengaliran yang digunakan saat ini adalah secara bergantian. Toren air yang terletak di dua RT akan diisi setiap dua hari sekali pada sore hingga keesokan harinya.
“Jadi kami juga mengimbau masyarakat agar menggunakan air sesuai dengan kebutuhannya dan agar tidak dibuang sia-sia,” katanya.
Awaludin membeberkan bahwa sejak adanya inovasi ini warga dapat menggunakan air bersih tanpa harus khawatir kertas tagihan di akhir bulan. Dengan pompa hidram tersebut, biaya pengeluaran masyarakat bisa ditekan dari 50 hingga 70 persen.
“Jika distribusi air dikelola BUMDes maka uang tersebut tidak akan pergi kemana-mana.,” katanya.
Inovasi Harapan
Awaludin berharap, ke depan Pemerintah Desa hingga Kabupaten dapat memaksimalkan pengembangan teknologi pompa hidram ini. Tujuannya agar air dapat mengalir lebih jauh lagi ke wilayah yang masih belum tersentuh di Desa Hatiwin.
“Juga bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain,” katanya.
Saat ditanya inovasi harapan ke depan, Awaludin mengatakan pihaknya membutuhkan sarana pencincang gulma di danau. Menurutnya, gulma tersebut dapat mengurangi debit air danau jika terus dibiarkan berkembang.
“Kalau ada alatnya, Insyaallah pemompaan air danau ke kampung tidak tersendat,” pungkasnya.