Pulau Fau yang Mungil Terancam Tambang Ratusan Hektare

Perairan dan pulau Fau yang indah ini menjadi tempat berlabuhnya kapal dan tongkang pengangkut ore nikel, Sumber Foto : Mongabay Indonesia
Perairan dan pulau Fau yang indah ini menjadi tempat berlabuhnya kapal dan tongkang pengangkut ore nikel, Sumber Foto : Mongabay Indonesia

HALTENG –  Pulau Fau yang merupakan gugusan dari Kepulauan Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara saat ini terancam oleh aktivitas pertambangan. Pulau mungil dengan garis keliling 17.052 meter itu, saat ini telah ditumpangi pertambangan nikel sebessar 459.66 hektare.

“Yang sangat disayangkan adalah Pulau Fau sebagai pulau kecil dengan ukuran begitu mungil. Persis luas pulau ini hanya sekitar 5,45 kilometer persegi atau 545 hektar dengan garis keliling sebesar 17.052 meter,” kata Zulfikar Sangadji Kepala Divisi Advokasi dan Kampanye Forum Studi Halmahera (Foshal), dirilis pada (4/4/2024).

Menurut keterangan, Fau merupakan pulau kecil tropis yang dikelilingi mangrove.  Mangrove tersebut berperan dalam membentengi wilayah pesisir dari ancaman abrasi termasuk menyerap karbondioksida.

Oleh sebab itu, Zulfikar mengatakan bahwa harusnya tidak boleh ada kegiatan penambangan terhadap pulau yang ukurannya dibawah 2.000 kilometer persegi itu. Namun, Bupati Halmahera Tengah mengizinkannya melalui SK: 540/KEP/336/2012 dengan status tahapan kegiatan Operasi Produksi (OP).

“Izin tambang ini keluar dari tangan Bupati Halmahera Tengah yang saat itu masih dijabat oleh Gubernur Maluku Utara sekarang ini Al  Yasin Ali,” jelasnya.

Keberadaan Puulau Fau telah dianggap warga Gebe sebagai perisai dari kampung yang ada di selatan Pulau Gebe, yakni Desa Kapalo, Desa Kacepi, dan Desa Yam, Pulau Pakal, Mabuli, dan Gee di Halmahera Timur yang kini sekarat.

Padahal, keberadaan Pulau Fau juga merupakan benteng terakhir perlindungan ekosistem serta biota laut di yang hanya berjarak sekitar 475 meter. Tetapi, keganasan tambang sudah meninggalkan kerusakan ekologi di pulau-pulau kecil itu.

“Pemerintah seharusnya belajar dari berbagai kasus kerusakan ekologi karena tambang nikel bukan hanya ingin meruap sebanyak-banyaknya keuntungan. alih-alih keuntungan untuk rakyat lokal justru hanya kepada pengusaha,” tandasnya.

Penulis: Wahyu
Editor: Danu

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *