Lemang Makanan Hari Raya Khas Desa Kualu

Pembuatan Lemang Sumber: Istimewa
Pembuatan Lemang Sumber: Istimewa

SUMATERA BARAT – Kuliner Indonesia selalu memiliki keunikan dan budayanya tersendiri. Kali ini datang dari masyarakat Desa Kualu Kecamatan Tambang, Minang di Sumatera Barat, biasa membuat lemang sebagai makanan khas hari raya. Tradisi bernama makan lemang ini diperkirakan sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu.

 

Lemang terbuat dari beras ketan dimasukkan dalam buluh bambu beralas daun pisang. Beras ketan kemudian disiram dengan santan kelapa yang telah diseduh dengan garam. Bambu kemudian dipanggang dengan perapian yang menggunakan kayu bakar atau sabut kelapa.

 

Jenis lemang juga memiliki varian. Selain lemang ketan, ada juga lemang pisang dan lemang ba-inti atau lemang berisi luwo atau parutan kelapa dari gula merah. Keseluruhan proses pembuatan sama dengan pembuatan lemang ketan semuanya harus melalui proses pembakaran.

 

Tradisi ini dapat ditemui hampir di seluruh wilayah Minangkabau, baik di daerah darek (darat) seperti Solok, Bukittinggi, Payakumbuh. Maupun di pesisir pantai, Padang, Pariaman, dan Painan.

 

Tradisi turun temurun ini, biasanya dibikin saat menyambut hari-hari besar, termasuk Bulan Suci Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan acara adat lainnya. Bahkan, di lingkungan Desa Kualu lemang menjadi makanan wajib yang harus ada disetiap hari raya idul fitri. Umumnya Lemang juga akan disajikan dengan masakan rendang daging untuk menambah kelezatan makanan.

 

Tak hanya lemang, rendang daging, lontong, mie ayam, soto dan lainnya pun ada menjadi menu dari rumah ke rumah, tentu hal ini menjadi menarik, sebab menjadi momen silaturahmi juga sarapan pagi pertama usai berpuasa sebulan penuh. Kebiasaan ini pun sudah menjadi turun temurun sejak lama.

 

Sehingga, hal ini dinilai sangat bagus untuk dipertahankan, dimana adanya makanan khas lemang atau lomang disantap bersama dengan sanak famili serta tetangga di momen idul fitri, saling kunjung mengunjungi, mempererat ukhuwah islamiyah dan kekerabatan maupun silaturrahim, tidak boleh terkikis oleh perkembangan zaman.

 

Penulis: Alfan

Editor: Soleha.tn

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *