Tradisi Sandur, Forum Silarurahmi Kaum Laki-laki Madura

Tradisi sandur, forum silaturahmi kaum laki-laki di Madura. Sumber Foto: Tangkap layar SR Production
Tradisi sandur, forum silaturahmi kaum laki-laki di Madura. Sumber Foto: Tangkap layar SR Production

Share This Post

MADURA – Indonesia sangat kaya dengan tradisi dan budayanya, apalagi dalam bidang musik maupun tarian setiap daerah mempunyai tarian khas masing-masing, salah satunya yaitu Madura dengan tradisi Sandur. Makna Sandur memiliki nuansa yang beragam disetiap daerah Jawa Timur. Di tengah keberagaman budaya, Sandur melambangkan sebuah seni pertunjukan tradisional yang kental dengan warisan budaya lokal, terutama dalam konteks seni pertunjukan yang menekankan pada lagu-lagu berbahasa Madura.

Dalam Sandur, lagu-lagu ini tidak hanya dinyanyikan, tetapi juga diekspresikan melalui gerak tari yang spontan. Gabungan antara suara dan gerak menciptakan suasana yang hangat dan menarik, menjadikan Sandur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan budaya di daerah-daerah yang menghidupkannya.

Sebagai warisan turun temurun, Sandur adalah ritual yang dianggap sakral oleh komunitas Bangkalan, di mana pun mereka tinggal. Meskipun secara teknis mirip dengan arisan ibu-ibu kampung, Sandur melibatkan eksklusif kaum pria sebagai pesertanya.

Untuk berpartisipasi dalam Sandur, seseorang harus terlebih dahulu menjadi anggota komunitas Bangkalan, keanggotaan yang bersifat seumur hidup. Setiap kali acara Sandur diadakan, peserta bisa mencapai ratusan bahkan mencapai angka 500 atau lebih. Anggota komunitas yang hadir berasal dari beragam latar belakang, mulai dari masyarakat biasa hingga pengusaha, politikus, bahkan wali kota.

Tradisi Sandur, Forum Silarurahmi Kaum Laki-laki Madura
Tradisi sandur, forum silaturahmi kaum laki-laki di Madura. Sumber Foto: Tangkap layar SR Production

Tradisi Sandur Ajang Silaturahmi Suku Madura

Sandur tidak hanya sebatas pagelaran kesenian namun dibalik itu ada makna yang tersembunyi yaitu sebagai ajang silaturahmi antar masyarakat Madura khususnya komunitas blater. Karena dalam Sandur terciptanya kehangatan kekeluargaan, saling salaman satu sama lain, tegur sapa, dan juga sama-sama duduk bersila satu sama lainnya.

Hal ini dibuktikan oleh Anggota DPR-RI Komisi 1, Slamet Ariyadi, S.Psi M.Sos, yang mengadakan Sandur di kediamannya untuk mempererat silaturahmi komunitas Bleter se-Madura.

“Pagelaran Sandur Madura ini tidak lain untuk melastarikan budaya yang ada dimadura dan sebagai wadah bagi Tokoh blater Se-Madura untuk mempererat tali silaturahmi serta antar sesama suku Madura yang tersebar di empat kabupaten (Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep), serta puya niat hajat menyalamati keluarga kami,”ucap Slamet Ariyadi

Tidak hanya Slamet Ariyadi Politisi dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) Syaifuddin Asmoro juga mengadakan Sandur dengan tujuan sebagai wadah silaturahmi dengan para blater Madura.

“Sandur merupakan tradisi Madura, ini merupakan langkah untuk menjaga kearifan lokal dan tradisi Madura serta ajang silaturahmi bagi kaum blater Madura,” ujar Syaifuddin Asmoro anggota DPR-RI F-PKB.

Tradisi Sandur, Forum Silarurahmi Kaum Laki-laki Madura
Tradisi sandur, forum silaturahmi kaum laki-laki di Madura. Sumber Foto: Tangkap layar SR Production

Pelaksanaan Tradisi Sandur Madura

Tuan Rumah yang mempunyai hajatan akan menyediakan tempat seperti lapangan, tenda, dua sosok lenggek atau penari pria yang berdandan seperti wanita dengan riasan dan sanggul dengan gerakan anggun mereka mengalunkan tembang tradisional Madura. Di depan mereka, peserta-peserta yang akan maju satu per satu untuk menyerahkan sejumlah uang ke wadah yang telah disiapkan. Setiap transaksi dicatat dengan cermat oleh petugas dalam buku kas, menandai kontribusi yang berharga untuk kelangsungan acara.

Sandur sendiri terbagi menjadi tiga babak utama. Pertama, dhing-endingan, di mana gendang-gending Madura diputar tanpa syair, menunggu kedatangan seluruh peserta setelah salat Isya. Kemudian, ndhung-endhung, babak di mana peserta disambut dengan tarian dan nyanyian menjelang tengah malam. Dan terakhir, andongan, babak di mana para peserta secara bergiliran maju untuk menyerahkan uang sambil menari bersama lenggek, menciptakan momen kebersamaan yang tak terlupakan.

Peserta Sandur ini semua terdiri dari seorang lelaki yang berpakaian khas jawara Madura, mengenakan jaket kulit, sarung, dan peci hitam serta duduk bersila di bawah tenda. Sambil menunggu giliran untuk maju, para peserta lainnya menikmati irama lagu-lagu Madura sambil memainkan kartu, menambah semarak suasana yang sudah begitu meriah. Tuan rumah acara, yang akrab disapa Kak Tuan, akan mendapatkan bagian dari uang arisan malam itu. Kehadiran dan kharismanya memainkan peran penting dalam menentukan jumlah peserta yang hadir.

Tradisi ini bukanlah sekadar acara rutin, tetapi merupakan bagian hidup dari komunitas setempat. Bahkan di perantauan, perkumpulan masyarakat asli Bangkalan tetap menjaga dan melaksanakan tradisi ini dengan penuh kehangatan dan semangat. Setiap pelaksanaannya menjadi sebuah perayaan yang meriah, bahkan sampai menutup jalan kampung, mengukuhkan Sandur sebagai warisan budaya yang hidup dan berkelanjutan.

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya