MATARAM – Belasan rumah warga di Kecamatan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) terdampak abrasi pantai. Akibatnya, 30 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi di rumah susun Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
“Gelombang tinggi tersebut sudah berlangsung selama tiga hari. Abrasi tersebut akibat dampak dari angin kencang disertai dengan intensitas curah hujan tinggi,” kata Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram Mahfuddin Noer, Kamis (14/3/2024).
Noer mengatakan tidak ada korban jiwa akibat belasan rumah yang terdampak abrasi. Adapun pemukiman warga yang terdampak abrasi berada di Lingkungan Mapak, Bintaro, serta Lingkungan Pondok Perasi.
“Jadi yang terdampak sebagian besar yang bermukim di tepi Pantai Ampenan. Ada juga sebagian menerpa lapak pedagang mil warga di pantai Ampenan,” ucapnya.
Menurut Noer, seluruh warga yang terdampak abrasi sedang dilakukan asesmen. Asesmen dilakukan untuk mengetahui jumlah kerusakan dan kerugian yang dialami warga.
“Ya kami sedang asesmen karena memang ini dampak dari cuaca ekstrem yang sudah terjadi beberapa hari ini,” katanya.
Noer mengatakan sesuai peringatan dini yang dikeluarkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), cuaca ekstrem diprediksi akan berlangsung selama tujuh hari ke depan. Noer mengimbau kepada masyarakat di pesisir Pandai Ampenan untuk tidak melaut selama cuaca ekstrem
“Prediksi sampai tanggal 17 Maret 2024 akan berpotensi angin kencang dengan hujan lebat,” katanya.
Dampak lain yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem di Kota Mataram menyebabkan sedikitnya 27 pohon tumbang. Pohon tumbang itu dikarena angin kencang yang sudah berlangsung selama tiga hari terkahir.
“Jadi selain ada gelombang pasang. Pohon tumbang juga terjadi di mana-mana. Kemarin ada 17 pohon hari ini ada 10 pohon tumbang,” tandasnya.
Penulis :Fais
Editor : Habib