Site icon Kolom Desa

LPEI Tetapkan Desa Trangsan Sebagai Desa Devisa

SUKOHARJO – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menobatkan Desa Trangsan sebagai Desa Devisa Rotan pada, Rabu (1/3/2023). Program tersebut merupakan hasil kerja sama antara Bea Cukai & PKN STAN bersama Kementerian Perdagangan dan Pemkab Sukoharjo.

 

 

“Jadi dengan program ini memberi kesempatan bagi wilayah yang punya produk unggulan berpotensi ekspor untuk selalu dikembangkan untuk peningkatan ekonomi bagi sosial dan lingkungan, yang tujuan akhirnya adalah peningkatan kesejahteraan. bagi masyarakat di mana desa devisa itu dilaksanakan,” ungkap Head Branch of Surakarta Regional Office LPEI, Irwan Prasetiyawan Kantor Desa Trangsan, Rabu (1/3/2023).

 

 

Nantinya program pendampingan juga akan diberikan kepada 30 UKM Pengrajin Rotan yang berada di bawah naungan Koperasi KSU Trangsan Manunggal Jaya. Irwan berharap program desa devisa ini dapat menciptakan multiplier effect yang berkelanjutan khususnya di Desa Trangsan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

 

 

Perlu diketahui di Desa Trangsan terdapat 220 pengrajin dan 5.000 – 6.0000 tenaga kerja rotan dengan kapasitas produksi mampu mencapai 150 kontainer per bulan. Produk dari hasil UMKM warga Desa Trangsan sudah tersebar (ekspor) ke Amerika Serikat, Prancis, Spanyol, Italia, Australia, dan timur tengah.

 

 

Dalam tiga tahun terakhir (2019-2021), tercatat ekspor produk rotan di Desa Trangsan meningkat 30 persen. Di mana, untuk 2019 devisa yang dihasilkan mencapai USD 3 juta atau senilai Rp 45,73 miliar (asumsi kurs Rp 15.244,5 per dolar AS), kemudian 2020 USD 5,4 juta atau Rp 82,32 miliar dan 2021 USD 5,7 juta atau tembus Rp 86,89 miliar.

 

 

“Ini sekali lagi nilai yang sangat besar untuk tingkat kelurahan saja ya, dan bukan dari industri besar. Ini patut kita banggakan,” ungkap Kepala Seksi PKC V Bea Cukai Surakarta, Agung Setijono, Rabu (1/3/2023).

 

 

 

Di sisi lain, Kepala Desa Trangsan, Mujiman mengungkapkan nilai ekspor tersebut masih jauh dari nilai awal sebesar USD 8,55 juta atau sekitar Rp 130,34 miliar per tahunnya. Ekspor sempat mengalami penurunan sebesar 50 persen imbas dari konflik Rusia-Ukraina.

 

 

“Tapi sejak tahun lalu di November sudah mulai bangkit lagi, sempet menurun karena perang. Tapi pas COVID-19 permintaan (ekspor) justru meningkat,” jelas Mujiman.

 

 

Mujiman berharap program devisa bisa memulihkan dan meningkatkan ekspor rotan Desa Trangsan. Apalagi, dalam program desa devisa nantinya adanya pelatihan-pelatihan yang diperlukan para UMKM seperti masalah desain.

 

 

“Desain ini sangat diperlukan, agar para pengrajin UMKM ini tidak tergantung dengan permintaan pasar (buyer) saja, sehingga kita bisa bikin secara mandiri, sehingga peluang untuk ekspor bisa lebih ditingkatkan lagi,” kata Mujiman.

 

 

Ekspor produk UMKM ini bukan tanpa hambatan, Ketua Koperasi Trangsan Manunggal Jaya, Suparji menyampaikan, dari 30 UMKM yang dinaunginya saat ini baru 6 UMKM yang berorientasi ekspor. Menurutnya, ada beberapa hambatan dalam menembus pasar ekspor seperti kapasitas produksi yang masih kurang, sumber daya manusia (SDM), dan produk yang bervariasi.

 

 

“Sebetulnya permintaan pasarnya sangat besar, tinggal kita saja bisa memanfaatkannya atau tidak. Dengan program LPEI ini diharapkan bisa berdampak positif,” tambah dia.

 

 

Adapun dalam program kolaborasi desa devisa ini LPEI memberikan berbagai pelatihan dan pendampingan seperti, pendampingan perizinan, prosedur dan dokumen ekspor. Kemudian pendampingan penyusunan laporan keuangan. Lalu pendampingan akses pasar dan pendampingan pengembangan desain produk kerajinan rotan.

 

 

Adapun produk-produk yang paling laku di pasar ekspor adalah furnitur dengan permintaan terbesar berasal dari Amerika Serikat, Eropa, dan tahun ini mulai Timur Tengah.

 

Penulis: Erdhi

Editor: Solehatun. M

Exit mobile version