Kolomdesa.com, Jember – Tradisi bersih desa merupakan selamatan desa atau upacara adat turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Jawa dan memiliki sarat makna spiritual yang mendalam. Adapun tradisi itu juga digelar di Desa Kasiyan, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.
Dalam rangka memperingati 1 Muharram 1446 H atau dalam bahasa Jawa Malam 1 Suro, Pemerintah Desa Kasiyan bersama masyarakat menyelenggarakan Bersih Desa atau Selamatan Desa dengan mempersembahkan sejumlah rangkaian acara mulai dari Khotimil Qur’an, Ziarah Makam Leluhur, Pentas Seni, dan Bazar UMKM serta Pengajian Umum hingga Santunan Anak Yatim.
“Selain itu, juga diselenggarakan Kasiyan Fashion Carnaval (KFC) tanggal 10 Juli, Campursari tanggal 11 Juli, Gandrung tanggal 12 Juli hingga ditutup dengan Pagelaran Wayang Kulit pada tanggal 13 Juli,” kata Ketua Panitia Kegiatan, Mohammad Ishaq beberapa waktu lalu.
Sementara Kepala Desa Kasiyan, Hadi Wiswoyo mengatakan tujuan dari kegiatan tersebut sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan hasil bumi serta mengharapkan kebersihan, keamaman, kemajuan hingga kemakmuran desa. Selain itu, juga sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur dan nenek moyang.
“Tujuannya untuk membersihkan desa, mendoakan desa dan warganya serta membuang roh-roh jahat yang menggangu,” ujarnya.
Kasiyan Fashion Carnaval
Kegiatan Kasiyan Fashion Carnaval (KFC) di Desa Kasiyan yang digelar pada Rabu (10/7) kemarin berlangsung meriah. Pasalnya ribuan warga bertumpah ruah turut berpartisipasi memeriahkan event tersebut mulai dari kalangan anak-anak, pemuda, hingga dewasa.
Tidak hanya itu, kegiatan tersebut juga diikuti sejumlah lembaga pendidikan, komunitas, paguyuban dan berbagai kalangan lainnya yang berada di Desa Kasiyan. Salah satu yang unik dan menarik perhatian warga adalah terdapat patung replikasi Ogoh-Ogoh yang diarak oleh peserta karnaval disertai dengan tarian-tarian yang khas.
Kemudian, terdapat gunungan hasil bumi yang juga turut diarak oleh sekelompok pemuda yang tergabung dalam Paguyuban Rukun Kematian (Rukem) Dusun Gadungan menuju titik finish yakni di Pendopo Desa Kasiyan. Gunungan hasil bumi itu merupakan berbagai makanan hasil bumi yang disusun menyerupai gunung.
Warga setempat biasa menyebutnya pawai Grebeg Suro. Hal tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas hasil bumi yang didapat dan berharap selanjutnya tetap mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Pagelaran Wayang Kulit
Dalam peringatan selamatan desa itu, Pemerintah Desa Kasiyan juga mempersembahkan Pagelaran Seni Wayang Kulit yang didalangi oleh Ki Gondo Mulyono semalam suntuk. Pagelaran Seni yang dibawakan oleh seorang Dalang sebagai naratornya dan diiringi alat musik Gamelan ini merupakan atraksi yang sangat menarik.
Selain penuh dengan kisah-kisah kehidupan, hal ini juga mengedukasi para pemuda generasi milenial, generasi Z agar senantiasa mencintai dan melestarikan budaya tradisional. Selain itu, juga terdapat pertujukan Campursari dan Gandrung. Sejumlah warga ramai-ramai mendatangi pendopo desa untuk melihat dan memeriahkan pertujukan tersebut hingga selesai.
Tasyakuran Tutup Tandur
Masyarakat Jawa termasuk di Desa Kasiyan merupakan masyarakat agraris karena dapat disebut sebagian besar masyarakatnya hidup dari sektor pertanian atau bercocok tanam di persawahan. Sehingga dari kehidupan agraris ini tidak mengherankan jika muncul kearifan lokal berupa tradisi dan menjadi sebuah produk budaya atau adat terkait tata cara dan pengelolaan pertanian.
Dalam hal ini termasuk jabatan kepala desa selain sebagai pemimpin pemerintahan di tingkat desa, kepala desa juga menjabat sebagai ketua adat yang secara turun temurun memimpin setiap acara tradisi yang dikenal dengan selamatan tandur yang sudah dilakukan warga secara turun temurun.
Adapun maksud dari tradisi selamatan ini adalah memohon kepada Allah semata berupa keselamatan agar tanaman padi tumbuh subur, bebas dari hama, serta hasil panen yang bagus dan melimpah.
Sejarah Desa dan Pemerintahan
Desa Kasiyan terletak pada wilayah dataran sedang dengan koordinat antara -8◦31’-4◦-656’ Lintang Selatan dan 113◦46’-983◦1’ Bujur Timur dengan memiliki luas wilayah 282,246 Ha. Desa dengan penduduk kurang lebih 8.315 jiwa ini tersebar di dua dusun, yakni Dusun Krajan dan Dusun Gadungan.
Desa Kasiyan berdiri pada tahun 1923 dan berdasarkan cerita dari para sesepuh Desa Kasiyan, bahwa konon nama Kasiyan berasal dari nama Mbah Rondo Kasiyam yang sampai sekarang makamnya masih dikeramatkan oleh warga Desa Kasiyan dan terletak di Jalan Wringintelu Dusun Krajan RT. 001 RW. 001 Desa Kasiyan, Kecamatan Puger.
Dahulu asal mula berdirinya Desa Kasiyan terbentuk pada masa penjajahan Belanda dengan wilayah yang cukup luas, tetapi kemudian di tahun 1995 Desa Kasiyan dipecah menjadi 2 (dua) desa, antara lain Desa Kasiyan dan Desa Kasiyan Timur. Kedua desa ini dibatasi oleh sungai besar (Sungai Besini) yang berada di timur pasar Desa Kasiyan (Pasar Reboan).
Lembaga Pendidikan dan Pesantren
Sejumlah lembaga pendidikan di Desa Kasiyan dibilang cukup banyak, mulai dari negeri maupun swasta, mulai dari jenjang sekolah dasar hingga menengah. Adapun lembaga pendidikan tersebut diantaranya SDN Kasiyan 01, SDN Kasiyan 02, SDN Kasiyan 03, SDN Kasiyan 04, SD Muhammadiyah Kasiyan, MI Bustanul Ulum 03, SMP Islam Kasiyan, MTs Haji Ilyas, SMA Islam Kasiyan dan MA Haji Ilsyas.
Selain itu, juga terdapat lembaga Taman Kanak-kanak (TK) di Desa Kasiyan, diantaranya TK Aisyiyah Bustanul Athfal, TK Bhakti Rahayu, TK Dewi Aminah, TK Nusa Indah dan TK Nusantara. Kemudian juga terdapat KB Laduni, KB Ibnu Thalhah, SPS Lemuru 88, SPS Lemuru 95.
Sementara itu, di Desa Kasiyan juga terdapat lembaga pesantren yaitu Ponpes Misbahul Hidayah Gadungan, Ponpes Hidayatul Mustafidin Gadungan, Ponpes Darussalam Gadungan, dan Ponpes Al-Husein Gadungan. Selain itu, juga terdapat Majlis Ta’lim Wad Da’wah Nurul Islam Gadungan.