Site icon Kolom Desa

Tak Jelas, Warga Tanyakan Kelanjutan Pembangunan Tol

Ilustrasi pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi Sumber Foto: Istockphoto

Ilustrasi pembangunan jalan Tol Gilimanuk-Mengwi Sumber Foto: Istockphoto

TABANAN – Sejumlah warga Desa Antosari, Kabupaten Tabanan mempertanyakan rencana pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi. Pasalnya, hingga saat ini pembangunan jalan tol itu, dinilai perwakilan warga dari Banjar Gulingan, Desa Antosari, Kecamatan Selemadeg Barat, belum jelas alias gabeng.

 

“Kami tentu saja mendukung program pemerintah apalagi tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat. Tapi dari pertemuan terakhir sekitar 4 bulan lalu, dengan tim aprisial terkait invetarisasi lahan, sampai saat ini belum ada kejelasan untuk kelanjutan proyek ini,” papar Koordinator aksi warga Banjar Gulingan, Nyoman Agus Suryawan, Rabu (19/7/2023).

 

Warga pun memasang spanduk menyangkut protes itu, di patok areal persawahan jalan Antosari-Pupuan, yang akan terkena trabasan tol. Hingga saat ini, warga masih belum mendapat surat balasan atas layangan surat ke Pemerintah Provinsi Bali.

 

Nyoman mengaku, pada dasarnya warga mendukung program Pemerintah Pusat dan Provinsi Bali itu. Sayangnya, program untuk kesejahteraan masyarakat itu belum jelas. Padahal, ia meyakini, adanya tol adalah untuk mengatasi persoalan kemacetan lalu lintas.

 

Ia menjelaskan, bahwa setelah pertemuan itu rasanya memang terkesan mandeg alias berhenti. Warga khawatir apabila melakukan aktivitas pekerjaan, seperti menggarap sawah, perkebunan dan merenovasi rumah misalnya akan terkena dampak dari proyek jalan tol itu.

 

“Kami merasa pekerjaannya tersendat. Sehingga resah. Karena sertifikat hak milik sudah tidak bisa dijadikan agunan. Bahkan, kami juga sudah menyerahkan inventarisasi lahan baik rumah, ladang maupun sawah,” ungkapnya.

 

Menurut dia, dari awal, sudah ada kesepakatan menyangkut sertifikat hak milik yang tidak boleh dipindahtangankan atau diperjualbelikan lahannya dan tidak boleh dijadikan agunan. Atas dasar itu tentunya warga terdampak sudah siap, seandainya proses berjalan terus, namun kenyataan saat ini tak sesuai prediksi warga.

 

“Seandainya ingin menambah isi ladang, atau merenovasi rumah, ke depannya akan seperti apa? apakah ada dana kompensasi atau inventarisasi ulang, itu belum dapat jawaban pasti dari pihak terkait,” tegasnya.

 

Ia menambahkan, dirinya sudah berupaya menanyakan terkait kelangsungan proses jalan tol ini ke aparatur tingkat desa dan kecamatan. Bahkan ke provinsi pun sudah, namun belum ada tanggapan hingga hari ini.

 

Ia mengatakan di Banjar Gulingan sendiri, ada sekitar kurang lebih 50 warga dengan lahan terdampak pembangunan jalan tol, dengan luasan lahan 45 hektare. Berdasarkan dari rencana yang disampaikan sebelumnya, Desa Antosari akan menjadi simpang susun dari jalan Tol tersebut.

 

“Kami pasang baliho ini karena sudah mengirim surat ke bapak Gubernur Bali sekitar 2-3 minggu lalu, tetapi belum ada jawaban secara pasti,” pungkasnya.

 

 

Penulis: Erdhi

Editor: Rizal

Exit mobile version