Site icon Kolom Desa

Lansia di Desa Besmarak Punya Strategi Khusus Hadapi Perubahan Iklim

Tiga warga kelompok rentan terhadap perubahan iklim, dua kali terdampak dari orang normal pada umumnya. Sumber: istimewa

Tiga warga kelompok rentan terhadap perubahan iklim, dua kali terdampak dari orang normal pada umumnya. Sumber: istimewa

Kolomdesa.com. Kupang – Sejumlah lansia dan penyandang disabilitas di desa Besmarak, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mendapatkan bantuan program bernama Koneksi.

Dengan program itu, warga penyandang disabilitas dan lansia di desa itu diberikan strategi khusus dalam mempersiapkan diri di tengah ancaman perubahan iklim.

“Sepanjang satu tahun ini, saya bekerja sebagai petani hortikultura. Dari tahun kemarin sudah mendapat bantuan berupa irigasi tetes, jadi hasilnya cukup lumayan, meringankan pekerjaan kami, mengurangi pekerjaan yang ada,” kata mama Ima, salah seorang lansia di tempat tersebut, Rabu (3/7/2024).

Lewat program ini, dari sekian banyak disabilitas dan lansia di desa Besmarak ini bekerja sebagai petani. Menanam tomat, buncis dan sayuran, Selama kurang lebih satu tahun.

Selain itu mama Ima mengaku dirinya juga menggunakan air dari sumur bor, dalam penggunaan air dari sumur bor, maka dibutuhkan waktu dan upaya berhemat.

“Jadi harus pintar-pintar berhemat, sistem ini makan waktu dan tenaga juga. Kalau lagi siram, satu hari kita tidak bisa kerja apa-apa. Dan juga kalau orang ada urusan pesta atau orang meninggal, kita tidak bisa datang karena harus urus kebun,” kata mama Ima.

“Kalau kita pergi berarti tidak siram. Dengan ada sistem irigasi tetes ini, maka ada waktu bersama keluarga lebih banyak,”imbuhnya.

Lewat sistem irigasi tetes ini, mama Ima mengaku hasil panennya lebih bagus ditambah lagi hamanya yang berkurang.

“Peningkatan cukup lumayan dengan adanya bantuan dari sistem irigasi tetes. Sekarang hasil lebih bagus dan hamanya juga berkurang,” kata mama Ima.

Dari hasil panen mama Ima ini kemudian akan ia pasarkan di pasar atau masyarakat sekitar. Harganya pun beragam, bergantung pada permintaan pasar.

“Kalau tomat kita jualnya per kilogram atau per ember. Di sini satu ember ada enam kilogram, di sini harga naik turun. Kalau di pasar harga naik, kita ikut naik, begitu sebaliknya,” pungkas mama Ima.

Penulis : Fais
Editor : Danu

Exit mobile version