Ngalokat Cai: Melestarikan Air Melalui Ritual Penuh Khidmat di Desa Cihideung

Ritual Ngalokat Cai di desa Cihideung. Sumber: Antara Foto/ Novrian Arbi
Ritual Ngalokat Cai di desa Cihideung. Sumber: Antara Foto/ Novrian Arbi

Share This Post

Kolomdesa.com, Bandung – Desa Cihideung, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, memiliki tradisi unik dalam menjaga, merawat, dan melestarikan sumber air melalui ritual budaya yang disebut Ngalokat Cai. Ritual Ngalokat Cai dimulai sejak tahun 1938 ini merupakan bentuk gerakan melestarikan lingkungan dengan kearifan lokal dalam menjaga sumber daya air yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat setempat, terutama para petani dan masyrakat setempat.

Ritual Ngalokat Cai diawali dengan gotong royong membersihkan desa bersama-sama, termasuk selokan dan saluran air di sepanjang jalan Desa Cihideung. Masyarakat begotong-royong membersihkan area sekitar kantor desa hingga lokasi upacara agar tampak bersih saat acara berlangsung. Pada puncak acara, warga berkumpul di sekitar sumber air yang disebut irung-irung, yang dinamakan demikian karena dua lubang tempat keluarnya air menyerupai lubang hidung—”irung” dalam bahasa Sunda.

Sesepuh desa berdoa di depan irung-irung, disaksikan oleh tokoh-tokoh desa dan warga. Setelah doa, rangkaian bunga tujuh rupa dan air kelapa muda disiramkan pada sumber air irung-irung. Sebagai bagian dari ritual, upacara simbolik diadakan dengan menyembelih seekor domba berbulu hitam. Aktivitas silih simbeuhan, di mana warga saling siram menggunakan air dari irung-irung, menyimbolkan makna berbagi dalam suka dan duka.

Acara puncak Ngalokat Cai juga dimeriahkan dengan penampilan kesenian tradisional seperti Tari Sasapian dan Tari Ketuk Tilu. Tradisi ini tidak hanya memiliki unsur budaya tetapi juga mengandung unsur hiburan, sehingga menjadi pesta rakyat yang ditunggu-tunggu setiap tahun.

Ngalokat Cai menjadi agenda tahunan pemerintahan setempat dan bagian dari pelestarian kebudayaan Desa Cihideung. Tradisi ini mengajak masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan lingkungan, terutama sumber mata air yang sangat penting bagi kehidupan mereka. Mayoritas warga Desa Cihideung bermata pencaharian sebagai petani bunga dan pengusaha tanaman hias, sehingga kelimpahan air sangat penting untuk kesuburan tanah.

Ritual Ngalokat Cai dihidupkan Kembali pada tahun 2007, Ngalokat Cai telah berjalan bertahun-tahun dan dilaksanakan setiap tahun di bulan Muharram. Tradisi ini bukan hanya bentuk ungkapan rasa syukur atas keberlimpahan air, tetapi juga sebagai upaya masyarakat untuk merawat sumber air tersebut. Warga bergotong-royong membersihkan saluran air dari rumput liar dan sampah beberapa hari sebelum upacara digelar. Ritual ini juga merupakan bentuk komitmen masyrakat adat untuk menjaga aliran air tetap bersih dan jernih.

Ngalokat Cai: Melestarikan Air Melalui Ritual Penuh Khidmat di Desa Cihideung
Kemeriahan di sumber mata air Irung-Irung. Sumber: Antara Foto/ Novrian Arbi

Mata air irung-irung bukan hanya sumber air untuk pertanian, tetapi juga sumber kehidupan bagi masyarakat Cihideung. Dahulu, air dari irung-irung mampu mengalir hingga puluhan kilometer ke wilayah Geger Kalong, Kota Bandung. Pelestarian mata air ini sangat penting bagi kelangsungan hidup dan pertanian masyarakat setempat.

Warga Kampung Panyairan berkumpul setiap tahun untuk menggelar upacara Ngalokat Cai Nyalametkeun Solokan Huluwotan Irung-irung. Upacara ini juga menjadi cara untuk melestarikan kekayaan alam dari kepentingan bisnis. Mata air irung-irung, yang berada di wilayah komersil, tetap dijaga masyarakat agar tidak dikuasai untuk kepentingan bisnis.

Tokoh masyarakat dan budayawan lokal, Mas Nanu Muda, menjelaskan bahwa tradisi Ngalokat Cai pada mulanya dilakukan oleh petani padi sebagai bentuk meleburnya kehidupan dengan alam. Namun, kini upacara adat tersebut dilaksanakan untuk menjaga sumber daya alam dari kepentingan bisnis. Sumber air irung-irung yang berada di kawasan perusahaan Lembang Park and Zoo dijaga ketat agar tidak dijual.

“Tradisi Ngalokat Cai adalah upaya kita menjaga kelestarian sumber air yang menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat Cihideung. Tradisi ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas keberlimpahan air dan menjaga aliran air tetap bersih dan jernih. Ini adalah warisan budaya yang harus kita lestarikan,” kata Mas Nanu.

Selain itu, Ngalokat Cai juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan menjaga kerukunan antar warga. Masyarakat Cihideung yang kini mulai tercemari budaya luar dan cenderung individualis diingatkan akan pentingnya kebersamaan dan gotong royong melalui upacara adat ini.

“Tradisi ini juga menjadi cara untuk menjaga sumber daya alam dari kepentingan bisnis. Sumber air irung-irung yang berada di kawasan perusahaan Lembang Park and Zoo dijaga ketat agar tidak dijual,” tambah Mas Nanu.

Dengan menggunakan pakaian adat dan pakaian tradisional, warga tampak antusias mengikuti acara yang dipusatkan di Lapangan Kavling, Dusun Kancah, Desa Cihideung. Tradisi Ngalokat Cai menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan melestarikan sumber air bagi kelangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat Cihideung.

Warga dan pengusaha bunga Cihideung berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menjaga dan menghargai sumber daya air, serta mempererat hubungan sosial dalam masyarakat. Dengan demikian, upacara adat ini tidak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga menjadi upaya masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

“Harapannya, tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam menjaga dan memuliakan sumber daya air. Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi dan menjaga kerukunan antar warga. Kami ingin generasi muda memahami pentingnya gotong royong dan kebersamaan dalam menjaga lingkungan,” harap Mas Nanu.

Dengan upaya yang terus dilakukan, tradisi Ngalokat Cai di Desa Cihideung menunjukkan betapa pentingnya menjaga sumber daya alam demi keberlanjutan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Tradisi ini menjadi bentuk upaya nyata bagaimana kearifan lokal dapat berperan dalam pelestarian lingkungan.

Penulis : Lukacs Lazuardi
Editor: Mukhlis

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya