Kolom Desa

Jaran Kencak Lumajang, Pertunjukan Seni yang Megah dan Mistis

Tradisi Jaran Kencak Lumajang, Sumber Foto: Twitter Allwahid805

LUMAJANG – Tradisi Jaran Kencak merupakan salah satu tradisi budaya yang berasal dari Lumajang, Jawa Timur, Indonesia. Jaran Kencak adalah sebuah pertunjukan seni tradisional yang melibatkan kuda sebagai media ekspresi seni. Pertunjukan ini biasanya dilakukan dalam acara-acara adat, perayaan keagamaan, festival, atau peristiwa penting lainnya di Lumajang dan sekitarnya.

 

Pada pertunjukan Jaran Kencak, sekelompok penunggang kuda berdandan dengan kostum yang memukau. Mereka menggunakan topeng kuda yang dikenal sebagai celeng gembel. Setelah itu, penunggang kuda ini menunggangi kuda dengan gerakan-gerakan yang lincah dan mengagumkan. Gerakan-gerakan itu termasuk melompat-lompat, berputar-putar, dan melakukan berbagai atraksi menarik lainnya.

 

Jaran Kencak tidak hanya sekadar pertunjukan seni belaka, tetapi juga dianggap memiliki makna spiritual dan magis. Kuda-kuda yang digunakan dalam pertunjukan ini diyakini sebagai kendaraan para leluhur yang datang untuk memberikan berkah kepada masyarakat. Masyarakat setempat meyakini bahwa pertunjukan Jaran Kencak dapat membawa keberuntungan, melindungi dari bencana, dan mengusir roh jahat.

 

Tradisi Jaran Kencak telah menjadi bagian integral dari budaya Lumajang dan merupakan warisan budaya yang dijaga dengan baik oleh masyarakat setempat. Pertunjukan ini tidak hanya menyajikan keindahan visual, tetapi juga melestarikan nilai-nilai budaya dan tradisi leluhur.

Tradisi Jaran Kencak Lumajang, Sumber Foto: Twitter Restuandara99
Tradisi Jaran Kencak Lumajang, Sumber Foto: Twitter Restuandara99

Secara histori, Jaran Kencak Lumajang memiliki akar yang dalam dalam tradisi budaya Jawa Timur. Meskipun tidak ada catatan tertulis yang pasti tentang asal usulnya, tradisi ini diyakini telah ada sejak zaman dahulu kala dan terus dilestarikan oleh masyarakat Lumajang hingga saat ini.

 

Pertunjukan Jaran Kencak dipercaya berasal dari perpaduan beberapa elemen budaya Jawa, seperti seni bela diri tradisional Jawa, tarian, dan pertunjukan dengan menggunakan hewan, seperti kuda.

 

“Kesenian ini memang aslinya dari Madura, di sini diadopsi oleh masyarakat Pandalungan,” kata Aries Purwanti, Staf Tenaga Teknik Arkeologi Museum Daerah Lumajang.

 

Dalam sejarahnya, Jaran Kencak Lumajang juga terkait dengan tradisi Reog Ponorogo, yang merupakan pertunjukan seni yang melibatkan topeng hewan dan tarian singa. Ada kemungkinan bahwa Jaran Kencak Lumajang adalah variasi lokal dari tradisi Reog yang berkembang di daerah Lumajang.

 

Secara tradisional, Jaran Kencak Lumajang dilakukan dalam rangkaian acara adat, perayaan keagamaan, festival, atau peristiwa penting lainnya di Lumajang dan sekitarnya. Pertunjukan ini tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan magis bagi masyarakat setempat. Kuda-kuda yang digunakan diyakini sebagai kendaraan para leluhur yang membawa berkah dan perlindungan.

 

Pada masa sekarang, Jaran Kencak Lumajang terus dilestarikan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Lumajang. Masyarakat setempat sangat bangga dengan tradisi ini dan terus berupaya menjaga dan mengembangkan warisan budaya mereka.

 

“Di Lumajang ada orang yang menjadi sosok perintis kepopuleran namanya Aak Abdullah Al Kudus. Sekarang penyebaran Jaran Kencak sudah menyebar di 21 kecamatan. Penyebaran terbesar ada di kawasan Lumajang bagian utara tepatnya kecamatan Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang dan Randuagung,” lanjut jelas Aries

Tradisi Jaran Kencak Lumajang, Sumber Foto: Twitter Restuandara99

 

Keunikan Jaran Kencak Lumajang

 

Jaran Kencak Lumajang memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari tradisi serupa di daerah lain. Berikut adalah beberapa keunikan Jaran Kencak Lumajang:

 

Gerakan dan Atraksi Kuda: Salah satu keunikan utama Jaran Kencak adalah gerakan dan atraksi yang dilakukan oleh kuda dan penunggangnya. Kuda-kuda dilatih untuk melompat-lompat, berputar-putar, dan melakukan gerakan-gerakan lincah lainnya. Mereka juga mampu melakukan atraksi menarik seperti berjalan dengan kedua kaki depan di atas langit-langit panggung. Keahlian dan keberanian penunggang kuda juga menjadi bagian integral dari pertunjukan ini.

 

Kostum dan Topeng: Dalam Jaran Kencak Lumajang, penunggang kuda mengenakan kostum yang mencolok dan penuh hiasan. Mereka menggunakan topeng kuda yang dikenal sebagai “celeng gembel” yang memiliki desain unik dan khas. Topeng ini umumnya terbuat dari kayu dan dihias dengan warna-warna cerah serta aksen-aksen artistik.

 

Musik Pengiring: Jaran Kencak Lumajang juga disertai dengan musik pengiring yang khas. Alat musik tradisional seperti gamelan, kendang, gong, saron, dan bonang digunakan untuk mengiringi gerakan dan atraksi kuda. Bunyi musik yang menghentak dan ritmis menciptakan suasana yang semakin mempesona selama pertunjukan.

Tradisi Jaran Kencak Lumajang, Sumber Foto: Twitter Nanangdiyanto

Jaran Kencak Lumajang memiliki makna spiritual dan magis bagi masyarakat setempat. Kuda-kuda yang digunakan diyakini sebagai kendaraan para leluhur yang membawa berkah dan perlindungan. Pertunjukan ini dianggap dapat membawa keberuntungan, melindungi dari bencana, dan mengusir roh jahat. Sebagai hasilnya, Jaran Kencak Lumajang bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga menjadi bagian dari upacara adat dan perayaan keagamaan di Lumajang.

 

Selain itu, Jaran Kencak Lumajang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Lumajang. Pertunjukan ini menjadi simbol keberanian, kekuatan, dan keindahan seni masyarakat Lumajang. Masyarakat setempat sangat bangga dengan tradisi ini dan terus berupaya melestarikannya sebagai warisan budaya yang berharga.

 

Editor: Ani

Exit mobile version