Tradisi Ayunan Jantra, Simbol Poros Kehidupan Manusia

Share This Post

Karangasem Ayunan jantra merupakan acara puncak dari serangkaian Usaba Sambah. Upacara ini biasanya dilaksanakan di Desa Tenganan Pegringsingan, Karangasem, Bali yang dilaksanakan setelah selesai perang pandan atau mekare-kare.

Upacara Ayunan Jantra ini merupakan warisan nenek moyang yang terus lestari secara turun temurun. kegiatan ini merupakan alat serta tradisi sakral bagi masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan.

Ayunan Jantra melibatkan para daha dan teruna (remaja laki-laki dan Perempuan) yang belum menikah. Para daha (remaja perempuan) bertugas menaiki ayunan sedangkan teruna (remaja laki-laki) bertugas mengayunkan ayunan.

Filosofi Ayunan Jantra

Ayunan Jantra mempunyai makna bahwa setiap para remaja perempuan dan remaja laki-laki sudah dewasa harus siap menjalankan kehidupan. Mereka harus siap menghadapi kehidupan yang kadang berada diatas dan kadang berada di bawah.

Ayunan ini diibaratkan bumi yang akan selalu berputar, sehingga bisa menjadi pengingat bahwa remaja laki-laki dan perempuan harus siap di posisi manapun. Karena kehidupan manusia tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya, secara tidak langsung mereka diingatkan dengan tradisi ini.

Ayunan Jantra Tradisi Desa Tenganan Pegringsingan. Sumber Foto: Pamorbali.com
Ayunan Jantra Tradisi Desa Tenganan Pegringsingan. Sumber Foto: Pamorbali.com

Pada posisi apapun dan dimanapun dalam kehidupan harus selalu disyukuri, jika sedang berada diatas ataupun di depan tidak boleh mempunyai sifat sombong apalagi menghina. Sedangkan jika sedang berada diposisi bawah dan belakang tidak boleh mengeluh dan putus asa.

Adapun pakaian yang digunakan dalam upacara Ayunan Jantra adalah pakaian adat Tenganan Pegringsingan. Pakain tersebut bernama kain geringsing yang merupakan pakaian khas Tenganan Pegringsingan yang mempunyai makna sebagai penolak balak.

Pelaksanaan Ayunan Jantra

Tradisi Ayunan Jantra dilaksanakan pada bulan Mei atau Juni pada kalender Masehi. Sedangkan jika menurut kalender Tenganan, tradisi tersebut biasanya dilakukan pada bulan ke lima. Ayunan Jantra dibuat menggunakan kayu cempaka yang berusia puluhan tahun dan disucikan dengan ngayunan lokan. Ayunan akan dibuat menjadi empat unit dan masing-masing unit mempunyai dua tempat duduk yang berdampingan. Tempat duduk akan terbagi dibagian atas, bawah, depan dan belakang.

Ayunan Jantra Tradisi Desa Tenganan Pegringsingan. Sumber Foto: Pamorbali.com
Ayunan Jantra Tradisi Desa Tenganan Pegringsingan. Sumber Foto: Pamorbali.com

Ayunan ini harus terpasang selama 18 hari selama serangkaian dari Usaba Sambah. Setiap sore remaja perempuan akan menaiki ayunan tersebut dan remaja laki-laki bertugas mengayunkan dan juga harus diawasi orang tua.

Remaja perempuan yang boleh menaiki ayunan Jantra harus berusia 17 tahun dan belum menikah. Biasanya remaja perempuan diidentikkan dengan sudah menstruasi. Dalam Ayunan Jantra, yang menaiki bisa berjumlah empat hingga delapan orang perempuan remaja yang belum menikah. Sedangkan yang bertugas mengayunkan remaja laki-laki berjumlah empat orang, yang dua orang dibawah dan dua orang lagi di tengah.

Remaja laki-laki akan mengayunkan ayunan Jantra sebanyak enam kali putaran. Tiga putaran mengarah ke utara sedangkan tiga putaran berikutnya mengarah ke selatan, setelah itu bergantian ke perempuan remaja berikutnya.

Editor: Irman

Print Friendly, PDF & Email
Ikuti berita Kolomdesa.com terupdate di:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Budaya Lainnya