Site icon Kolom Desa

Desa Banjararum Berjuang Melawan Stunting

Kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting Lokus Banjararum. Sumber: DPMDPPKB Kulon Progo

Kegiatan Diseminasi Audit Kasus Stunting Lokus Banjararum. Sumber: DPMDPPKB Kulon Progo

KULON PROGOStunting adalah kondisi dimana anak – anak mengalami kegagalan pertumbuhan dan perkembangan (linear growth failure). Ada berbagai penyebab yang mengakibatkan anak mengalami stunting, seperti kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan. 

 

Berbagai kegiatan pun dilakukan oleh Desa Banjararum, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menurunkan angka stunting. Mengingat, angka stunting di Indonesia cukup tinggi, yaitu 24,4 persen. Angka tersebut berada di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. 

 

Angka anemia pada remaja putri yang belum menikah di Indonesia juga menjadi salah satu penyebab. Berdasarkan data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut masih terdapat remaja putri yang mengalami anemia sebelum menikah.

 

Beberapa kegiatan pun dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Banjararum sejak tahun 2017 hingga saat ini.

 

Pemberian Makanan Tambahan

Pada tahun 2017 Pemerintah Desa Banjararum membuat program penanganan gizi kurang untuk balita-balita dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam bentuk uang tunai. Namun setelah dievaluasi, ternyata PMT dalam bentuk uang tunai ini tidak memberikan dampak yang optimal untuk kenaikan berat anak, karena yang terjadi di lapangan ternyata uang yang diberikan tidak sesuai peruntukan. Orang tua lebih membelanjakan untuk kebutuhan lainnya.

 

Sehingga pada tahun 2018 Pemerintah tidak memberikan PMT dalam bentuk uang tunai namun PMT diberikan dalam bentuk bahan pangan mentah berupa telur, kacang hijau, beras merah dan lain sebagainya. Namun problem lainnya muncul, PMT yang diberikan bukan hanya dikonsumsi oleh balitanya saja, namun juga oleh orang tua dan saudara-saudaranya.

 

Pembentukan Pos Gizi

Dengan adanya pengalaman sebelumnya, Pemerintah Desa akhirnya membentuk Pos Gizi yang bertujuan untuk mengumpulkan semua balita yang mengalami stunting untuk diberikan makanan tambahan secara langsung. Pada awalnya Pemerintah Desa membentuk 5 pos untuk mengakomodir 26 padukuhan.

Kegiatan ini dinamakan dengan kumbo nambo dan dirasa lebih efektif dibandingkan dengan PMT dengan uang tunai dan bahan mentah. Ketika anak-anak dikumpulkan dalam satu tempat lalu makan bersama, maka kader-kader Posyandu bisa memantau dan memastikan kalau makanan tersebut memang dikonsumsi oleh si anak.

 

Kelas Ibu Hamil dan Bapak Siaga

Kelas ini merupakan tindak lanjut dari penanganan stunting yang tidak hanya dengan pemberian makanan tambahan saja. Kesadaran pengentasan stunting harus diawali dari bayi yang masih dalam kandungan. 

Sehingga Kelas Ibu Hamil dan Bapak Siaga merupakan program yang dibentuk dalam rangka untuk memberikan edukasi kepada calon Ibu dan calon Bapak agar bisa mengontrol bayi yang mereka lahirkan. Sehingga kelas ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang stunting dan harapannya dapat menekan stunting dari awal.

 

Kelas Pendidikan Calon Pengantin

Pada tahun 2019, bersama dengan Kalyanamitra (non-pemerintah), pihak Kelurahan Banjararum mendiskusikan konsep terkait dengan Pendidikan bagi calon pengantin. Pembekalan calon pengantin ini penting untuk menyiapkan keluarga dan orang tua agar memahami risiko stunting dan pencegahannya. 

Kegiatan ini diharapkan memberikan pengetahuan bagi calon pengantin sebelum mereka memiliki anak. Sehingga mereka dapat memperhitungkan risiko stunting dan pencegahannya dan membantu mereka untuk mempersiapkan kehamilan secara baik.

 

Selain itu, Pemerintah Desa juga berhasil mendekatkan akses kesehatan di Desa tersebut untuk dirasakan oleh seluruh masyarakat. Berdasarkan data SDGs Desa Goals Desa Sehat dan Sejahtera (Goals 3).

Rata – rata masyarakat dapat mengakses fasilitas kesehatan 0,3 jam atau 20 menit dan dapat diakses oleh hampir 80 persen masyarakatnya. Sama halnya untuk akses kepada tenaga kesehatan juga dapat diakses dalam waktu yang hampir sama. 

Exit mobile version