BANDUNG- Secara geografis, Desa Alamendah terletak di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Desa ini terletak di ketinggian 1.300 – 2.350 mdpl. Kondisi geografis itu membuat Desa Alamendah memiliki tiga potensi wisata yang menjadi ciri khas. Beberapa potensi itu adalah potensi agronomi, potensi agroindustri dan wisata alam.Â
Â
Â
Sudah lumrah didengar bahwa desa Alamendah merupakan desa agronomi termaju di Indonesia. Beberapa produk tanaman unggulannya adalah bunga, bawang, cabe hijau, buah tin, stroberi dan jeruk. Selain itu, terdapat kebun kopi yang dikelola oleh masyarakat.Â
Â
Â
Kesadaran masyarakat dalam mengelola potensi agronomi juga dapat dilihat dari terbentuknya ASGITA (Asosiasi Agribisnis dan Wisata). Asosiasi ini dibentuk dengan tujuan untuk menguatkan peran kelompok masyarakat tani di Desa Alamendah. Tak heran, sebagian masyarakat menggantungkan pendapatannya dari hasil tani.Â
Â
Â
Selanjutnya adalah potensi agroindustri. Tanaman yang dihasilkan itu kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi produk agroindustri. Ada berbagai macam produk yang dikembangkan di Desa Alamendah, salah satunya adalah olahan stroberi. Adapun proses produksi hingga pemasaran dikelola langsung oleh masyarakat.
Â
Â

Selain dua potensi tersebut, Desa Alamendah juga memiliki potensi wisata alam yang menarik. Beberapa objek wisata itu diantaranya, Kawah Putih, Ranca Upas, Punceling, Valley Hot Spring, Batu Tulis Sinapeul, Strawberry petik sendiri, Konservasi Rusa dan Owa Jawa, serta Desa Wisata Alamendah.
Â
Â
Tiga potensi tersebut merupakan cikal bakal berdirinya BUMDes Alenda. Pada tahun 2010 BUMDes Alenda resmi terbentuk. Selanjutnya, pada tahun 2014 BUMDes Alenda dilegalkan dan memiliki badan hukum.Â
Â
Â
Berbagai unit usaha telah didirikan oleh BUMDes Alenda, diantaranya memberikan pelayanan air bersih untuk masyarakat, membuka pasar wisata dan pasar selasa, memberikan pelayanan sosial berupa penyaluran bantuan dari pemerintah, membuka usaha wisata baru Alamendah yang dinamai Arboretum Park dan berbagai usaha lainnya.Â
Â
Â
Pengelolaan Sarana Air Bersih Desa (PSABD)
Unit usaha pertama yang didirikan oleh BUMDes Alenda adalah pengelolaan sarana air bersih desa. Unit usaha ini didirikan pada tahun 2015. Pembangunan unit usaha ini bermula lantaran BUMDes Alenda mendapat hibah Dana Alokasi Khusus (ADK) dari Pemerintah Kabupaten Bandung.Â
Â
Â
Bantuan yang diterima BUMDes Alenda berupa bangunan broncap dan pipanisasi air bersih untuk 300 SR (Sambungan Rumah). Kini program pipanisasi telah berkembang hingga mencapai 800 SR.Â
Â
Â
Selanjutnya, pada tahun 2019 Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) masuk ke Desa Alamendah. Program ini terus berlangsung sampai sekarang. Pada tahun ini, program Pamsimas ditargetkan dapat menambah sekitar 2.000 SR khusus untuk sarana air bersih.Â
Â
Â
Merujuk pada data BUMDes Alenda tahun 2019, omset dari unit usaha pengelolaan air bersih mencapai Rp. 112.192.480 Juta. Dari total omset yang didapatkan, unit usaha ini dapat menyumbang PADes sebesar Rp. 13.326.675 Juta atau setara dengan 76% dari PADes Alamendah pada tahun 2019.
Â
Pasar Wisata Desa dan Pasar Selasa
Pada prinsipnya, pembentukan unit usaha pasar wisata desa dan pasar selasa dimuarakan untuk meningkatkan geliat ekonomi masyarakat. Melalui pasar wisata itu, masyarakat mempunyai peluang untuk ikut serta berjualan di lokasi pasar pariwisata.Â
Â
Â
Para pedagang yang berjualan di lokasi pasar wisata desa tak hanya masyarakat Desa Alamendah. Namun, juga masyarakat yang berasal dari Desa diluar Alamendah. Dari jumlah keseluruhan pedagang, hanya ada 30% pedang yang merupakan masyarakat desa Alamendah. 70% sisanya merupakan pedagang yang berasal dari luar Alamendah.
Â
Â
Untuk bisa membuka lapang di pasar desa wisata cukuplah mudah. Para pedagang hanya perlu registrasi setiap 3 bulan sekali. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya jual beli lapak. Setelah itu pedagang hanya perlu membayarkan Rp. 150 Ribu setiap 3 bulan untuk biaya sewa stand atau lapak pedagang.Â
Â
Â
Berbeda dengan pasar selasa atau yang dikenal dengan nama pasar Takoba, pedagang dipungut biaya iuran sebesar Rp. 30 Ribu setiap harinya. Semua pungutan dialokasikan untuk biaya operasional, baik untuk kebutuhan parker, biaya kebersihan dan keamanan. Untuk selanjutnya masuk sebagai PADes Desa Alamendah.
Â
Â
Adapun yang dijual di pasar desa wisata ini berupa produk sandang dan pangan. Selain itu juga tersedia arena bermain anak. Sehingga masyarakat tidak perlu jauh- jauh dalam berbelanja kebutuhannya.Â
Â
Pengembangan Wisata Alam
BUMDes Alenda bekerjasama dengan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Awi Langit serta dengan Lembaga Masyarakat Daerah Hutan (LMDH) untuk memanfaatkan lahan Perhutani yang selanjutnya dikelola menjadi Alamendah Arboretum Park.
Â
Â
Arboretum Alamendah berdiri diatas lahan dengan luas kurang lebih 10 ha. Wahana yang ada di Arboretum Alamendah cukup beragam. Salah satu spot yang memiliki daya tarik tinggi oleh wisatawan adalah Curug Awi Langit. Destinasi ini menghimpun 8.500 tanaman endemik yang ada di Indonesia.Â
Â
Â
Pengunjung yang akan masuk dikenakan tarif sebesar Rp 20 Ribu. Pengunjung dapat berwisata di arboretum dan wisata curug. Jika pengunjung hendak melakukan camping di areal Arboretum, maka akan dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 10 Ribu.Â
Â
Â
Wisata lainnya yang juga tak kalah menarik adalah beberapa wisata atraksi. Diantaranya yakni bertani, membuat olahan makanan dan souvenir UMKM, berlatih pencak silat, menyaksikan pertunjukan seni karinding, memerah susu sapi, mempelajari pengolahan kopi, hingga bersepeda keliling kampung. Wisata ini telah dikembangkan sejak 2019 silam.
Â
Â

Â
Pada semester kedua tahun 2019, Desa Wisata Alamendah mampu menarik lebih banyak kunjungan dari berbagai kalangan. Total wisatawan yang berkunjung sebanyak 2500 orang.
Â
Â
Terbaru, pada rentang Januari hingga Maret 2020 jumlah pengunjung mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dengan jumlah kunjungan wisatawan mencapai 400 tamu.Â
Â
Â

Â
Pengadaan Kebutuhan Primer untuk Masyarakat Alamendah
BUMDes Alenda juga membangun unit usaha yang bertujuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Bermula dari itu, BUMDes Alenda mulai merintis usaha di sektor pengadaan barang bangunan dan sembako.Â
Â
Â
Geliat sektor perdagangan yang dikembangan BUMDes Alenda semakin kencang. BUMDes berupaya berkolaborasi dengan beberapa perusahaan dan mencoba memasarkan produk UKM masyarakat setempat. Kini BUMDes Alenda juga bergerak pada sektor distributor tunggal produk-produk hasil dari pada UKM binaan.
Â
Â

Â
Sampai tahun 2022, BUMDes Alenda memiliki omzet dari kegiatan unit usahanya sebesar Rp 440 Juta. Modal usaha yang sudah diberikan untuk operasional keempat unit usaha tersebut sekitar Rp 60 Juta, dengan nilai Aset 1,5 M. Sehingga keuntungan dari usaha tersebut sebesar 71 juta rupiah.
Â
Data Keuntungan BUMDes Alenda Tahun 2022
(disajikan dalam juta)
No Data Found
Adapun jumlah pekerja yang dilibatkan untuk mengelola unit usaha pada BUMDes Alenda sekitar 47 orang. Sehingga keberadaan BUMDes Alenda juga dapat menyerap tenaga kerja.
Inovasi yang telah dikembangkan
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu rintangan dalam pengelolaan Desa Wisata Alamendah. Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan penggunaan platform digital.
Dalam melaksanakan ide tersebut, Desa Wisata Alamendah bekerjasama dengan UPI Bandung untuk membangun sebuah aplikasi Virtual Tour Desa Wisata Alamendah.

Inovasi yang sudah diaplikasikan dalam bentuk Aplikasi Virtual Tour juga sudah diikutsertakan ke dalam beberapa festival Pariwisata yang diselenggarakan secara online.
Selain itu, Desa Wisata Alamendah terus berbenah dalam menyusun prosedur promosi digital melalui Sosial Media sebagai bagian dari inovasi yang dikembangkan. Saat ini, inovasi digital yang sudah dimulai akan terus dikembangkan dengan membuat video promosi Desa Wisata untuk mempersiapkan dan menghadapi kebangkitan pariwisata pasca pandemi.
Untuk mengunjungi BUMDes Alenda, pengunjung dapat berjalan ke arah Ciwidey. Dari Kota Bandung kita bisa menggunakan kendaraan roda dua sejauh 40 km atau sekitar 1 jam perjalanan.
Â
Â
Editor: Ani