Klungkung – Jika membayangkan tentang sate lilit maka yang ada dibenak kita adalah Bali. Kuliner khas Bali ini memang menjadi makanan favorit, terkhusus bagi masyarakat Klungkung. Meskipun saat ini sate lilit juga digemari oleh masyarakat lain seperti Badung, Denpasar, Karangasem, Buleleng dan masyarakat luar Bali.
Sate lilit pada awalnya merupakan kuliner yang selalu ada pada upacara adat dan keagamaan seperti Galungan, Kuningan dan hari raya lainnya. Hal ini sebagai bentuk penghormatan terhadap para Dewa. Selain itu sate lilit juga mempunyai filosofis yang kuat karena bermakna sebagai simbol persatuan dan pembuktian kejantanan bagi kaum pria Bali.
Kata lilit sendiri berasal dari bahasa Bali yang memiliki arti mengelilingi atau membungkus. Sehingga makna utama yang terkandung dalam sate lilit adalah sebagai pemersatu. Adonan daging yang melilit pada tusukan bambu atau batang serai juga melambangkan masyarakat Bali memegang teguh persatuan dan kesatuan.
Proses pembuatan sate lilit juga mengandung banyak filosofis. Cincangan daging dicampur dengan bumbu dan ditambah dengan parutan kelapa agar tidak hancur saat dibakar menunjukan bahwa masyarakat Bali meskipun dalam menjalani kehidupan banyak cobaan dan tantangan, namun akan tetap bersatu dan tidak akan bercerai-berai.
Pembuatan sate lilit untuk upacara adat atau keagamaan di Bali biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki. Mulai dari pembuatan adonan, menyembelih hewan, melilit, sampai pembakaran dilakukan semuanya oleh laki-laki. Untuk kebutuhan upacara biasanya masyarakat membuat sate lilit dengan jumlah yang sangat banyak dengan tenaga hampir 100 orang.
Karena proses pembuatan yang semuanya dilakukan oleh kaum laki-laki, membuat sate lilit mempunyai makna kejantanan bagi orang Bali. Sehingga jika ada laki-laki yang tidak bisa membuat sate lilit maka akan dipertanyakan kejantanannya.
Awalnya bahan baku sate lilit menggunakan daging Babi, tetapi karena banyak peminat yang tidak bisa memakan daging babi maka sate lilit pun saat ini sudah dimodifikasi menggunakan daging ayam atau ikan tuna.
Keunikan Sate Lilit
Sate lilit ini sangat berbeda dengan sate kambing ataupun ayam. Jika sate ayam atau kambing menggunakan bumbu kacang sebagai pelengkapnya, sate lilit tidak menggunakan bahan pelengkap lainnya, karena sudah memiliki rasa dan aroma yang khas dengan bumbu yang dicampur sebelum di lilitkan ke bambu atau serih. Jadi sate lilit tinggal dimakan setelah selesai dibakar.
Bentuk tusukan sate lilit juga amatlah unik. Tusukan sate lilit menggunakan bambu yang berbentuk pipih. Selain itu juga terkadang menggunakan batang daun serai, bukan hanya untuk menjadi tusukannya namun juga sekaligus menambah aroma sate.
Seperti yang dilansir dari kliknusae.com, sate lilit masuk urutan ke 45 kuliner jalanan terbaik di dunia versi CEOWORLD. Salah satu kuliner yang patut dicoba jika kita datang ke Bali adalah Sate Lilit Mek Rame yang menjadi salah satu kuliner legendaris sejak tahun 1970 di Jembrana, Bali.
Cara Membuat Sate Lilit
Karena pembuatan sate lilit tidak seperti sate pada umumnya yang ditusuk menggunakan tusukan bambu. Sesuai namanya, dagingnya hanya perlu dililitkan ke tusukan bambu. Berikut adalah cara membuat sate lilit:
Pertama, sediakan bahan baku daging dan bumbu rempah yang terdiri dari laos, kencur, kunyit, jahe daun salam, bawang putih, bawang merah, lengkuas, wangen, garam, gula aren dan terasi. Campuran bumbu rempah ini dalam bahasa Bali disebut base gede atau base genep.
Selanjutnya haluskan semua bumbu dan tumis ke wajan hingga harum, blender daging, parutan kelapa. Setelah semua selesai dihaluskan masukkan ke wadah lalu aduk sampai merata hingga siap dililitkan ke tusukan bambu atau batang serai.
Kalau sudah selesai dililitkan semua tinggal dibakar atau panggang sampai matang. Sambil menunggu semua sate lilit selesai di panggang siapkan sambal matah sebagai bumbu tambahan dan terakhir sajikan sate lilit sambal matah dan siap di santap.